
Bank Sentralnya Optimistis Bunga Naik, Poundsterling Stabil
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 June 2019 20:36

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Gubernur Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) untuk saat ini masih mengesampingkan kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (Hard Brexit) membuat mata uang poundsterling masih cukup kuat dan cenderung stabil menghadapi tekanan dolar Amerika Serikat (AS).
Pound sempat naik tipis ke level US$ 1,2707 merespon sikap Gubernur BOE, sebelum perlahan kembali melemah dan diperdagangkan di kisaran US$ 1,2676 atau melemah 0,17% pada pukul 20:26 WIB, mengutip data dari Refinitiv.
Berbicara di hadapan Parlemen Inggris, Gubernur Mark Carney mengatakan dua calon perdana menteri (PM), Boris Johnson dan Jeremy Hunt, masih menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan (Soft Brexit). Dengan demikian BOE masih mempertahankan proyeksi ekonominya saat ini, dan baru akan dirubah seandainya arah kebijakan pemerintah nantinya juga berubah.
"Jika arah kebijakan pemerintah beralih (dari Soft Brexiit ke Hard Brexit), maka baru prediksi (ekonomi) Bank of England akan berubah" kata Carney, melansir Reuters.
Tanpa adanya perubahan prediksi ekonomi, berarti BOE masih mempertahankan proyeksi suku bunga acuan akan dinaikkan secara "bertahap dan terbatas" jika terjadi Soft Brexit pada 31 Oktober nanti.
Bank Sentral Inggris ini memang menjadi bank sentral utama dunia yang tidak dovish, tidak sealiran dengan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed), European Central Bank, dan Bank of Japan.
Meski demikian, banyak pelaku pasar juga memprediksi BOE pada akhirnya akan memangkas suku bunga akibat pelambatan ekonomi global dan risiko terjadinya Hard Brexit yang meningkat.
Mengutip Reuters, Oliver Blackbourn, manajer portofolio di perusahaan investasi Janus Henderson mengatakan asumsi BOE akan terjadinya Soft Brexit terlihat "semakin cacat", mengingat dua kandidat PM, Johnson dan Hunt, masing-masing sudah mempersiapkan skenario Hard Brexit.
Hard Brexit memang masih menjadi "hantu" bagi Inggris, perekonomian Negeri Ratu Elizabeth diprediksi akan mengalami pelambatan, bahkan berpotensi mengalami resesi. Hal tersebut yang membuat performa poundsterling jeblok hingga mendekati level terendah enam bulan pada pekan lalu.
Untungnya, The Fed bersikap dovish saat mengumumkan kebijakan moneter pada pekan lalu, yang membuat dolar AS tertekan, dan pound bisa merangkak naik.
(pap/dru) Next Article PM Inggris akan Dipaksa Mundur? Pound Bergeming
Pound sempat naik tipis ke level US$ 1,2707 merespon sikap Gubernur BOE, sebelum perlahan kembali melemah dan diperdagangkan di kisaran US$ 1,2676 atau melemah 0,17% pada pukul 20:26 WIB, mengutip data dari Refinitiv.
"Jika arah kebijakan pemerintah beralih (dari Soft Brexiit ke Hard Brexit), maka baru prediksi (ekonomi) Bank of England akan berubah" kata Carney, melansir Reuters.
Tanpa adanya perubahan prediksi ekonomi, berarti BOE masih mempertahankan proyeksi suku bunga acuan akan dinaikkan secara "bertahap dan terbatas" jika terjadi Soft Brexit pada 31 Oktober nanti.
Bank Sentral Inggris ini memang menjadi bank sentral utama dunia yang tidak dovish, tidak sealiran dengan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed), European Central Bank, dan Bank of Japan.
Meski demikian, banyak pelaku pasar juga memprediksi BOE pada akhirnya akan memangkas suku bunga akibat pelambatan ekonomi global dan risiko terjadinya Hard Brexit yang meningkat.
Mengutip Reuters, Oliver Blackbourn, manajer portofolio di perusahaan investasi Janus Henderson mengatakan asumsi BOE akan terjadinya Soft Brexit terlihat "semakin cacat", mengingat dua kandidat PM, Johnson dan Hunt, masing-masing sudah mempersiapkan skenario Hard Brexit.
Hard Brexit memang masih menjadi "hantu" bagi Inggris, perekonomian Negeri Ratu Elizabeth diprediksi akan mengalami pelambatan, bahkan berpotensi mengalami resesi. Hal tersebut yang membuat performa poundsterling jeblok hingga mendekati level terendah enam bulan pada pekan lalu.
Untungnya, The Fed bersikap dovish saat mengumumkan kebijakan moneter pada pekan lalu, yang membuat dolar AS tertekan, dan pound bisa merangkak naik.
(pap/dru) Next Article PM Inggris akan Dipaksa Mundur? Pound Bergeming
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular