
The Fed Sangat Dovish, Wall Street Cetak Rekor!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 July 2019 21:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street mencetak rekor pada perdagangan hari ini, Rabu (10/7/2019). Hingga berita ini diturunkan, indeks Dow Jones menguat 0,63% ke level 26.951,02, indeks S&P 500 naik 0,61% ke level 2.997,69, dan indeks Nasdaq Composite melesat 0,85% ke level 8.212,36.
Di titik tertingginya pada hari ini, ketiga indeks saham acuan di AS tersebut sukses menembus rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks S&P 500 sempat melonjak ke atas level 3.000, level yang sebelumnya belum pernah ditembus.
Sikap sangat dovish yang ditunjukkan oleh The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS sukses memantik aksi beli dengan intensitas yang besar di bursa saham AS. Hingga berita ini diturunkan, Gubernur The Fed Jerome Powell sedang memberikan testimoni di hadapan House Financial Services Committee terkait laporan kebijakan moneter semi tahunan.
Dalam teks testimoni yang sudah dirilis, terlihat bahwa ternyata The Fed menunjukkan sikap yang sangat dovish, yang berarti pemangkasan tingkat suku bunga acuan sudah hampir pasti dieksekusi pada pertemuan bulan ini juga.
Dalam teks testimoninya, Powell menyebut bahwa investasi dari pelaku usaha di sana telah menunjukkan perlambatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir seiring dengan ketidakpastian yang menyelimuti prospek perekonomian.
"Banyak anggota FOMC sebelumnya melihat bahwa urgensi untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih akomodatif telah meningkat. Sejak saat itu, berdasarkan data yang dirilis dan berbagai perkembangan lainnya, nampak bahwa ketidakpastian terkait perang dagang dan kekhawatiran mengenai laju perekonomian dunia telah terus membebani prospek perekonomian AS."
Sebelumnya, terdapat kekhawatiran bahwa The Fed tak akan terlalu dovish di masa depan lantaran pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam tengah berada dalam kondisi yang oke.
Pada hari Jumat (5/7/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juni 2019 diumumkan sebanyak 224.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 162.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian tersebut juga jauh mengalahkan capaian pada bulan Mei yang sebanyak 72.000 saja.
Data tenaga kerja menjadi sangat penting lantaran dipantau dengan ketat oleh The Fed guna merumuskan kebijakan suku bunga acuannya.
Kini, optimisme kembali membuncah bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps dalam pertemuannya pada akhir bulan ini. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 22,5%. Padahal pada sore tadi waktu Indonesia, probabilitasnya berada di angka 0%.
Di tengah perang dagang AS-China yang belum juga bisa diselesaikan, tentu pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan merupakan opsi terbaik guna menyelamatkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing.
Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article The Fed Beri Sinyal Dovish, Wall Street Ditutup Reli
Di titik tertingginya pada hari ini, ketiga indeks saham acuan di AS tersebut sukses menembus rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks S&P 500 sempat melonjak ke atas level 3.000, level yang sebelumnya belum pernah ditembus.
Sikap sangat dovish yang ditunjukkan oleh The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS sukses memantik aksi beli dengan intensitas yang besar di bursa saham AS. Hingga berita ini diturunkan, Gubernur The Fed Jerome Powell sedang memberikan testimoni di hadapan House Financial Services Committee terkait laporan kebijakan moneter semi tahunan.
Dalam teks testimoni yang sudah dirilis, terlihat bahwa ternyata The Fed menunjukkan sikap yang sangat dovish, yang berarti pemangkasan tingkat suku bunga acuan sudah hampir pasti dieksekusi pada pertemuan bulan ini juga.
Dalam teks testimoninya, Powell menyebut bahwa investasi dari pelaku usaha di sana telah menunjukkan perlambatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir seiring dengan ketidakpastian yang menyelimuti prospek perekonomian.
"Banyak anggota FOMC sebelumnya melihat bahwa urgensi untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih akomodatif telah meningkat. Sejak saat itu, berdasarkan data yang dirilis dan berbagai perkembangan lainnya, nampak bahwa ketidakpastian terkait perang dagang dan kekhawatiran mengenai laju perekonomian dunia telah terus membebani prospek perekonomian AS."
Sebelumnya, terdapat kekhawatiran bahwa The Fed tak akan terlalu dovish di masa depan lantaran pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam tengah berada dalam kondisi yang oke.
Pada hari Jumat (5/7/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juni 2019 diumumkan sebanyak 224.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 162.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian tersebut juga jauh mengalahkan capaian pada bulan Mei yang sebanyak 72.000 saja.
Data tenaga kerja menjadi sangat penting lantaran dipantau dengan ketat oleh The Fed guna merumuskan kebijakan suku bunga acuannya.
Kini, optimisme kembali membuncah bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps dalam pertemuannya pada akhir bulan ini. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 22,5%. Padahal pada sore tadi waktu Indonesia, probabilitasnya berada di angka 0%.
Di tengah perang dagang AS-China yang belum juga bisa diselesaikan, tentu pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan merupakan opsi terbaik guna menyelamatkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing.
Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article The Fed Beri Sinyal Dovish, Wall Street Ditutup Reli
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular