
Wow! Harga Emas Dunia Diprediksi Tembus Rp 900.000/Gram
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 July 2019 18:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia diprediksi terus naik hingga akhir tahun ini, meskipun sudah mencapai rekor tertinggi tahunan pada pekan lalu seiring dengan ketidakpastian global yang mendorong naik permintaan akan komoditas investasi ini sebagai aset aman.
Bahkan, harga emas diperkirakan mencapai US$ 2.000 per troy ounce pada akhir tahun ini. Hal ini disampaikan David Roche, Presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy yang berbasis di London, Senin (8/7/2019), dilansir CNBC International.
Harga tersebut setara dengan Rp 28 juta per troy ounce (Oz), dengan asumsi kurs Rp 14.100/US$.
Bagaimana dengan perhitungan secara gram dan rupiah?
Satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 2.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 64,31 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.100/US$, maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 906.771/gram.
Mengutip CNBC International, harga emas spot mencapai US$ 1.422,85 per troy ounce pada 25 Juni lalu yang merupakan rekor harga tertinggi dalam lebih dari 6 tahun terakhir.
Pada Jumat pekan lalu (5/7/2019), harga emas di pasar futures (berjangka) juga berada di level tertinggi sejak Agustus 2013, mencapai US$ 1.417,70 per troy ounce.
Harga emas telah berada dalam tren naik di tengah kabar kemungkinan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) dan meningkatnya kekhawatiran geopolitik. Kondisi ini menurut Roche justru membebani pasar saham sehingga pasar melirik investasi emas sebagai save haven.
"Saya benar-benar percaya pasar keuangan sekarang siap hancur seperti tumpukan pasir," katanya dalam acara 'Squawk Box' CNBC.
Namun, harga emas mulai terkoreksi sedikit pada perdagangan Senin ini, kemungkinan disebabkan oleh kabar rilis data tenaga kerja AS yang positif dan di luar prediksi.
Data tenaga kerja yang terdiri dari penyerapan pekerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll), tingkat pengangguran, serta rata-rata gaji per jam. Data ini merupakan salah satu acuan bagi The Fed untuk menetapkan kebijakan moneter.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan non-farm payroll sebanyak 224.000 orang, jauh di atas bulan Mei sebanyak 75.000 orang.
Sementara, tingkat pengangguran meski naik menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,6% masih dekat level terendah 50 tahun.
Rilis data tersebut membuat pelaku pasar kini memprediksi The Fed tidak akan agresif menurunkan suku bunga di tahun ini.
Di tengah pupusnya harapan investor akan penurunan suku bunga The Fed karena data positif itu, Roche memproyeksikan harga emas akan terus naik, yang sebagian disebabkan oleh ketegangan perang dagang yang akan menambah sentimen negatif investor pasar saham.
"Saya pikir perang dagang dengan AS adalah konflik global yang jauh lebih luas, jangkauannya lebih luas, yang akan merusak ekspektasi pertumbuhan di pasar ekuitas [saham]," katanya.
Mengingat prospek itu, Roche merekomendasikan agar investor menyimpan emas dalam portofolio mereka, selain juga tetap melirik investasi berbasis pendapatan tetap (fixed income) di Eropa dan surat utang (treasury) di AS.
(tas) Next Article Cooling Down! Harga Emas Pekan Ini Turun Pekan Ini
Bahkan, harga emas diperkirakan mencapai US$ 2.000 per troy ounce pada akhir tahun ini. Hal ini disampaikan David Roche, Presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy yang berbasis di London, Senin (8/7/2019), dilansir CNBC International.
Harga tersebut setara dengan Rp 28 juta per troy ounce (Oz), dengan asumsi kurs Rp 14.100/US$.
Satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 2.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 64,31 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.100/US$, maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 906.771/gram.
Mengutip CNBC International, harga emas spot mencapai US$ 1.422,85 per troy ounce pada 25 Juni lalu yang merupakan rekor harga tertinggi dalam lebih dari 6 tahun terakhir.
Pada Jumat pekan lalu (5/7/2019), harga emas di pasar futures (berjangka) juga berada di level tertinggi sejak Agustus 2013, mencapai US$ 1.417,70 per troy ounce.
Harga emas telah berada dalam tren naik di tengah kabar kemungkinan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) dan meningkatnya kekhawatiran geopolitik. Kondisi ini menurut Roche justru membebani pasar saham sehingga pasar melirik investasi emas sebagai save haven.
"Saya benar-benar percaya pasar keuangan sekarang siap hancur seperti tumpukan pasir," katanya dalam acara 'Squawk Box' CNBC.
Namun, harga emas mulai terkoreksi sedikit pada perdagangan Senin ini, kemungkinan disebabkan oleh kabar rilis data tenaga kerja AS yang positif dan di luar prediksi.
Data tenaga kerja yang terdiri dari penyerapan pekerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll), tingkat pengangguran, serta rata-rata gaji per jam. Data ini merupakan salah satu acuan bagi The Fed untuk menetapkan kebijakan moneter.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan non-farm payroll sebanyak 224.000 orang, jauh di atas bulan Mei sebanyak 75.000 orang.
Sementara, tingkat pengangguran meski naik menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,6% masih dekat level terendah 50 tahun.
Rilis data tersebut membuat pelaku pasar kini memprediksi The Fed tidak akan agresif menurunkan suku bunga di tahun ini.
Di tengah pupusnya harapan investor akan penurunan suku bunga The Fed karena data positif itu, Roche memproyeksikan harga emas akan terus naik, yang sebagian disebabkan oleh ketegangan perang dagang yang akan menambah sentimen negatif investor pasar saham.
"Saya pikir perang dagang dengan AS adalah konflik global yang jauh lebih luas, jangkauannya lebih luas, yang akan merusak ekspektasi pertumbuhan di pasar ekuitas [saham]," katanya.
Mengingat prospek itu, Roche merekomendasikan agar investor menyimpan emas dalam portofolio mereka, selain juga tetap melirik investasi berbasis pendapatan tetap (fixed income) di Eropa dan surat utang (treasury) di AS.
(tas) Next Article Cooling Down! Harga Emas Pekan Ini Turun Pekan Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular