
Testimoni Powell Angkat Harga Obligasi Pemerintah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 July 2019 18:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada perdagangan hari ini di tengah sentimen positif dari 'Powell Testimony' semalam yang mengangkat harga instrumen keuangan di dunia.
Penguatan yang terjadi di pasar surat utang negara (SUN) semakin membesar sore hari hingga penutupan pasar, dibanding posisi tadi pagi. Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 13,7 basis poin (bps) menjadi 6,64%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut naik signifikan 1,11 poin (0,43%) menjadi 258,89 dari posisi kemarin 257,77.
Sumber: IBPA
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps, menyempit dari posisi kemarin 527 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 2,065% dari posisi kemarin 2,061%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.000,23 triliun SBN, atau 39,33% dari total beredar Rp 2.543 triliun berdasarkan data per 10 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 106,98 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Penguatan yang terjadi di pasar surat utang negara (SUN) semakin membesar sore hari hingga penutupan pasar, dibanding posisi tadi pagi. Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 13,7 basis poin (bps) menjadi 6,64%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Jul'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 10 Jul'19 (%) | Yield 11 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 10 Jul'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.782 | 6.645 | -13.70 | 6.7491 |
FR0078 | 10 tahun | 7.333 | 7.229 | -10.40 | 7.3149 |
FR0068 | 15 tahun | 7.656 | 7.578 | -7.80 | 7.6363 |
FR0079 | 20 tahun | 7.814 | 7.76 | -5.40 | 7.7978 |
Avg movement | -9.32 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut naik signifikan 1,11 poin (0,43%) menjadi 258,89 dari posisi kemarin 257,77.
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 11 Jul'19 | ||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 10 Jul'19 (%) | Yield 11 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 6.7491 | 6.618 | -13.11 |
FR0078 | 10 tahun | 7.3149 | 7.1863 | -12.86 |
FR0068 | 15 tahun | 7.6363 | 7.5429 | -9.34 |
FR0079 | 20 tahun | 7.7978 | 7.7142 | -8.36 |
Avg movement | -10.92 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps, menyempit dari posisi kemarin 527 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 2,065% dari posisi kemarin 2,061%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 11 Jul'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 10 Jul'19 (%) | Yield 11 Jul'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.19 | 2.174 | 3 bulan-5 tahun | 35.1 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.826 | 1.812 | 2 tahun-5 tahun | -1.1 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.798 | 1.785 | 3 tahun-5 tahun | -3.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.829 | 1.823 | 3 bulan-10 tahun | 10.9 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.061 | 2.065 | 2 tahun-10 tahun | -25.3 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.000,23 triliun SBN, atau 39,33% dari total beredar Rp 2.543 triliun berdasarkan data per 10 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 106,98 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 10 Jul'19 (%) | Yield 11 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.3 | 7.22 | -8.00 |
China | 3.187 | 3.178 | -0.90 |
Jerman | -0.305 | -0.284 | 2.10 |
Perancis | -0.014 | -0.005 | 0.90 |
Inggris | 0.759 | 0.797 | 3.80 |
India | 6.542 | 6.494 | -4.80 |
Jepang | -0.124 | -0.137 | -1.30 |
Malaysia | 3.646 | 3.635 | -1.10 |
Filipina | 5.118 | 5.045 | -7.30 |
Rusia | 7.29 | 7.3 | 1.00 |
Singapura | 1.976 | 1.924 | -5.20 |
Thailand | 2.005 | 1.97 | -3.50 |
Amerika Serikat | 2.061 | 2.065 | 0.40 |
Afrika Selatan | 8.11 | 8.03 | -8.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular