
Perhatian! Saham Telkom Reli & Tertinggi Sejak Awal 2018
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 July 2019 10:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) kembali melanjutkan penguatan yang membentuk reli sekaligus mencetak rekor tertinggi sejak tahun lalu, tepatnya sejak 8 Januari 2018.
Hari ini (2/7/19), harga saham BUMN telekomunikasi tersebut naik 0,47% menjadi Rp 4.240 per saham di pasar reguler, menggenapi reli hari keempat beruntun yang terjadi sejak Kamis pekan lalu.
Selain itu, hari ini saham Telkom paling banyak diburu investor asing pada perdagangan hari ini dengan nilai Rp 74,75 miliar. Secara year to date, akumulasi beli bersing asing pada saham Telkom mencapai Rp 2,61 triliun.
Meskipun sempat mengalami beberapa jeda koreksi, tetapi tren penguatan masih mendorong naiknya saham perseroan sejak 17 Mei 2019 ketika masih di Rp 3.510.
Level itu juga menjadi posisi terendah saham emiten sejak September 2018.
Pada akhir semester I-2019, tepatnya pada 27 Juni, perseroan baru mendistribusikan dividen Rp 16,23 triliun atau setara Rp 163 per saham.
Jumlah itu merupakan 90% dari laba bersih tahun lalu, yang juga mencakup 30% dividen spesial.
Manajemen menyatakan rasio pembagian dividen (dividend payout ratio, DPR) yang tinggi tersebut tidak menyulitkan perseroan karena neracanya dinilai masih cukup sehat.
Induk operator ponsel nomor satu domestik yaitu PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) tersebut diprediksi mampu membukukan kenaikan pendapatan 8,62% hingga menjadi Rp 142,05 triliun tahun ini, berdasarkan riset PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) pada 9 Mei silam.
Di sisi EBITDA dan laba bersih, kinerjanya diprediksi tumbuh masing-masing 10,88% dan 15,76% menjadi Rp 66,8 triliun dan Rp 20,87 triliun.
Target harga (TP) TLKM ditetapkan Panin Sekuritas pada Rp 4.300. Riset PT Macquarie Sekuritas Indonesia yang dirilis pada 28 Juni menunjukkan TP Rp 4.700 per saham untuk periode 12 bulan ke depan, dengan katalis naiknya harga paket data pada produk andalan perseroan sepanjang semester I-2019.
Kenaikan harga tersebut diprediksi dapat membuat kinerja laba bersihnya pada kuartal II-2019 akan membaik dan memberi kejutan positif kepada pelaku pasar.
Faktor lain adalah saat ini tiga pelaku utama industri telekomunikasi sedang menikmati pertumbuhan pendapatan dari naiknya tarif data yang ditambah investasi jaringan Telkomsel yang superior, sehingga dapat membuat kenaikan harga paket data tersebut akan bertahan.
Saat ini, Macquarie menilai harga pasar TLKM masih berada di valuasi nilai perusahaan per EBITDA (EV/EBITDA) untuk kinerja sepanjang 2019 sebesar 7,8 kali, yang dianggap masih kurang diminati pasar sehingga masih cukup murah (undemanding).
Valuasi itu juga ditambah faktor yield dividen perusahaan yang baru dipimpin Ririek Adriansyah tersebut yang dinilai tinggi dan menarik pada 4,7%.
Harga saham perseroan yang berada pada Rp 4.240 per saham membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 420,02 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Kinerja Telkom di Tangan Alex Sinaga
Hari ini (2/7/19), harga saham BUMN telekomunikasi tersebut naik 0,47% menjadi Rp 4.240 per saham di pasar reguler, menggenapi reli hari keempat beruntun yang terjadi sejak Kamis pekan lalu.
Selain itu, hari ini saham Telkom paling banyak diburu investor asing pada perdagangan hari ini dengan nilai Rp 74,75 miliar. Secara year to date, akumulasi beli bersing asing pada saham Telkom mencapai Rp 2,61 triliun.
Meskipun sempat mengalami beberapa jeda koreksi, tetapi tren penguatan masih mendorong naiknya saham perseroan sejak 17 Mei 2019 ketika masih di Rp 3.510.
Pada akhir semester I-2019, tepatnya pada 27 Juni, perseroan baru mendistribusikan dividen Rp 16,23 triliun atau setara Rp 163 per saham.
Jumlah itu merupakan 90% dari laba bersih tahun lalu, yang juga mencakup 30% dividen spesial.
Manajemen menyatakan rasio pembagian dividen (dividend payout ratio, DPR) yang tinggi tersebut tidak menyulitkan perseroan karena neracanya dinilai masih cukup sehat.
Induk operator ponsel nomor satu domestik yaitu PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) tersebut diprediksi mampu membukukan kenaikan pendapatan 8,62% hingga menjadi Rp 142,05 triliun tahun ini, berdasarkan riset PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) pada 9 Mei silam.
Di sisi EBITDA dan laba bersih, kinerjanya diprediksi tumbuh masing-masing 10,88% dan 15,76% menjadi Rp 66,8 triliun dan Rp 20,87 triliun.
Target harga (TP) TLKM ditetapkan Panin Sekuritas pada Rp 4.300. Riset PT Macquarie Sekuritas Indonesia yang dirilis pada 28 Juni menunjukkan TP Rp 4.700 per saham untuk periode 12 bulan ke depan, dengan katalis naiknya harga paket data pada produk andalan perseroan sepanjang semester I-2019.
Kenaikan harga tersebut diprediksi dapat membuat kinerja laba bersihnya pada kuartal II-2019 akan membaik dan memberi kejutan positif kepada pelaku pasar.
Faktor lain adalah saat ini tiga pelaku utama industri telekomunikasi sedang menikmati pertumbuhan pendapatan dari naiknya tarif data yang ditambah investasi jaringan Telkomsel yang superior, sehingga dapat membuat kenaikan harga paket data tersebut akan bertahan.
Saat ini, Macquarie menilai harga pasar TLKM masih berada di valuasi nilai perusahaan per EBITDA (EV/EBITDA) untuk kinerja sepanjang 2019 sebesar 7,8 kali, yang dianggap masih kurang diminati pasar sehingga masih cukup murah (undemanding).
Valuasi itu juga ditambah faktor yield dividen perusahaan yang baru dipimpin Ririek Adriansyah tersebut yang dinilai tinggi dan menarik pada 4,7%.
Harga saham perseroan yang berada pada Rp 4.240 per saham membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 420,02 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Kinerja Telkom di Tangan Alex Sinaga
Most Popular