
Update
Ini Deretan Saham Paling Anjlok di Semester I-2019
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
02 July 2019 08:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang semester I 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertumbuh 2,65% pada level 6.358. Di tengah penguatan IHSG, ada beberapa saham yang memiliki kinerja yang bisa dikatakan anjlok dalam 6 bulan perdagangan tahun ini.
Berikut lima saham yang kinerjanya paling anjlok selama semester I mengacu data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI):
1. PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU)
Saham berkode TAMU menjadi saham paling anjlok pada paruh pertama tahun ini dengan penurunan 86,19%. Sahamnya terhenti pada harga Rp 580/saham pada penghujung semester.
Emiten yang bergerak dalam layanan pendukung lepas pantai tersebut terbilang sangat likuid, dengan volume transaksi selama 6 bulan mencapai Rp 2,65 triliun.
2. PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO)
Saham berkode TRIO menjadi saham paling anjlok kedua di semester pertama ini dengan penurunan 78,81%. Pada penghujung semester, sahamnya terhenti pada harga Rp 236/saham.
Volume transaksi sahamnya mencapai Rp 191,5 miliar, transaksinya terdorong karena aksi jual pelaku pasar di mana harganya saat ini berada di level paling dasar pada Rp 50/saham.
Emiten ini bergerak dalam bidang perdagangan dan distribusi, perangkat telekomunikasi, termasuk telepon seluler, asesoris, suku cadang, voucher isi ulang prabayar dan pascabayar, gadget; dan layanan terutama yang berkaitan dengan industri telekomunikasi dan multimedia.
3. PT SMR Utama Tbk (SMRU)
Saham berkode SMRU menjadi saham paling anjlok ketiga pada paruh pertama tahun ini dengan penurunan 78,15%. Pada penghujung semester, sahamnya terhenti pada harga Rp 142/saham.
Emiten pertambangan dan sumber daya alam yang saat ini mengoperasikan lokasi tambang Mangan di Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut transaksi sahamnya juga terbilang likuid, dengan volume transaksi mencapai Rp 93,77 miliar.
4. PT Cottonindo Ariesta Tbk Tbk (KPAS)
Saham KPAS menjadi saham yang paling anjlok keempat pada semester I dengan penurunan 77,84%, sahamnya terhenti pada harga Rp 123/saham pada penghujung semester.
Emiten yang bergerak dalam bidang industri bahan dasar kapas untuk kosmetik dan kesehatan tersebut terbilang likuid, dengan volume transaksi mencapai Rp 1,06 triliun.
5. PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA)
Selama semester I, saham Marga Abhinaya Abadi minus 77,27%. Harga saham MABA bertahan di level Rp 50/saham. MABA mencatatkan sahamnya (listing) di bursa pada 22 Juni 2018. Saat IPO harga sahamnya ditetapkan Rp 112.
Kini Marga Abhinaya juga masuk ke sektor Properti dan Real Estat dan Konstruksi Bangunan. Sebelumnya MABA masuk sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi, dengan fokus pada bisnis restoran, hotel, dan pariwisata.
*Ralat Berita :
Sebelumnya CNBC Indonesia menyebutkan bahwa PT Industri Dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS) sebagai emiten yang harganya paling dalam penurunannya selama semester I-2019.
PT Industri Dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS)
Dalam hak jawab yang dikirimkan kepada redaksi, Yosef, Investor Relations Bintraco Dharma menegaskan bahwa pemberitaan yang menyatakan harga saham CARS mengalami penurunan hingga 91,07% menjadi pemberitaan negatif yang perlu diluruskan ke publik. Hal itu mengingat perseroan telah melakukan aksi korporasi berupa Stock Split atau pemecahan nominal saham.
Dalam keterbukaan informasi di BEI, perseroan melakukan perubahan nilai nominal saham dari semula Rp 100/saham menjadi Rp 10/saham. Sehubungan dengan hal tersebut pelaksanaan Stock Split akan dilaksanakan di mana 1 (satu) saham lama dengan nilai nominal Rp 100/saham akan menjadi 10 (sepuluh) saham baru dengan nilai nominal Rp 10/saham.
"Jika mengacu pada harga per lembar saham di awal tahun 2019 Rp 280 [disesuaikan dengan stock split 1:10] dibandingkan harga Rp 250 [28 Juni 2019] memang terjadi koreksi sebesar 10,7% namun jauh dari yang diberitakan hingga 97,07%," tegasnya dalam hak jawabnya.
Pernyatann ini sekaligus merevisi pemberitaan sebelumnya yang menyebutkan CARS menjadi perusahaan yang paling anjlok sahamnya pada paruh pertama tahun ini dengan penurunan 91,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Lepas dari TPS Food, GOLL Didenda BEI karena Lapkeu
Berikut lima saham yang kinerjanya paling anjlok selama semester I mengacu data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI):
1. PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU)
Saham berkode TAMU menjadi saham paling anjlok pada paruh pertama tahun ini dengan penurunan 86,19%. Sahamnya terhenti pada harga Rp 580/saham pada penghujung semester.
2. PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO)
Saham berkode TRIO menjadi saham paling anjlok kedua di semester pertama ini dengan penurunan 78,81%. Pada penghujung semester, sahamnya terhenti pada harga Rp 236/saham.
Volume transaksi sahamnya mencapai Rp 191,5 miliar, transaksinya terdorong karena aksi jual pelaku pasar di mana harganya saat ini berada di level paling dasar pada Rp 50/saham.
Emiten ini bergerak dalam bidang perdagangan dan distribusi, perangkat telekomunikasi, termasuk telepon seluler, asesoris, suku cadang, voucher isi ulang prabayar dan pascabayar, gadget; dan layanan terutama yang berkaitan dengan industri telekomunikasi dan multimedia.
3. PT SMR Utama Tbk (SMRU)
Saham berkode SMRU menjadi saham paling anjlok ketiga pada paruh pertama tahun ini dengan penurunan 78,15%. Pada penghujung semester, sahamnya terhenti pada harga Rp 142/saham.
Emiten pertambangan dan sumber daya alam yang saat ini mengoperasikan lokasi tambang Mangan di Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut transaksi sahamnya juga terbilang likuid, dengan volume transaksi mencapai Rp 93,77 miliar.
4. PT Cottonindo Ariesta Tbk Tbk (KPAS)
Saham KPAS menjadi saham yang paling anjlok keempat pada semester I dengan penurunan 77,84%, sahamnya terhenti pada harga Rp 123/saham pada penghujung semester.
Emiten yang bergerak dalam bidang industri bahan dasar kapas untuk kosmetik dan kesehatan tersebut terbilang likuid, dengan volume transaksi mencapai Rp 1,06 triliun.
5. PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA)
Selama semester I, saham Marga Abhinaya Abadi minus 77,27%. Harga saham MABA bertahan di level Rp 50/saham. MABA mencatatkan sahamnya (listing) di bursa pada 22 Juni 2018. Saat IPO harga sahamnya ditetapkan Rp 112.
Kini Marga Abhinaya juga masuk ke sektor Properti dan Real Estat dan Konstruksi Bangunan. Sebelumnya MABA masuk sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi, dengan fokus pada bisnis restoran, hotel, dan pariwisata.
*Ralat Berita :
Sebelumnya CNBC Indonesia menyebutkan bahwa PT Industri Dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS) sebagai emiten yang harganya paling dalam penurunannya selama semester I-2019.
PT Industri Dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS)
Dalam hak jawab yang dikirimkan kepada redaksi, Yosef, Investor Relations Bintraco Dharma menegaskan bahwa pemberitaan yang menyatakan harga saham CARS mengalami penurunan hingga 91,07% menjadi pemberitaan negatif yang perlu diluruskan ke publik. Hal itu mengingat perseroan telah melakukan aksi korporasi berupa Stock Split atau pemecahan nominal saham.
Dalam keterbukaan informasi di BEI, perseroan melakukan perubahan nilai nominal saham dari semula Rp 100/saham menjadi Rp 10/saham. Sehubungan dengan hal tersebut pelaksanaan Stock Split akan dilaksanakan di mana 1 (satu) saham lama dengan nilai nominal Rp 100/saham akan menjadi 10 (sepuluh) saham baru dengan nilai nominal Rp 10/saham.
"Jika mengacu pada harga per lembar saham di awal tahun 2019 Rp 280 [disesuaikan dengan stock split 1:10] dibandingkan harga Rp 250 [28 Juni 2019] memang terjadi koreksi sebesar 10,7% namun jauh dari yang diberitakan hingga 97,07%," tegasnya dalam hak jawabnya.
Pernyatann ini sekaligus merevisi pemberitaan sebelumnya yang menyebutkan CARS menjadi perusahaan yang paling anjlok sahamnya pada paruh pertama tahun ini dengan penurunan 91,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Lepas dari TPS Food, GOLL Didenda BEI karena Lapkeu
Most Popular