
Makin Suram, Harga CPO Nyaris Terendah dalam 4 Tahun
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 June 2019 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) acuan Malaysia anjlok ke posisi terendahnya sejak hampir 4 tahun lalu.
Pada perdagangan hari Jumat (28/6/2019) pukul 10:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) melemah 0,56% ke level MYR 1.952/ton. Posisi tersebut merupakan yang paling rendah sejak Agustus 2015.
Bila posisi tersebut bertahan hingga akhir perdagangan, maka harga CPO sudah melemah sepanjang 7 hari berturut-turut. Harga CPO juga telah terkontraksi hingga 7,97% sepanjang kuartal II-2018.
Pasar komoditas agrikultur sedikit banyak juga terbebani oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Pasalnya, saling hambat perdagangan keduanya menyebabkan rantai pasokan global ikut tertahan.
Akibatnya, aktivitas industri lesu dan permintaan komoditas bahan baku juga ikut melambat. Salah satunya adalah permintaan minyak nabati yang banyak digunakan pada industri makanan/minuman dan bahan bakar minyak (BBM).
Terlebih, China merupakan pembeli utama kedelai asal AS. Adanya perang dagang menyebabkan pembelian kedelai AS oleh China berkurang. Ujungnya, pasokan kedelai di AS melimpah dan menekan harganya.
Bahayanya, minyak kedelai merupakan salah satu produk substitusi minyak sawit. Keduanya bersaing di pasar minyak nabati global untuk mendapatkan bagian. Kala harga minyak kedelai jatuh akibat pasokan melimpah, harga CPO pun ikut tertarik ke bawah.
Kondisi tersebut diperparah dengan stok minyak sawit yang juga melimpah ruah.
Pada akhir tahun lalu, stok minyak sawit di Malaysia membengkak hingga 3,21 juta ton yang merupakan jumlah paling banyak dalam 19 tahun terakhir.
Memang, kini sudah mulai berkurang. Namun pada bulan Mei 2019 posisinya masih sebesar 2,44 juta ton atau lebih tinggi 11,4% dibanding Mei 2018.
Artinya faktor fundamental sawit sendiri memang sedang timpang. Pasokan yang melimpah masih terus membebani harganya.
Ke depan, ada kemungkinan stok balik meningkat di bulan Juli. Sebab tiga lembaga survei (Amspec Agri Malaysia, Intertek Testing Services, dan Societe Generale de Surveillance) mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang 1-25 Juni turun pada kisaran 15,3%-17,8% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Ekspor yang melambat seringkali diiringi peningkatan stok. Kecuali jika produksi bisa ditekan.
Namun pelaku pasar sanksi produksi bisa berkurang banyak karena per Mei 2019, produksi minyak sawit Malaysia sudah menyentuh 1,67 juta ton, lebih tinggi 9,8% dibanding Mei 2018 sebesar 1,52 juta ton.
Data resmi produksi, ekspor, dan stok akhir minyak sawit dari Malaysia Palm Oil Board (MPOB) periode Juni akan dirilis bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Bursa Malaysia Libur, Bagaimana Prospek Harga CPO Ke Depan?
Pada perdagangan hari Jumat (28/6/2019) pukul 10:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) melemah 0,56% ke level MYR 1.952/ton. Posisi tersebut merupakan yang paling rendah sejak Agustus 2015.
Bila posisi tersebut bertahan hingga akhir perdagangan, maka harga CPO sudah melemah sepanjang 7 hari berturut-turut. Harga CPO juga telah terkontraksi hingga 7,97% sepanjang kuartal II-2018.
Pasar komoditas agrikultur sedikit banyak juga terbebani oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Pasalnya, saling hambat perdagangan keduanya menyebabkan rantai pasokan global ikut tertahan.
Akibatnya, aktivitas industri lesu dan permintaan komoditas bahan baku juga ikut melambat. Salah satunya adalah permintaan minyak nabati yang banyak digunakan pada industri makanan/minuman dan bahan bakar minyak (BBM).
Terlebih, China merupakan pembeli utama kedelai asal AS. Adanya perang dagang menyebabkan pembelian kedelai AS oleh China berkurang. Ujungnya, pasokan kedelai di AS melimpah dan menekan harganya.
Bahayanya, minyak kedelai merupakan salah satu produk substitusi minyak sawit. Keduanya bersaing di pasar minyak nabati global untuk mendapatkan bagian. Kala harga minyak kedelai jatuh akibat pasokan melimpah, harga CPO pun ikut tertarik ke bawah.
Kondisi tersebut diperparah dengan stok minyak sawit yang juga melimpah ruah.
Pada akhir tahun lalu, stok minyak sawit di Malaysia membengkak hingga 3,21 juta ton yang merupakan jumlah paling banyak dalam 19 tahun terakhir.
Memang, kini sudah mulai berkurang. Namun pada bulan Mei 2019 posisinya masih sebesar 2,44 juta ton atau lebih tinggi 11,4% dibanding Mei 2018.
Artinya faktor fundamental sawit sendiri memang sedang timpang. Pasokan yang melimpah masih terus membebani harganya.
Ke depan, ada kemungkinan stok balik meningkat di bulan Juli. Sebab tiga lembaga survei (Amspec Agri Malaysia, Intertek Testing Services, dan Societe Generale de Surveillance) mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang 1-25 Juni turun pada kisaran 15,3%-17,8% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Ekspor yang melambat seringkali diiringi peningkatan stok. Kecuali jika produksi bisa ditekan.
Namun pelaku pasar sanksi produksi bisa berkurang banyak karena per Mei 2019, produksi minyak sawit Malaysia sudah menyentuh 1,67 juta ton, lebih tinggi 9,8% dibanding Mei 2018 sebesar 1,52 juta ton.
Data resmi produksi, ekspor, dan stok akhir minyak sawit dari Malaysia Palm Oil Board (MPOB) periode Juni akan dirilis bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Bursa Malaysia Libur, Bagaimana Prospek Harga CPO Ke Depan?
Most Popular