Harga CPO Anjlok 17%, Ini Strategi Emiten Sawit Grup Saratoga

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
26 June 2019 17:50
Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang tertekan berat sejak tahun lalu.
Foto: Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang tertekan berat sejak tahun lalu amat berpengaruh ke emiten perkebunan sawit, salah satunya PT Provident Agro Tbk (PALM), emiten yang juga dimiliki oleh Grup Saratoga.

Direktur Keuangan Provident Agro Devin Antonio Ridwan menyatakan, sepanjang tahun lalu harga rata-rata komoditas andalan Indonesia itu hanya mencapai US$ 595,5 per metrik ton, anjlok 17% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 714,3 per metrik ton.


Penurunan harga CPO ini juga berimbas kepada turunnya produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan CPO perusahaan sebesar 40%. Adapun harga rata-rata penjualan CPO Provident Agro pada kuartal I-2019 turun menjadi Rp 6.732 per kilogram (kg). Pada akhir tahun 2018, harga jual rata-rata Rp 7.419 per kg.


"Produksi tandan buah segar dan CPO turun 30-40 persen, otomatis itu akan mengkoreksi pendapatan di akhir tahun," kata Devin, saat paparan publik perseroan di Jakarta, Rabu (26/6/2019).

Sebagai perbandingan, pada tahun 2017, PALM mampu memproduksi 274,625 ton TBS kelapa sawit dan 74.963 ton CPO. Setahun setelahnya, TBS yang diproduksi anjlok menjadi hanya 167.952 ton, sedangkan produksi CPO turun menjadi 46.159 ton. Kondisi penurunan ini terus berangsur hingga triwulan pertama tahun 2019.

"Kami asumsi 2018 harga sudah di level bawah, tapi di kuartal I-2019 turun lagi dibanding harga rata-rata di 2018," jelas dia.

Devin menyebut, penurunan bisnis sawit juga terimbas dari ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mendorong perlambatan ekonomi dunia.

China, sebagai salah satu negara tujuan ekspor sawit Indonesia mengurangi impor sawit lantaran ekonomi yang tumbuh melambat.

"Perang dagang AS-China mendorong perlambatan ekonomi dunia punya andil terhadap penurunan bisnis sawit," kata dia.

Efisiensi
Dalam kesempatan yang sama, Tri Boewono, Presiden Direktur PALM menyatakan, perusahaan akan menerapkan strategi efisiensi dan optimalisasi lahan eksisting.

Sepanjang tahun lalu, PALM sudah mendivestasi empat entitas anak yakni PT Transpacific Agro Industry, PT Sumatera Candi Kencana, PT Langgam Inti Hibrindo dan PT Mutiara Sawit Seluma.

"Efisiensi dan optimalisasi jadi salah satu upaya menjadikan perseroan tetap kompetitif," ujar dia.

Tahun 2018, total luas lahan tertanam Provident Agro sebesar 6.122 hektare dengan luas lahan tertanam yang sudah menghasilkan sebesar 5.176 hektare, sedangkan lahan yang belum menghasilkan sebesar 946 hektare.

Data laporan keuangan per Maret 2019 mencatat, saham perseroan dipegang oleh PT Saratoga Sentra Business 44,88%, PT Provident Capital Indonesia 44,16%, Tri Boewono 0,92%, Devin Antonio 0,31%, Maruli Gultom 0,03%, dan publik 9,70%. Grup Saratoga berinvestasi di saham ini sejak 2012 sesuai data situs resmi Saratoga.

Simak ulasan pasar ekspor sawit masih sulit.
[Gambas:Video CNBC]

(tas) Next Article Harga CPO Anjlok, Provident Agro Rugi hingga Rp 41 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular