
Terbitkan Obligasi, Utang Indosat Numpuk & DER Jadi 4,5 Kali
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 July 2019 18:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melunasi dua seri surat utang pekan lalu, pekan ini PT Indosat Tbk (ISAT) merilis obligasi berkelanjutan III dan sukuk ijarah berkelanjutan III. Melalui program surat utang tersebut perusahaan menargetkan penghimpunan dana mencapai Rp 10 triliun.
Dalam prospektus ringkas yang dirilis hari ini (4/7/2019), sebagai bagian dari program obligasi berkelanjutan III tersebut, perusahaan menerbitkan obligasi berkelanjutan III tahap 1 dan tahap 2 dengan nilai pokok masing-masing Rp 1,5 triliun dan Rp 2,59 triliun.
Obligasi tersebut ditawarkan dalam 4 seri dengan tingkat kisaran suku bunga per tahun di 8,25-10%, dimana suku bunga terendah untuk seri yang jatuh tempo 370 hari, dan suku bunga tertinggi (10%) untuk jatuh tempo 10 tahun.
Dana yang diperoleh dari penawaran umum obligasi tersebut akan digunakan untuk pelunasan utang perusahaan termasuk di dalamnya utang bank, utang pokok obligasi berkelanjutan dan utang sukuk ijarah berkelanjutan.
Selain itu, dalam prospektus yang sama ISAT juga menyampaikan telah menerbitkan sukuk ijarah berkelanjutan III tahap I dan tahap II dengan nilai masing-masing Rp 500 miliar dan Rp 794 miliar.
Sama halnya dengan obligasi berkelanjutan III, sukuk ijarah kali ini juga akan diterbitkan dalam 4 seri, dengan jangka jatuh tempo yang sama. Perbedaannya, imbal hasil yang ditawarkan berupa cicilan imbalan ijarah yang memiliki kisaran Rp 2 miliar hingga RP 25,58 miliar.
Lebih lanjut, masa penawaran umum kedelapan seri surat utang tersebut dimulai pada 17 Juli 2019 selama 2 hari. Sedangkan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah seminggu setelahnya, yaitu 24 Juli 2019.
Dengan demikian, dalam kurun waktu dua minggu mendatang, perusahaan akan mendapat suntikan dana segar mencapai Rp 5,38 triliun. Penambahan dana tersebut kemudian akan dicatatkan dalam pos liabilitas yang membuat total utang perusahaan minimal naik 12,29% menjadi Rp 49,15 triliun.
Alhasil resiko kredit perusahaan yang dinilai melalui rasio debt-to-equity (DER) otomatis bertambah (asumsi nilai aset tetap). Perolehan DER ISAT naik menjadi 4,51 kali dari 4,02 kali.
DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas (yang diatribusikan pada pemilik induk). DER bisa juga menandakan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.
Di sisi lain, dana segar yang dihimpun dari 8 seri utang baru setara dengan setengah belanja modal perusahaan untuk periode 2019.
Kinerja Indosat yang Terus Tertekan
[Gambas:Video CNBC]
Seperti diketahui, ISAT menganggarkan belanja modal periode 2019-2021 mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp 30 triliun. Jadi per tahun nilai rerata belanja modal perusahaan adalah Rp 10 triliun.
Sebagai informasi tambahan, di 3 bulan pertama 2019 ISAT total pendapatan perusahaan pada kuartal I-2019 tumbuh tipis 3,9% year-on-year (YoY) menjadi 6,05 triliun.
Berkebalikan dengan top line yang tumbuh positif, bottom line perusahaan masih mencatat rapor merah dengan mengantongi kerugian sebesar Rp 292,51 miliar.
Pos beban utama yang menekan kinerja bottom line ISAT adalah beban penyelenggaraan jasa sebesar Rp 3 triliun (naik 5,18% YoY) dan beban penyusutan & amortisasi senilai Rp 2,37 triliun (naik 14,2% YoY).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wabah Corona, Bos Indosat Beri Rp 318 M Bantu Karyawan
Dalam prospektus ringkas yang dirilis hari ini (4/7/2019), sebagai bagian dari program obligasi berkelanjutan III tersebut, perusahaan menerbitkan obligasi berkelanjutan III tahap 1 dan tahap 2 dengan nilai pokok masing-masing Rp 1,5 triliun dan Rp 2,59 triliun.
Obligasi tersebut ditawarkan dalam 4 seri dengan tingkat kisaran suku bunga per tahun di 8,25-10%, dimana suku bunga terendah untuk seri yang jatuh tempo 370 hari, dan suku bunga tertinggi (10%) untuk jatuh tempo 10 tahun.
Dana yang diperoleh dari penawaran umum obligasi tersebut akan digunakan untuk pelunasan utang perusahaan termasuk di dalamnya utang bank, utang pokok obligasi berkelanjutan dan utang sukuk ijarah berkelanjutan.
Sama halnya dengan obligasi berkelanjutan III, sukuk ijarah kali ini juga akan diterbitkan dalam 4 seri, dengan jangka jatuh tempo yang sama. Perbedaannya, imbal hasil yang ditawarkan berupa cicilan imbalan ijarah yang memiliki kisaran Rp 2 miliar hingga RP 25,58 miliar.
Lebih lanjut, masa penawaran umum kedelapan seri surat utang tersebut dimulai pada 17 Juli 2019 selama 2 hari. Sedangkan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah seminggu setelahnya, yaitu 24 Juli 2019.
Dengan demikian, dalam kurun waktu dua minggu mendatang, perusahaan akan mendapat suntikan dana segar mencapai Rp 5,38 triliun. Penambahan dana tersebut kemudian akan dicatatkan dalam pos liabilitas yang membuat total utang perusahaan minimal naik 12,29% menjadi Rp 49,15 triliun.
Alhasil resiko kredit perusahaan yang dinilai melalui rasio debt-to-equity (DER) otomatis bertambah (asumsi nilai aset tetap). Perolehan DER ISAT naik menjadi 4,51 kali dari 4,02 kali.
DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas (yang diatribusikan pada pemilik induk). DER bisa juga menandakan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.
Di sisi lain, dana segar yang dihimpun dari 8 seri utang baru setara dengan setengah belanja modal perusahaan untuk periode 2019.
Kinerja Indosat yang Terus Tertekan
[Gambas:Video CNBC]
Seperti diketahui, ISAT menganggarkan belanja modal periode 2019-2021 mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp 30 triliun. Jadi per tahun nilai rerata belanja modal perusahaan adalah Rp 10 triliun.
Sebagai informasi tambahan, di 3 bulan pertama 2019 ISAT total pendapatan perusahaan pada kuartal I-2019 tumbuh tipis 3,9% year-on-year (YoY) menjadi 6,05 triliun.
Berkebalikan dengan top line yang tumbuh positif, bottom line perusahaan masih mencatat rapor merah dengan mengantongi kerugian sebesar Rp 292,51 miliar.
Pos beban utama yang menekan kinerja bottom line ISAT adalah beban penyelenggaraan jasa sebesar Rp 3 triliun (naik 5,18% YoY) dan beban penyusutan & amortisasi senilai Rp 2,37 triliun (naik 14,2% YoY).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wabah Corona, Bos Indosat Beri Rp 318 M Bantu Karyawan
Most Popular