Utang Menggunung, Ini Cara Bakrie Telecom Keluar dari Pailit
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
25 June 2019 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun utang menggunung, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) masih berupaya untuk mempertahankan kelangsungan bisnis (going concern) perusahaan.
Seperti diketahui, dalam 10 tahun terakhir, total utang BTEL tumbuh lebih dari dua kali lipat dari Rp 6,39 triliun di 2009 menjadi Rp 16,13 triliun akhir tahun lalu.
Beberapa tahun silam para kreditur perusahaan sebelumnya telah mengajukan gugatan karena belum dibayarkannya utang jatuh tempo. Seperti dikutip dari laporan keuangan, BTEL dan kreditur mencapai kesepakatan damai di tahun 2014 dengan perusahaan menetapkan melakukan restrukturisasi utang.
Lebih lanjut untuk memastikan going concern, sejak tahun 2015 hingga tahun 2018 BTEL menciptakan inisiatif baru dengan mulai menjajaki produk layanan berbasis digital, seperti layanan komunikasi, informasi, dan hiburan.
Inisiatif ini mulai membuahkan hasil di tahun 2018, dimana total pemasukan perusahaan meningkat 8,74% year-on-year (YoY) menjadi Rp 3,81 triliun. Prestasi yang cukup dapat dibanggakan karena 7 tahun sebelumnya selalu membukukan pertumbuhan pendapatan negatif.
Peningkatan pendapatan ditopan dari pertumbuhan jumlah sambungan pelanggan korporasi yang naik sekitar 27% dibandingkan tahun 2017.
Dalam 3 tahun terakhir fokus utama layanan BTEL adalah melayani kebutuhan pengguna di gedung-gedung tinggi perkantoran (high rise building). Hal ini terutama untuk memenuhi permintahaan layanan sambungan telpon yang dikhususkan untuk keperluan usaha korporasi.
Selain itu, BTEL juga menyediakan layanan lini usaha call center dengan sasaran utama pelaku usaha e-commerce.
Pertumbuhan high rise building yang masih cukup tinggi di wilayah ibukota dan kota satelit, serta maraknya e-commerce di Indonesia merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan perusahaan.
Di lain pihak, untuk lebih meningkatkan efisiensi pelayanan, BTEL tidak membangun atau memiliki jaringan telekomunikasi sendiri, tapi bekerjasama dengan pemilik operator jaringan. Hal ini memungkinkan BTEL untuk hanya menjalankan fungsi layanan konsumen, penjualan, dan pemasaran, tanpa perlu mengeluarkan belanja modal yang tinggi.
Untuk diketahui, tahun lalu perusahaan masih mencatatkan rugi bersih Rp 720,57 miliar. BTEL membukukan rapor merah dikarenakan beban keuangan yang fantastis (Rp 605,74 miliar) dan rugi selisih kurs (Rp 84,01 miliar).
Anak Usaha
Meskipun sejumlah izin layanan komunikasi Bakrie Telecom sudah dicabut, perseroan masih punya beberapa anak usaha yang ruang lingkup usahanya pada perdagangan produk dan/atau perangkat telekomunikasi, jasa teknologi informasi, jasa penyedia dan pemanfaatan multimedia dan jasa pengadaan sumber daya manusia, telekomunikasi serta media cetak.
Salah satu anak usaha BTEL adalah PT Bakrie Digital Net (dahulu PT Bakrie Network) dengan kepemilikan 99,80%. Hingga akhir 2015 kegiatan anak usaha ini masih dalam tahap pengembangan.
Bakrie Telecom juga punya anak usaha Bakrie Telecom Pte., Ltd yang berlokasi di Singapura dengan kepemilikan 100%. Anak usaha ini merupakan special purpose entity.
Anak usaha lain yakni PT Anugerah Andalan Investama (AAI) dengan kepemilikan 99,80%. Ruang lingkup kegiatan AAI adalah meliputi perdagangan produk dan jasa berbasis internet, internet provider, jasa penyediaan sumber daya manusia, jasa televisi berbayar, jasa multimedia, dan jasa media cetak dan elektronik.
Lalu, meski kondisi keuangan berdarah-darah pada Desember 2016 berdasarkan Bakrie Telecom mengambilalih saham-saham pada PT Mitra Kreasi Komunika (MKK), melalui kepemilikan tak langsung sebesar 70%.
Ruang lingkup kegiatan MKK adalah meliputi perdagangan barang dan jasa antara lain perdagangan alat-alat telekomunikasi, elektronik, jasa pembangunan instalasi telekomunikasi, industri barang-barang elektronik, jasa penerbitan dan desain grafis, jasa teknologi inforamsi dan internet konten serta jasa multimedia.
MKK punya anak usaha yang bernama PT. Layanan Prima Digital (LPD). Perusahaan yang fokus dalam menyediakan Solusi Suara berupa Unified Communications, Solusi Contact Center dan layanan bisnis korporat lainnya untuk mendukung pertumbuhan bisnis pelanggan. Selain menyediakan infrastruktur IT, LPD juga menyediakan kegiatan pemasaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Disuspensi & Lapkeu Disclaimer, Ini Penjelasan Bakrie Telecom
Seperti diketahui, dalam 10 tahun terakhir, total utang BTEL tumbuh lebih dari dua kali lipat dari Rp 6,39 triliun di 2009 menjadi Rp 16,13 triliun akhir tahun lalu.
Beberapa tahun silam para kreditur perusahaan sebelumnya telah mengajukan gugatan karena belum dibayarkannya utang jatuh tempo. Seperti dikutip dari laporan keuangan, BTEL dan kreditur mencapai kesepakatan damai di tahun 2014 dengan perusahaan menetapkan melakukan restrukturisasi utang.
Peningkatan pendapatan ditopan dari pertumbuhan jumlah sambungan pelanggan korporasi yang naik sekitar 27% dibandingkan tahun 2017.
Dalam 3 tahun terakhir fokus utama layanan BTEL adalah melayani kebutuhan pengguna di gedung-gedung tinggi perkantoran (high rise building). Hal ini terutama untuk memenuhi permintahaan layanan sambungan telpon yang dikhususkan untuk keperluan usaha korporasi.
Selain itu, BTEL juga menyediakan layanan lini usaha call center dengan sasaran utama pelaku usaha e-commerce.
Pertumbuhan high rise building yang masih cukup tinggi di wilayah ibukota dan kota satelit, serta maraknya e-commerce di Indonesia merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan perusahaan.
Di lain pihak, untuk lebih meningkatkan efisiensi pelayanan, BTEL tidak membangun atau memiliki jaringan telekomunikasi sendiri, tapi bekerjasama dengan pemilik operator jaringan. Hal ini memungkinkan BTEL untuk hanya menjalankan fungsi layanan konsumen, penjualan, dan pemasaran, tanpa perlu mengeluarkan belanja modal yang tinggi.
Untuk diketahui, tahun lalu perusahaan masih mencatatkan rugi bersih Rp 720,57 miliar. BTEL membukukan rapor merah dikarenakan beban keuangan yang fantastis (Rp 605,74 miliar) dan rugi selisih kurs (Rp 84,01 miliar).
Anak Usaha
Meskipun sejumlah izin layanan komunikasi Bakrie Telecom sudah dicabut, perseroan masih punya beberapa anak usaha yang ruang lingkup usahanya pada perdagangan produk dan/atau perangkat telekomunikasi, jasa teknologi informasi, jasa penyedia dan pemanfaatan multimedia dan jasa pengadaan sumber daya manusia, telekomunikasi serta media cetak.
Salah satu anak usaha BTEL adalah PT Bakrie Digital Net (dahulu PT Bakrie Network) dengan kepemilikan 99,80%. Hingga akhir 2015 kegiatan anak usaha ini masih dalam tahap pengembangan.
Bakrie Telecom juga punya anak usaha Bakrie Telecom Pte., Ltd yang berlokasi di Singapura dengan kepemilikan 100%. Anak usaha ini merupakan special purpose entity.
Anak usaha lain yakni PT Anugerah Andalan Investama (AAI) dengan kepemilikan 99,80%. Ruang lingkup kegiatan AAI adalah meliputi perdagangan produk dan jasa berbasis internet, internet provider, jasa penyediaan sumber daya manusia, jasa televisi berbayar, jasa multimedia, dan jasa media cetak dan elektronik.
Lalu, meski kondisi keuangan berdarah-darah pada Desember 2016 berdasarkan Bakrie Telecom mengambilalih saham-saham pada PT Mitra Kreasi Komunika (MKK), melalui kepemilikan tak langsung sebesar 70%.
Ruang lingkup kegiatan MKK adalah meliputi perdagangan barang dan jasa antara lain perdagangan alat-alat telekomunikasi, elektronik, jasa pembangunan instalasi telekomunikasi, industri barang-barang elektronik, jasa penerbitan dan desain grafis, jasa teknologi inforamsi dan internet konten serta jasa multimedia.
MKK punya anak usaha yang bernama PT. Layanan Prima Digital (LPD). Perusahaan yang fokus dalam menyediakan Solusi Suara berupa Unified Communications, Solusi Contact Center dan layanan bisnis korporat lainnya untuk mendukung pertumbuhan bisnis pelanggan. Selain menyediakan infrastruktur IT, LPD juga menyediakan kegiatan pemasaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Disuspensi & Lapkeu Disclaimer, Ini Penjelasan Bakrie Telecom
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular