
Ini Poin-Poin Pernyataan Powell Yang Lambungkan Wall Street
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
10 July 2019 21:22

Jakarta, CNBC Indonesia -- Bursa Amerika Serikat (AS) dibuka meriah pada pembukaan perdagangan Rabu (10/7/2019) waktu setempat, menyambut pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Apa saja pernyataan tersebut, dan bagaimana implikasi pernyataan dia, berikut ini ulasan Tim Riset CNBC Indonesia.
Pertama, dalam testimoninya ke Komisi Jasa Keuangan Kongres AS, Powell mengatakan bahwa investasi swasta di seluruh penjuru AS melemah "terutama" akhir-akhir ini menyusul ketidakpastian yang membayangi outlook perekonomian.
Pelemahan investasi swasta ini merupakan hal serius, karena menyumbang 15% dari produk domestik bruto (PDB) Negeri Adidaya tersebut, menjadi kontributor terbesar kedua setelah konsumsi yang sumbangannya mencapai 60% dari perekonomian AS.
Dengan menekankan soal ini, Powel mengindikasikan bahwa perekonomian AS memerlukan stimulus, yang bisa dilakukan oleh bank sentral melalui penurunan suku bunga acuan (Fed Funds Rate).
Kedua, Powell menegaskan bahwa realisasi inflasi kini di bawah target yang dipatok Komite Pasar Terbuka The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) di atas plus-minus 2%. Menurut dia, ada risiko bahwa inflasi yang lemah bisa menjadi lebih akut dari yang sebelumnya diantisipasi.
Ini menjadi sinyal yang menegaskan bahwa suku bunga acuan harus diturunkan karena tidak ada kendala untuk itu dari sisi inflasi, dan bahkan sebaliknya penurunan suku bunga acuan bisa membantu mendorong konsumsi masyarakat--mengingat mayoritas dilakukan dengan kredit yang sensitif suku bunga tinggi. Pada akhirnya, inflasi sehat bisa dicapai.
Ketiga, arus yang melawan arah (crosscurrent) yang dipicu oleh kenaikan eskalasi perang dagang dan keprihatinan seputar kekuatan ekonomi global. Dua faktor tersebut, menurut Powell, telah memperberat aktivitas ekonomi AS dan juga outlooknya ke depan.
AS dan China telah berjibaku dalam perang dagang selama setahun lebih. Bulan lalu, kedua belah pihak sepakat untuk memulai negosiasi untuk mengakhiri pertikaian tersebut. Sementara itu, data ekonomi dari ekonomi negara maju di Kawasan Eropa tercatat melemah.
Ini lagi-lagi mengindikasikan perlunya bank sentral turun tangan membantu menangani persoalan ekonomi AS, dan global secara umum, melalui instrumen moneter, salah satunya berupa pemangkasan suku bunga acuan.
Keempat, Powell menegaskan bahwa bank sentral akan "bertindak secara sesuai" untuk menjaga momen ekspansi ekonomi yang saat ini berjalan. Ini mengindikasikan bahwa The Fed mengonfirmasi ekspektasi pelaku pasar akan adanya pemangkasan suku bunga acuan.
Hanya saja, pemangkasan itu kemungkinan tidak bakal agresif karena secara bersamaan Powell menegaskan bahwa perekonomian "berjalan dengan sangat baik" pada semester pertama 2019 dengan belanja konsumen yang sempat melemah pada kuartal pertama tetapi kemudian berhasil menguat di kuartal kedua.
Gubernur Fed menyampaikan testimoninya setelah bank sentral tersebut membuka peluang memangkas suku bunga acuannya dalam rapat sebelumnya pada Juni. Mengutip piranti FedWatch, investor telah memfaktorkan peluang sebesar 100% atas pemangkasan suku bunga Fed Funds Rate bulan ini.
"Dengan melihat pada perkembangan terbaru, Gubernur The Fed baru saja mengonfirmasi bahwa kondisi ekonomi telah memburuk," ujar Head of U.S. rates BMO Capital Markets Ian Lyngen, sebagaimana dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Dikipasi Powell, Dow Jones Sempat Sentuh Rekor Baru di 27.000
Pertama, dalam testimoninya ke Komisi Jasa Keuangan Kongres AS, Powell mengatakan bahwa investasi swasta di seluruh penjuru AS melemah "terutama" akhir-akhir ini menyusul ketidakpastian yang membayangi outlook perekonomian.
Pelemahan investasi swasta ini merupakan hal serius, karena menyumbang 15% dari produk domestik bruto (PDB) Negeri Adidaya tersebut, menjadi kontributor terbesar kedua setelah konsumsi yang sumbangannya mencapai 60% dari perekonomian AS.
Kedua, Powell menegaskan bahwa realisasi inflasi kini di bawah target yang dipatok Komite Pasar Terbuka The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) di atas plus-minus 2%. Menurut dia, ada risiko bahwa inflasi yang lemah bisa menjadi lebih akut dari yang sebelumnya diantisipasi.
Ini menjadi sinyal yang menegaskan bahwa suku bunga acuan harus diturunkan karena tidak ada kendala untuk itu dari sisi inflasi, dan bahkan sebaliknya penurunan suku bunga acuan bisa membantu mendorong konsumsi masyarakat--mengingat mayoritas dilakukan dengan kredit yang sensitif suku bunga tinggi. Pada akhirnya, inflasi sehat bisa dicapai.
Ketiga, arus yang melawan arah (crosscurrent) yang dipicu oleh kenaikan eskalasi perang dagang dan keprihatinan seputar kekuatan ekonomi global. Dua faktor tersebut, menurut Powell, telah memperberat aktivitas ekonomi AS dan juga outlooknya ke depan.
AS dan China telah berjibaku dalam perang dagang selama setahun lebih. Bulan lalu, kedua belah pihak sepakat untuk memulai negosiasi untuk mengakhiri pertikaian tersebut. Sementara itu, data ekonomi dari ekonomi negara maju di Kawasan Eropa tercatat melemah.
Ini lagi-lagi mengindikasikan perlunya bank sentral turun tangan membantu menangani persoalan ekonomi AS, dan global secara umum, melalui instrumen moneter, salah satunya berupa pemangkasan suku bunga acuan.
Keempat, Powell menegaskan bahwa bank sentral akan "bertindak secara sesuai" untuk menjaga momen ekspansi ekonomi yang saat ini berjalan. Ini mengindikasikan bahwa The Fed mengonfirmasi ekspektasi pelaku pasar akan adanya pemangkasan suku bunga acuan.
Hanya saja, pemangkasan itu kemungkinan tidak bakal agresif karena secara bersamaan Powell menegaskan bahwa perekonomian "berjalan dengan sangat baik" pada semester pertama 2019 dengan belanja konsumen yang sempat melemah pada kuartal pertama tetapi kemudian berhasil menguat di kuartal kedua.
Gubernur Fed menyampaikan testimoninya setelah bank sentral tersebut membuka peluang memangkas suku bunga acuannya dalam rapat sebelumnya pada Juni. Mengutip piranti FedWatch, investor telah memfaktorkan peluang sebesar 100% atas pemangkasan suku bunga Fed Funds Rate bulan ini.
"Dengan melihat pada perkembangan terbaru, Gubernur The Fed baru saja mengonfirmasi bahwa kondisi ekonomi telah memburuk," ujar Head of U.S. rates BMO Capital Markets Ian Lyngen, sebagaimana dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Dikipasi Powell, Dow Jones Sempat Sentuh Rekor Baru di 27.000
Most Popular