Rupiah Cuma Menguat Tipis, ke Mana Jokowi Effect?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2019 16:35
Jokowi Effect Tak Mampu Angkat Rupiah Terlalu Tinggi
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Padahal rupiah sejatinya punya modal untuk menguat tajam. Kemarin, Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh permohonan kubu capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno dalam sidang sengketa Pilpres 2019.  

Amar putusan ini memperkuat hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Pasar tidak perlu lagi harap-harap cemas, semua sudah terang-benderang. 

Kembalinya Jokowi menjadi pemimpin Indonesia untuk kali kedua membuat pasar tidak perlu melakukan rekalkulasi. Pola dan arah kebijakan pemerintah kemungkinan tidak akan banyak berubah, mungkin hanya akan ada penguatan. 

Kepastian ini bisa menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Terlihat sudah ada arus modal yang masuk ke pasar saham dan obligasi pemerintah. 


Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 607,87 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar reguler dan non-reguler, beli bersih asing mencapai Rp 9,22 triliun. Aksi beli investor asing mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,09% kala indeks saham utama Asia sebagian besar melemah. 

Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun turun 5 basis poin (bps) ke 7,369%. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar. 

Ternyata 'obat kuat' bernama Jokowi Effect ini tidak bisa mengangkat rupiah terlalu tinggi. Sebab, rupiah yang sebenarnya siap 'terbang' ditarik ke bawah oleh sikap investor yang wait and see gara-gara pertemuan Trump-Xi.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular