Di Antara Raksasa G20, Rupiah Ternyata Cukup Perkasa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 June 2019 19:48
Pelambatan ekonomi terasa ke banyak aspek, termasuk nilai tukar mata uang negara masing-masing.
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dimulai hari ini Jumat (28/6/19) hingga Sabtu besok. Masalah perang dagang yang membuat perekonomian global melambat menjadi isu utama dalam KTT kali ini.

Pelambatan ekonomi terasa ke banyak aspek, termasuk nilai tukar mata uang negara masing-masing. Ternyata jika dilihat selama semester I 2019, mata uang rupiah cukup perkasa, bahkan bisa menaklukan para raksasa di G20.

Berikut performa mata uang rupiah melawan beberapa mata uang negara-negara G20 sepanjang semester I 2019, berdasarkan data dari Refinitiv di pasar spot.

Dolar Amerika Serikat (AS)



Menghadapi dolar AS, rupiah berhasil mencatat penguatan 1,69% di semester I 2019. Performa yang cukup bagus mengingat Mata Uang Garuda sebelumnya sempat mengalami tekanan hebat hingga hingga ke atas level Rp 14.500 di bulan Mei lalu.

Kinerja rupiah melawan dolar AS membaik di bulan Juni, dengan total mencatat penguatan 1,02%. Spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberikan momentum penguatan bagi rupiah.

Euro



Mata uang 19 negara ini melemah 2,35% melawan rupiah sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun euro bahkan tidak diberi kesempatan mencicipi zona hijau. Isu pelambatan ekonomi zona euro, bahkan kemungkinan terjadi resesi membuat mata uangnya terus mengalami tekanan.

Performa euro diperburuk oleh sikap European Central Bank (ECB) yang membuka peluang untuk menggelontorkan stimulus moneter, bahkan pemangkasan suku bunga. Stimulus moneter berarti semakin banyak uang yang beredar, yang membuat nilai tukarnya melemah.

Poundsterling



Mata uang Inggris ini masih terbebani kemungkinan terjadinya Hard Brexit yang membuatnya melemah 2,24% melawan rupiah.

Isu politik mendominasi pergerakan pound sepanjang tahun ini. Hard Brexit dikhawatirkan akan membuat perekonomian Negeri Ratu Elizabeth ini ambruk, bahkan terancam mengalami resesi.

Kandidat kuat Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, merupakan tokoh euroskeptik, dan sebelumnya tekah berjanji akan mengeluarkan Inggris dengan kesepakatan (Soft Brexit) atau tanpa kesepakatan sama sekali (Hard Brexit) pada 31 Oktober nanti. 

Yen



Menyandang status sebagai aset aman atau safe haven, mata uang yen paling diuntungkan dengan kondisi ekonomi global yang sedang melambat akibat perang dagang.

Mata uang yen selalu menjadi incaran para investor untuk mengamankan asetnya jika terjadi gejolak di pasar finansial.

Namun, dengan "keistimewaan" yang dimilikinya, yen hanya mampu menguat 0,15% melawan rupiah di tahun ini. Rupiah merupakan mata uang negara emerging market yang dianggap lebih berisiko, dan performa rupiah yang hanya melemah 0,15% melawan aset safe haven bisa dikatakan cukup bagus.

Yuan China



Aktor utama di balik perang dagang yang membuat ekonomi dunia melambat adalah AS dengan China, maka tidak salah jika mata uang yuan mengalami tekanan sepanjang tahun ini.

Melawan rupiah, yuan melemah 1,49%, kini KTT G20 akan memberikan jawaban apakah perang dagang akan berakhir atau malah tereskalasi.
Perekonomian China akan semakin melambat jika dua negara ini justru saling balas menaikkan bea impor lagi jika tidak ada hasil positif dari pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping Sabtu besok.

Dolar Kanada



Mata uang ini menjadi satu-satunya raksasa di G20 yang berhasil menguat cukup tinggi melawan rupiah. Selama semester I 2019, dolar Kanada mampu menguat 2,44%. Ekonomi Kanada menunjukkan tanda-tanda peningkatan sejak bulan Mei, bahkan tingkat pengangurannya mencapai level terendah sejak 1976 sebesar 5,4%.

Kenaikan harga minyak mentah menjadi salah satu penopang perekonomian Kanada. Minyak mentah merupakan salah satu komoditas ekspor terbesarnya, kenaikan harga emas hitam ini tentu akan memberikan peningkatan pendapatan negara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Melemah Lawan Dolar AS, tapi Ada Kabar Baik buat Rupiah nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular