
Ekonomi Jepang Loyo, Bursa Saham Asia ke Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 June 2019 17:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham kawasan Asia menutup perdagangan Jumat akhir pekan ini (21/6/2019) di zona merah: indeks Nikkei turun 0,95%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,27%, dan indeks Kospi juga turun 0,27%.
Angin segar yang dibawa oleh bank sentral AS tampak sudah tak ampuh dalam mengerek kinerja bursa saham utama kawasan Asia.
Maklum, penguatan yang dibukukan pada perdagangan kemarin (20/6/2019) sudah signifikan sehingga aksi ambil untung dilakukan pada hari ini. Pada perdagangan Kamis kemarin, indeks Nikkei ditutup naik 0,6%, indeks Hang Seng melesat 1,23%, dan indeks Kospi naik 0,31%.
Sebagai informasi, pada Rabu (19/6/2019) waktu setempat atau Kamis (20/6/2019) dini hari waktu Indonesia, The Federal Reserve mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%.
Namun, The Fed memberi sinyal yang kuat bahwa akan ada pemangkasan dalam waktu dekat.
Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat. Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.
"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.
Selain karena aksi ambil untung, bursa saham utama kawasan Asia juga diterpa aksi jual seiring dengan rilis data ekonomi Jepang yang mengecewakan. Pada hari ini, tingkat inflasi periode Mei 2019 diumumkan sebesar sebesar 0,7% secara tahunan. Walaupun sesuai dengan konsensus, namun nilainya melandai dari capaian periode April 2019 yang sebesar 0,9%
Untuk inflasi inti periode yang sama, nilainya diumumkan di level 0,8% secara tahunan. Walaupun menyamai konsensus, tapi lagi-lagi nilainya lebih rendah dibandingkan capaian periode April 2019 yang sebesar 0,9%.
Kemudian, pembacaan awal atas data Manufacturing PMI periode Juni 2019 diumumkan di level 49,5, lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 50. Sebagai informasi, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Mengingat posisi Jepang selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, tentunya tekanan terhadap perekonomian Jepang akan berdampak negatif bagi perekonomian negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Angin segar yang dibawa oleh bank sentral AS tampak sudah tak ampuh dalam mengerek kinerja bursa saham utama kawasan Asia.
Maklum, penguatan yang dibukukan pada perdagangan kemarin (20/6/2019) sudah signifikan sehingga aksi ambil untung dilakukan pada hari ini. Pada perdagangan Kamis kemarin, indeks Nikkei ditutup naik 0,6%, indeks Hang Seng melesat 1,23%, dan indeks Kospi naik 0,31%.
Namun, The Fed memberi sinyal yang kuat bahwa akan ada pemangkasan dalam waktu dekat.
Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat. Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.
"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.
Selain karena aksi ambil untung, bursa saham utama kawasan Asia juga diterpa aksi jual seiring dengan rilis data ekonomi Jepang yang mengecewakan. Pada hari ini, tingkat inflasi periode Mei 2019 diumumkan sebesar sebesar 0,7% secara tahunan. Walaupun sesuai dengan konsensus, namun nilainya melandai dari capaian periode April 2019 yang sebesar 0,9%
Untuk inflasi inti periode yang sama, nilainya diumumkan di level 0,8% secara tahunan. Walaupun menyamai konsensus, tapi lagi-lagi nilainya lebih rendah dibandingkan capaian periode April 2019 yang sebesar 0,9%.
Kemudian, pembacaan awal atas data Manufacturing PMI periode Juni 2019 diumumkan di level 49,5, lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 50. Sebagai informasi, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Mengingat posisi Jepang selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, tentunya tekanan terhadap perekonomian Jepang akan berdampak negatif bagi perekonomian negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular