
Emiten Ramai-ramai Rights Issue, Apa Dampak Bagi Investor?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
09 July 2019 13:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue menjadi salah satu tren aksi korporasi yang ramai dilakukan oleh emiten dalam beberapa tahun terakhir. Nilai aksi korporasi ini juga terbilang besar-besar mulai dari ratusan miliar bahkan ada yang jumbo hingga Rp 10 triliun.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pelaksaan rights issue ini umumnya dipilih oleh emiten yang membutuhkan tambahan dana untuk keperluan pengembangan usaha ataupun pelunasan utang.
"Biasanya langkah yang dilakukan perusahaan dengan melakukan pinjaman ke bank atau rights issue ini. Tapi most likely rights issue ini dipilih ketika option pinjaman ke bank dinilai kurang cocok," kata Liza kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/7/2019).
Dalam pelaksanaan rights issue, lebih dari 10%, investor eksisting mendapat prioritas untuk menyerap saham baru yang akan dikeluarkan. Hak untuk membeli saham baru dihitung berdasarkan rasio yang proporsional dengan kepemilikan saham lama. Harga penawaran pun biasanya merupakan harga diskon, lebih rendah dari harga market.
Sayangnya langkah ini tak sepenuhnya berdampak positif. Sebab, Liza menjelaskan, ketika harga rights issue ditetapkan di harga yang lebih rendah dari market otomatis akan menarik turun harga saham baru ini dicatatkan.
"Di satu sisi akan membentuk harga teoritis yang lebih rendah, dimana hal tersebut biasanya akan menyeret turun harga saham induk pada saat hari-H rights issue take effect," jelas dia.
Selain itu, pemegang saham tak melakukan haknya untuk menyerap saha baru tersebut mau tak mau kepemilikannya akan tergerus.
Bagi perusahaan langkah ini merupakan langkah mudah untuk mendapatkan dana tanpa membenani rasio keuangan perusahaan.
Namun, menurut Liza justru ini akan berdampak pada nilai earning per share (EPS) perusahaan yang akan tergerus dibanding dengan periode yang sama sebelum dilakukannya aksi korporasi ini. Apalagi jika kinerja perusahaan di periode tersebut tak sebaik sebelumnya.
Ini Eminten yang Rights Issue dengan Nilai Jumbo
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Perusahaan Milik Kaesang Cs Rights Issue 784 Juta Saham
Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pelaksaan rights issue ini umumnya dipilih oleh emiten yang membutuhkan tambahan dana untuk keperluan pengembangan usaha ataupun pelunasan utang.
"Biasanya langkah yang dilakukan perusahaan dengan melakukan pinjaman ke bank atau rights issue ini. Tapi most likely rights issue ini dipilih ketika option pinjaman ke bank dinilai kurang cocok," kata Liza kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/7/2019).
Dalam pelaksanaan rights issue, lebih dari 10%, investor eksisting mendapat prioritas untuk menyerap saham baru yang akan dikeluarkan. Hak untuk membeli saham baru dihitung berdasarkan rasio yang proporsional dengan kepemilikan saham lama. Harga penawaran pun biasanya merupakan harga diskon, lebih rendah dari harga market.
"Di satu sisi akan membentuk harga teoritis yang lebih rendah, dimana hal tersebut biasanya akan menyeret turun harga saham induk pada saat hari-H rights issue take effect," jelas dia.
Selain itu, pemegang saham tak melakukan haknya untuk menyerap saha baru tersebut mau tak mau kepemilikannya akan tergerus.
Bagi perusahaan langkah ini merupakan langkah mudah untuk mendapatkan dana tanpa membenani rasio keuangan perusahaan.
Namun, menurut Liza justru ini akan berdampak pada nilai earning per share (EPS) perusahaan yang akan tergerus dibanding dengan periode yang sama sebelum dilakukannya aksi korporasi ini. Apalagi jika kinerja perusahaan di periode tersebut tak sebaik sebelumnya.
Ini Eminten yang Rights Issue dengan Nilai Jumbo
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Perusahaan Milik Kaesang Cs Rights Issue 784 Juta Saham
Most Popular