
Sambut Hasil G20, Dolar AS Perkasa tapi Yuan Malah Melemah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 July 2019 21:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) menguat tajam pada perdagangan Senin (1/6/19) merespon hasil positif dari pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akhir pekan lalu. Namun lain halnya dengan yuan.
Setelah berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20, Trump dan Xi menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Pada pukul 20:46 WIB, indeks dolar menguat 0,32% ke level 96,43 melansir data Refinitiv. Indeks ini kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS, dan dibentuk oleh 6 mata uang, yakni euro, poundsterling, yen, franc Swis, krona Swedia, dan dolar Kanada.
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Membaiknya hubungan AS-China tersebut membuat para investor lega perang dagang tidak lagi tereskalasi.
Para investor sebelumnya sempat cemas akan kemungkinan AS menaikkan lagi bea impor setelah penasihat ekonomi Presiden Trump, Larry Kudlow pada Kamis pekan lalu mengatakan Gedung Putih masih bisa mengenakan bea impor baru yang sudah direncanakan sebelumnya terhadap berbagai produk dari China.
Eskalasi perang dagang tentunya membuat perekonomian global semakin memburuk, termasuk juga kondisi ekonomi Paman Sam, sehingga memaksa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memangkas suku bunga.
Kini dengan membaiknya hubungan AS-China dan dibukanya kembali perundingan dagang muncul harapan akan adanya damai dagang yang dapat memacu perekonomian global. Dengan demikian The Fed bisa jadi mempertimbangkan kembali apakah suku bunganya akan dipangkas atau tidak.
Hingga saat ini, probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini masih tinggi. Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 72,4% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin menjadi 2,00%-2,25% pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Selain faktor Trump-Xi, dolar AS juga mendapat tenaga untuk menguat akibat sentimen negatif yang diterima euro dan poundsterling. Dua mata uang ini terbebani rilis data aktivitas manufaktur yang berkontraksi semakin dalam.
Markit melaporkan pembacaan akhir indeks aktivitas manufaktur zona euro turun menjadi 47,6 dari rilis awal 47,8. Jerman yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di zona euro mengalami pelambatan lebih dalam menjadi 45,0 dibandingkan sebelumnya 45,4.
Sementara untuk Inggris dilaporkan sebesar 48,0, turun dalam dibandingkan bulan Mei sebesar 49,4.
Sebelum zona euro dan Inggris, China terlebih dahulu melaporkan data yang sama. Data dari Caixin menunjukkan sektor manufaktur China berkontraksi di bulan Juni, dengan angka indeks sebesar 49,4. Kontraksi ini merupakan yang pertama setelah berekspansi dalam tiga bulan beruntun.
Data ini membuat kurs yuan melemah 0,34% melawan dolar AS ke level 6,841/US$, mengabaikan sentimen positif dari hasil pertemuan Trump-Xi.
Berbeda dari China, zona euro, dan Inggris, Institute for Supply Management (ISM) juga melaporkan data aktivitas manufaktur AS yang masih berekspansi walaupun melambat. Data yang dirilis ISM menunjukkan indeks manufaktur naik menjadi 51,7 di bulan Juni, melambat dibandingkan bulan sebelumnya 52,1.
Berbeda dengan zona euro dan Inggris, dari AS Institute for Supply Management (ISM) juga melaporkan data aktivitas manufaktur yang masih berekspansi walaupun melambat. Data yang dirilis ISM menunjukkan indeks manufaktur naik menjadi 51,7 di bulan Juni, melambat dibandingkan bulan sebelumnya 52,1.
Euro dan poundsterling memiliki andil yang besar terhadap pembentukan indeks dolar, sehingga pelemahan dua mata uang ini akan menguntungkan bagi the greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan
Setelah berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20, Trump dan Xi menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Pada pukul 20:46 WIB, indeks dolar menguat 0,32% ke level 96,43 melansir data Refinitiv. Indeks ini kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS, dan dibentuk oleh 6 mata uang, yakni euro, poundsterling, yen, franc Swis, krona Swedia, dan dolar Kanada.
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Membaiknya hubungan AS-China tersebut membuat para investor lega perang dagang tidak lagi tereskalasi.
Para investor sebelumnya sempat cemas akan kemungkinan AS menaikkan lagi bea impor setelah penasihat ekonomi Presiden Trump, Larry Kudlow pada Kamis pekan lalu mengatakan Gedung Putih masih bisa mengenakan bea impor baru yang sudah direncanakan sebelumnya terhadap berbagai produk dari China.
Eskalasi perang dagang tentunya membuat perekonomian global semakin memburuk, termasuk juga kondisi ekonomi Paman Sam, sehingga memaksa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memangkas suku bunga.
Kini dengan membaiknya hubungan AS-China dan dibukanya kembali perundingan dagang muncul harapan akan adanya damai dagang yang dapat memacu perekonomian global. Dengan demikian The Fed bisa jadi mempertimbangkan kembali apakah suku bunganya akan dipangkas atau tidak.
![]() Sumber: CME Group |
Hingga saat ini, probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini masih tinggi. Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 72,4% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin menjadi 2,00%-2,25% pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Selain faktor Trump-Xi, dolar AS juga mendapat tenaga untuk menguat akibat sentimen negatif yang diterima euro dan poundsterling. Dua mata uang ini terbebani rilis data aktivitas manufaktur yang berkontraksi semakin dalam.
Markit melaporkan pembacaan akhir indeks aktivitas manufaktur zona euro turun menjadi 47,6 dari rilis awal 47,8. Jerman yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di zona euro mengalami pelambatan lebih dalam menjadi 45,0 dibandingkan sebelumnya 45,4.
Sementara untuk Inggris dilaporkan sebesar 48,0, turun dalam dibandingkan bulan Mei sebesar 49,4.
Sebelum zona euro dan Inggris, China terlebih dahulu melaporkan data yang sama. Data dari Caixin menunjukkan sektor manufaktur China berkontraksi di bulan Juni, dengan angka indeks sebesar 49,4. Kontraksi ini merupakan yang pertama setelah berekspansi dalam tiga bulan beruntun.
Data ini membuat kurs yuan melemah 0,34% melawan dolar AS ke level 6,841/US$, mengabaikan sentimen positif dari hasil pertemuan Trump-Xi.
Berbeda dari China, zona euro, dan Inggris, Institute for Supply Management (ISM) juga melaporkan data aktivitas manufaktur AS yang masih berekspansi walaupun melambat. Data yang dirilis ISM menunjukkan indeks manufaktur naik menjadi 51,7 di bulan Juni, melambat dibandingkan bulan sebelumnya 52,1.
Berbeda dengan zona euro dan Inggris, dari AS Institute for Supply Management (ISM) juga melaporkan data aktivitas manufaktur yang masih berekspansi walaupun melambat. Data yang dirilis ISM menunjukkan indeks manufaktur naik menjadi 51,7 di bulan Juni, melambat dibandingkan bulan sebelumnya 52,1.
Euro dan poundsterling memiliki andil yang besar terhadap pembentukan indeks dolar, sehingga pelemahan dua mata uang ini akan menguntungkan bagi the greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan
Most Popular