Hari Ini, Pemerintah Terbitkan Efek Utang Rp 25 Triliun

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 July 2019 20:11
Pemerintah rilis surat berharga negara (SBN) senilai total Rp 25,15 triliun hari ini, melalui lelang terbuka dan penawaran terbatas.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan surat berharga negara (SBN) senilai total Rp 25,15 triliun hari ini, yang dilakukan melalui lelang terbuka dan penawaran terbatas (private placement).  

Dalam lelang hari ini (2/7/19), nilai surat utang negara (SUN) yang diterbitkan mencapai Rp 22,15 triliun , sedangkan yang diterbitkan melalui private placement adalah surat berharga syariah negara (SBSN, sukuk negara) jenis berbasis proyek (project based sukuk, PBS) seri PBS-025 senilai Rp 3 triliun. 

Nilai penerbitan dalam lelang SUN hari ini tersebut masih di bawah lelang obligasi konvensional sebelumnya Rp 24 triliun tetapi lebih tinggi dari rerata penerbitan sejak awal tahun Rp 22,05 triliun. Jumlah tersebut juga masih di bawah rentang target indikatif pemerintah dalam lelang SUN rutin Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.  

SUN adalah istilah bagi SBN konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Di sisi lain, SBN yang berprinsip syariah dan diterbitkan berdasarkan kaidah hukum ekonomi syariah dinamai SBSN atau sukuk negara. 

Dalam lelang hari ini, bank dan sekuritas peserta lelang menyampaikan penawaran senilai Rp 62,08 triliun, yang lebih tinggi daripada lelang sebelumnya Rp 54,79 triliun dan dari rerata penawaran lelang sejak awal tahun Rp 52,01 triliun. 

Meskipun nilainya besar, penawaran tersebut belum merupakan yang tertinggi karena penawaran dalam lelang pernah mencapai Rp 93,93 triliun pada 26 Februari. Jumlah penerbitan dan penawaran yang cukup tinggi tersebut dimungkinkan karena saat ini masih terjadi reli kenaikan harga di pasar. 

Hari ini saja, harga wajar obligasi rupiah pemerintah yang dikutip oleh PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat, sehingga menekan imbal hasil (yield) wajarnya di pasar. Menguatnya harga wajar SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat yield wajar keempatnya.  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat harga wajarnya adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 5,7 basis poin (bps) menjadi 7,6%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  
 
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 2 Jul'19
SeriJatuh tempoYield 1 Jul'19 (%)Yield 2 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
FR00775 tahun6.81056.7853-2.52
FR007810 tahun7.33277.33510.24
FR006815 tahun7.65967.6025-5.71
FR007920 tahun7.89267.8901-0.25
Avg movement-2.06
Sumber: IBPA   

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 989,92 triliun SBN, atau 39,11% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 1 Juli.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 96,67 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.    


TIM RISET CNBC INDONESIA  


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular