
AS-China Mesra, Harga Obligasi Kembali Berjaya
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 June 2019 12:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat di awal perdagangan seiring dengan tensi hubungan AS-China yang semakin mesra dan menjelang lelang rutin sukuk negara siang ini.
Naiknya harga obligasi hari ini terjadi setelah kemarin sempat terkoreksi sekaligus menutup reli panjang yang terjadi sejak 31 Mei.
Penguatan terjadi meskipun harga minyak dunia masih naik seiring dengan hubungan AS-Iran yang biasanya menekan harga obligasi.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,5 basis poin (bps) menjadi 7,45%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Jun'19
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 543 bps, menyempit dari posisi kemarin 545 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,01% dari posisi kemarin 2,03%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 966,21 triliun SBN, atau 38,31% dari total beredar Rp 2.522 triliun berdasarkan data per 20 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 72,96 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya 0,43% dan 0,25%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas di mana penguatan hanya terjadi di Rusia dan Thailand, sedangkan di negara maju penguatan terjadi lebih luas yaitu di pasar gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naiknya harga obligasi hari ini terjadi setelah kemarin sempat terkoreksi sekaligus menutup reli panjang yang terjadi sejak 31 Mei.
Penguatan terjadi meskipun harga minyak dunia masih naik seiring dengan hubungan AS-Iran yang biasanya menekan harga obligasi.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,5 basis poin (bps) menjadi 7,45%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Jun'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Jun'19 (%) | Yield 25 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 24 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.922 | 6.922 | 0.00 | 6.895 |
FR0078 | 10 tahun | 7.485 | 7.45 | -3.50 | 7.4547 |
FR0068 | 15 tahun | 7.852 | 7.878 | 2.60 | 7.8394 |
FR0079 | 20 tahun | 8.042 | 8.024 | -1.80 | 8.0359 |
Avg movement | -0.68 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 543 bps, menyempit dari posisi kemarin 545 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,01% dari posisi kemarin 2,03%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 966,21 triliun SBN, atau 38,31% dari total beredar Rp 2.522 triliun berdasarkan data per 20 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 72,96 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya 0,43% dan 0,25%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas di mana penguatan hanya terjadi di Rusia dan Thailand, sedangkan di negara maju penguatan terjadi lebih luas yaitu di pasar gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 24 Jun'19 (%) | Yield 25 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.68 | 7.69 | 1.00 |
China | 3.266 | 3.27 | 0.40 |
Jerman | -0.309 | -0.303 | 0.60 |
Perancis | 0.024 | 0.025 | 0.10 |
Inggris | 0.817 | 0.814 | -0.30 |
India | 6.844 | 6.851 | 0.70 |
Jepang | -0.155 | -0.157 | -0.20 |
Malaysia | 3.654 | 3.674 | 2.00 |
Filipina | 5.114 | 5.126 | 1.20 |
Rusia | 7.5 | 7.43 | -7.00 |
Singapura | 2.012 | 2.032 | 2.00 |
Thailand | 2.18 | 2.16 | -2.00 |
Amerika Serikat | 2.02 | 2.013 | -0.70 |
Afrika Selatan | 8.12 | 8.17 | 5.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular