
Masih Gara-gara AS-Iran, Pasar Obligasi Masih Labil
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 June 2019 09:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi bergerak variatif dan memiliki potensi menguat tipis hingga akhir perdagangan.
Karena itu, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, menyarankan kepada investor pasar surat utang untuk menunggu kondisi lebih kondusif (wait and see).
"Kami merekomendasikan wait and see," ujar Nico dan tim dalam risetnya pagi ini (26/6/19).
Rekomendasi itu ditetapkan dengan mempertimbangkan arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat yaitu The Fed yang mengindikasikan pentingnya bereaksi secara tidak berlebihan terutama pada FOMC pada Juli nanti.
Meskipun memprediksi pasar obligasi akan menguat, dia memprediksi penguatan tidak dapat melebihi level resistance sebelumnya.
Saat ini, Pilarmas menilai empat seri acuan yang ada di pasar yaitu FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun masih menarik untuk dikoleksi, bersama dengan beberapa seri lain.
Seri lain adalah FR0035, FR0037, FR0039, FR0040, FR0042, FR0043, FR0046, FR0047, FR0050, FR0054, FR0063, FR0065, FR0070, FR0071, FR0074, FR0075, SR010, PBS02 PBS03, PBS12, dan PBS18.
Kemarin, pasar obligasi mengalami kenaikan "kembali", setelah pada hari sebelumnya koreksi sempat menghentikan reli harga yang terjadi sangat panjang sejak akhir Mei.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 5,1 basis poin (bps) menjadi 6,87%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Karena itu, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, menyarankan kepada investor pasar surat utang untuk menunggu kondisi lebih kondusif (wait and see).
"Kami merekomendasikan wait and see," ujar Nico dan tim dalam risetnya pagi ini (26/6/19).
Meskipun memprediksi pasar obligasi akan menguat, dia memprediksi penguatan tidak dapat melebihi level resistance sebelumnya.
Saat ini, Pilarmas menilai empat seri acuan yang ada di pasar yaitu FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun masih menarik untuk dikoleksi, bersama dengan beberapa seri lain.
Seri lain adalah FR0035, FR0037, FR0039, FR0040, FR0042, FR0043, FR0046, FR0047, FR0050, FR0054, FR0063, FR0065, FR0070, FR0071, FR0074, FR0075, SR010, PBS02 PBS03, PBS12, dan PBS18.
Kemarin, pasar obligasi mengalami kenaikan "kembali", setelah pada hari sebelumnya koreksi sempat menghentikan reli harga yang terjadi sangat panjang sejak akhir Mei.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 5,1 basis poin (bps) menjadi 6,87%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular