
Update Komoditas: Harga Karet RI Lompat, Kopi Masih Miris
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
24 June 2019 20:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga komoditas ekspor Indonesia masih jauh dari positif. Walaupun saat ini menunjukkan perbaikan.
Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) Bank Indonesia (BI) mengungkapkan perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas global.
"Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta penetapan tarif impor oleh AS kepada China sejak September 2018," jelas BI dalam laporan tersebut, seperti dikutip Senin (24/6/2019).
Bank sentral memperkirakan perlambatan perdagangan dunia masih terus berlanjut pada Triwulan II-2019. Perlambatan tersebut searah dengan perlambatan total perdagangan negara utama seperti China, Jerman, dan AS.
"Harga komoditas ekspor Indonesia menurun terutama oleh penurunan harga CPO dan logam," tulis BI lagi.
Penurunan harga CPO dipengaruhi oleh tekanan penurunan harga substitusinya soybean (kedelai). Harga soybean yang merupakan barang substitusi CPO berada pada tren menurun, didorong oleh produksi soybean AS yang masih berada pada level tinggi.
"Sementara itu, harga batu bara masih relatif terjaga. Hal ini seiring dengan gangguan produksi batu bara di Indonesia akibat curah hujan yang tinggi dan peningkatan permintaan India."
"Harga karet juga masih tinggi, seiring dengan supply yang masih terbatas dan ekspektasi peningkatan permintaan dari China."
Harga minyak yang sempat menguat pada triwulan I-2019, mulai menurun pada Mei 2019. Harga minyak yang sempat meningkat pada April
2019 - akibat penghentian waiver sanksi ekspor Iran dan faktor geopolitik yang tidak berlanjut.
Sejak pertengahan Mei 2019, harga minyak berada pada tren menurun seiring sentimen negatif pasar merespons eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok dan ekspektasi pelemahan ekonomi global.
"Penurunan harga minyak dunia di Mei-Juni 2019 juga terjadi setelah U.S. Energy Information Administration (EIA) dan International Energy Agency (IEA) mengoreksi permintaan minyak global di 2019. Secara fundamental supply - demand minyak global relatif tidak berubah secara signifikan."
(hoi) Next Article Jokowi Mau RI Setop Ekspor CPO, tapi Hilirisasi Masih Lamban
Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) Bank Indonesia (BI) mengungkapkan perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas global.
"Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta penetapan tarif impor oleh AS kepada China sejak September 2018," jelas BI dalam laporan tersebut, seperti dikutip Senin (24/6/2019).
![]() |
"Harga komoditas ekspor Indonesia menurun terutama oleh penurunan harga CPO dan logam," tulis BI lagi.
Penurunan harga CPO dipengaruhi oleh tekanan penurunan harga substitusinya soybean (kedelai). Harga soybean yang merupakan barang substitusi CPO berada pada tren menurun, didorong oleh produksi soybean AS yang masih berada pada level tinggi.
"Sementara itu, harga batu bara masih relatif terjaga. Hal ini seiring dengan gangguan produksi batu bara di Indonesia akibat curah hujan yang tinggi dan peningkatan permintaan India."
"Harga karet juga masih tinggi, seiring dengan supply yang masih terbatas dan ekspektasi peningkatan permintaan dari China."
Harga minyak yang sempat menguat pada triwulan I-2019, mulai menurun pada Mei 2019. Harga minyak yang sempat meningkat pada April
2019 - akibat penghentian waiver sanksi ekspor Iran dan faktor geopolitik yang tidak berlanjut.
Sejak pertengahan Mei 2019, harga minyak berada pada tren menurun seiring sentimen negatif pasar merespons eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok dan ekspektasi pelemahan ekonomi global.
"Penurunan harga minyak dunia di Mei-Juni 2019 juga terjadi setelah U.S. Energy Information Administration (EIA) dan International Energy Agency (IEA) mengoreksi permintaan minyak global di 2019. Secara fundamental supply - demand minyak global relatif tidak berubah secara signifikan."
(hoi) Next Article Jokowi Mau RI Setop Ekspor CPO, tapi Hilirisasi Masih Lamban
Most Popular