Rupiah Cuma Menguat Tipis, ke Mana Jokowi Effect?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2019 16:35
Rupiah Cuma Menguat Tipis, ke Mana <i>Jokowi Effect</i>?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor domestik mendukung penguatan rupiah, tetapi tertahan oleh sentimen eksternal. 

Pada Jumat (28/6/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.125 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Gerak rupiah lumayan dinamis hari ini. Kala pembukaan pasar spot, rupiah menguat tipis 0,04%. Namun itu tidak lama, rupiah kembali masuk zona hijau. Akan tetapi, rupiah bergerak dalam kisaran terbatas.


Selepas tengah hari baru rupiah agak nyaman di teritori apresiasi.
 Hanya, jelang penutupan pasar rupiah mengendur dan penguatannya menipis. Akhirnya rupiah hanya bisa finis dengan apresiasi 0,07%. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Bukan hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga menguat terbatas terhadap dolar AS. Baht Thailand menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning, sementara won Korea Selatan berada di posisi runner-up dan ringgit Malaysia berada di peringkat ketiga. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16: WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Hari ini mata uang Asia bergerak galau karena investor menantikan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Osaka (Jepang), esok hari. Ada harapan kedua pemimpin mencapai kesepakatan untuk membuka jalan menuju damai dagang. 

Mengutip Reuters, Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, berharap agar pertemuan besok berjalan sukses. Sementara Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa AS dan China punya kepentingan yang sama. 

"Kedua pihak memiliki kepentingan serupa. Saya yakin dengan memperhatikan kepentingan masing-masing melalui dialog yang setara, kedua negara akan mampu menemukan solusi," kata Gao. 


Namun, bukan berarti tidak ada risiko. Jika dialog ini buntu, maka AS siap untuk menerapkan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan yang pasti dibalas oleh China, sehingga api perang dagang kembali membara. 

Harap-harap cemas, pelaku pasar tidak berani mengambil risiko. Akibatnya mata uang Asia tidak mampu menguat terlalu tajam, hampir datar-datar saja. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Padahal rupiah sejatinya punya modal untuk menguat tajam. Kemarin, Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh permohonan kubu capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno dalam sidang sengketa Pilpres 2019.  

Amar putusan ini memperkuat hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Pasar tidak perlu lagi harap-harap cemas, semua sudah terang-benderang. 

Kembalinya Jokowi menjadi pemimpin Indonesia untuk kali kedua membuat pasar tidak perlu melakukan rekalkulasi. Pola dan arah kebijakan pemerintah kemungkinan tidak akan banyak berubah, mungkin hanya akan ada penguatan. 

Kepastian ini bisa menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Terlihat sudah ada arus modal yang masuk ke pasar saham dan obligasi pemerintah. 


Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 607,87 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar reguler dan non-reguler, beli bersih asing mencapai Rp 9,22 triliun. Aksi beli investor asing mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,09% kala indeks saham utama Asia sebagian besar melemah. 

Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun turun 5 basis poin (bps) ke 7,369%. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar. 

Ternyata 'obat kuat' bernama Jokowi Effect ini tidak bisa mengangkat rupiah terlalu tinggi. Sebab, rupiah yang sebenarnya siap 'terbang' ditarik ke bawah oleh sikap investor yang wait and see gara-gara pertemuan Trump-Xi.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular