Obligasi BUMN Konstruksi Tembus Rp 24 T, Siapa Paling Gede?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
05 July 2019 15:04
Obligasi merupakan salah satu instrumen favorit yang diterbitkan perusahaan.
Foto: Ilustrasi Pembangunan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Obligasi merupakan salah satu instrumen favorit yang diterbitkan baik oleh perusahaan terbuka (emiten) maupun perusahaan tertutup untuk menggalang dana eksternal di pasar modal dan menjadi alternatif utama selain sumber pendanaan utang perbankan.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juni 2019, nilai obligasi yang beredar (oustanding) di Indonesia mencapai Rp 436,49 triliun, naik 5,35% year-on-year (YoY) dari capaian tahun lalu yang ada di Rp 414,34 triliun.

Penerbitan obligasi, terutama obligasi korporasi, sepertinya akan kembali deras tahun ini didorong sentimen peringkat utang Indonesia yang naik dan nada kalem dari Bank Indonesia yang tampaknya tidak akan menaikkan suku bunga acuan.

Jika suku bunga acuan stagnan, bahkan berpeluang turun, maka cost of fund atau beban bunga atau kupon yang harus dibayarkan oleh perusahaan menjadi lebih kecil.


Selain itu, ramainya penerbitan juga berkaitan dengan upaya refinancing atau pembiayaan ulang untuk menutupi obligasi yang bakal jatuh tempo.

Dari data KSEI, industri yang rajin menerbitkan obligasi korporasi, salah satunya adalah industri konstruksi selain sektor jasa keuangan yang dominan merilis obligasi.

Banyaknya penerbitan surat utang di sektor konstruksi mengingat proyek-proyek perusahaan ini umumnya berskema turnkey project yang memaksa perusahaan untuk menanggung beban pembangunan.

Turnkey project
adalah pembayaran dari developer atau pemilik proyek kepada kontraktor dilakukan saat pekerjaan telah selesai seluruhnya atau pada saat proyek serah terima dari pelaksana ke pemilik.

Alhasil, perusahaan harus mencari dana eksternal untuk menanggung biaya pembangunan di awal yang jumlahnya tidak sedikit.

Melansir data KSEI, tercatat ada sekitar Rp 24,38 triliun obligasi outstanding (beredar) milik emiten karya (konstruksi), di mana sekitar 22,11% atau Rp 5,39 triliun akan jatuh tempo dalam waktu dekat (2020). Perhitungan ini memasukkan Hutama Karya yang belum menjadi perusahaan publik.

Perusahaan
Seri
Jumlah (Miliar Rp)
Jatuh Tempo
PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
Obligasi Bekelanjutan I Jasa Marga Tahap II 2014 Seri T1,00019-Sep-2019
PT PP Tbk (PTPP)Obligasi Bekelanjutan I PP Tahap II 201530024-Feb-2020
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)Obligasi Bekelanjutan I Adhi Karya Tahap II 2013 Seri B50015-Mar-2020
PT Hutama KaryaObligasi I Hutama Karya 2013 Seri C32528-Jun-2020
PT Waskita Karya Tbk (WSKT)Obligasi Bekelanjutan II Waskita Karya Tahap III 2017 Seri A74721-Feb-2020
PT Waskita Karya Tbk (WSKT)Obligasi Bekelanjutan III Waskita Karya Tahap I 2017 Seri A1,36906-Okt-2020
PT Waskita Karya Tbk (WSKT)Obligasi Bekelanjutan I Waskita Karya Tahap II 2015 Seri B1,15016-Okt-2020
Sumber:KSEI, diolah oleh Dwi Ayuningtyas

Berdasarkan data di atas, terlihat PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memiliki obligasi korporasi dengan jumlah terbesar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat (2020). Nilainya mencapai Rp 3,27 triliun.

Melansir laporan arus kas WSKT kuartal I-2019, jumlah kas dan setara arus kas yang dimiliki perusahaan tercatat sebesar Rp 6,33 triliun, lebih besar dibandingkan dengan nilai obligasi yang harus dilunasi.


Pemegang obligasi korporasi WSKT bisa merasa aman karena perusahaan punya kas yang cukup. Namun, perlu dicatat bahwa mayoritas kas tersebut didapat dari aktivitas pendanaan (pinjaman bank), sehingga memerlukan waktu untuk dicairkan.

Data ini tentu saja belum memperhitungkan penerbitan obligasi syariah (sukuk) dan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Utang BUMN karya era Jokowi.
[Gambas:Video CNBC]


(dwa/tas) Next Article Saham WSKT-WIKA dkk Kompak Bonyok! Ini Pemicunya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular