Neraca Dagang Surplus Tak Mampu Angkat IHSG dari Zona Merah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 June 2019 16:54
Bara Panas Dari Timur Tengah Buat Investor Tetap Waspada
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Di lain pihak, sentimen eksternal dari ketegangan Amerika Serikat (AS) dan Iran masih terus membayangi pasar saham Indonesia.

Perkembangan terbaru menyebutkan bahwa Washington terus berupaya menembus banteng pertahanan digital Teheran, tapi berhasil digagalkan.

"Mereka terus berusaha, tetapi tidak berhasil. Kami punya pengalaman panjang dalam hal penanganan teror siber. Tahun lalu, kami menetralkan 33 juta serangan berkat firewall kami," ujar Menteri Telekomunikasi Iran, Javad Azati-Jahromi, di akun Twitter pribadinya.

Padahal, sebelumnya Iran baru saja dikabarkan telah menembak jatuh pesawat tak berawak (drone) milik AS yang melintasi wilayah udara mereka, meskipun Negeri Paman Sam mengklaim bahwa itu adalah wilayah udara internasional.

"Apa pun keputusan yang dibuat oleh pemerintah AS, kami tidak akan membiarkan batas wilayah dilanggar. Iran akan melawan dengan tegas segala agresi dan ancaman dari AS," kata Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengutip Reuters.

Lebih lanjut, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan mengenakan sanksi berat ke Teheran hari ini, setelah membatalkan niatnya mengirimkan serangan militer dengan pertimbangan jumlah korban jiwa yang akan timbul, dilansir CNBC International.

Ekskalasi tensi dagang AS dan Iran tentunya akan mengancam pasokan minyak dunia, karena seperlima pasokan minyak global melewati wilayah Iran.

Mantan Penasihat Pemerintah Iran Fereidun Fesharaki menyampaikan peluang meningkatkan konflik kedua negara sangat mungkin terjadi terutama yang akan mengganggu pasokan energi. Akan tetapi konflik ini tidak mengarah ke perang besar, dilansir CNBC International.

Jika pasokan minyak dunia terganggu tentu akan mendongkrak harga minyak dunia dan ini bukan berita baik bagi Indonesia yang merupakan negara importir minyak.

Pasalnya, tingginya harga minyak akan menekan neraca dagang Indonesia yang pada Januari-Mei 2019 masih mengalami defisit US$ 2,14 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular