
Harapan Damai Dagang di KTT G-20 Dorong Penguatan Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 June 2019 21:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Kamis (27/6/19). Meski tipis, performa dolar hari ini melanjutkan penguatan dalam dua hari sebelumnya.
Harapan akan adanya damai dagang antara AS dengan China saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 Jumat dan Sabtu besok menjadi pendongkrak dolar pada hari ini. Pada pukul 20:13 WIB, indeks dolar berada di level 96,25 atau menguat 0,03%, mengutip data dari Refinitiv.
Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang, yakni euro, poundsterling, yen, franc, dolar Kanada, dan krona Swedia. Indeks ini juga dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS secara global.
Dolar mulai mencatat kinerja positif sejak hari Selasa (25/6/19) lalu, setelah pejabat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengesampingkan peluang pemangkasan suku bunga secara agresif, termasuk Presiden The Fed St. Louis, James Bullard yang terkenal paling dovish.
"Duduk di sini hari ini, saya rasa 50 basis poin akan berlebihan," ujarnya kepada Bloomberg TV dan dikutip Reuters.
Pernyataan Bullard merujuk pada pengumuman kebijakan moneter pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia). Meski tidak setuju dengan pemangkasan 50 basis poin, tapi ia tetap akan dengan sikapnya untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25%.
Setelah merespon sikap The Fed tersebut, dolar kini menanti pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping 29 Juni nanti. Pertemuan dua pemimpin ini bisa akan menjadi langkah awal bagaimana perang dagang AS - China ke depannya.
Pelaku pasar berharap akan segera ada kesepakatan, dan terjadi damai dagang, dengan demikian perekonomian global bisa terakselerasi kembali. Namun, tidak menutup kemungkinan perang dagang justru akan semakin memanas melihat sejarah negosiasi kedua negara yang selalu berujung buntu, dan justru saling menaikkan bea impor.
Hal tersebut membuat investor berhati-hati dalam mengambil posisi, hingga tidak terlalu merespon rilis data-data ekonomi. Departemen Perdagangan AS hari ini merilis pembacaan akhir pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Bruto/PDB) kuartal - I 2019 sebesar 3,1%. Rilis tersebut sama dengan pembacaan kedua.
Di saat yang sama, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data klaim tunjangan pengangguran yang menunjukkan kenaikan menjadi 227.000 klaim dalam sepekan yang berakhir 22 Juni. Jumlah tersebut naik sebanyak 10.000 dibandingkan pekan sebelumnya, dan lebih tinggi dari proyeksi Reuters sebanyak 220.000.
Namun, dolar AS bergeming dan masih mempertahankan penguatan tipis pasca rilis data tersebut, yang menunjukkan fokus pelaku pasar benar-benar tertuju ke KTT G-20.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Investor Antisipasi Isi Pidato Powell, Dolar AS Masih Perkasa
Harapan akan adanya damai dagang antara AS dengan China saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 Jumat dan Sabtu besok menjadi pendongkrak dolar pada hari ini. Pada pukul 20:13 WIB, indeks dolar berada di level 96,25 atau menguat 0,03%, mengutip data dari Refinitiv.
Dolar mulai mencatat kinerja positif sejak hari Selasa (25/6/19) lalu, setelah pejabat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengesampingkan peluang pemangkasan suku bunga secara agresif, termasuk Presiden The Fed St. Louis, James Bullard yang terkenal paling dovish.
"Duduk di sini hari ini, saya rasa 50 basis poin akan berlebihan," ujarnya kepada Bloomberg TV dan dikutip Reuters.
Pernyataan Bullard merujuk pada pengumuman kebijakan moneter pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia). Meski tidak setuju dengan pemangkasan 50 basis poin, tapi ia tetap akan dengan sikapnya untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25%.
Setelah merespon sikap The Fed tersebut, dolar kini menanti pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping 29 Juni nanti. Pertemuan dua pemimpin ini bisa akan menjadi langkah awal bagaimana perang dagang AS - China ke depannya.
Pelaku pasar berharap akan segera ada kesepakatan, dan terjadi damai dagang, dengan demikian perekonomian global bisa terakselerasi kembali. Namun, tidak menutup kemungkinan perang dagang justru akan semakin memanas melihat sejarah negosiasi kedua negara yang selalu berujung buntu, dan justru saling menaikkan bea impor.
Hal tersebut membuat investor berhati-hati dalam mengambil posisi, hingga tidak terlalu merespon rilis data-data ekonomi. Departemen Perdagangan AS hari ini merilis pembacaan akhir pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Bruto/PDB) kuartal - I 2019 sebesar 3,1%. Rilis tersebut sama dengan pembacaan kedua.
Di saat yang sama, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data klaim tunjangan pengangguran yang menunjukkan kenaikan menjadi 227.000 klaim dalam sepekan yang berakhir 22 Juni. Jumlah tersebut naik sebanyak 10.000 dibandingkan pekan sebelumnya, dan lebih tinggi dari proyeksi Reuters sebanyak 220.000.
Namun, dolar AS bergeming dan masih mempertahankan penguatan tipis pasca rilis data tersebut, yang menunjukkan fokus pelaku pasar benar-benar tertuju ke KTT G-20.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Investor Antisipasi Isi Pidato Powell, Dolar AS Masih Perkasa
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular