Saham BRI Terbang, Apakah Artinya?

Yazid Muamar & Donald Banjarnahor & Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
21 June 2019 18:10
On The Track di UMKM
Foto: Direktur Utama Bank BRI Suprajarto menghadiri program Berkelanjutan dan Naik Kelas Untuk Petani dan UMKM Kopi di Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi (25/01). (Ist BRI)
Salah satu motor pertumbuhan laba BBRI adalah segmen UMKM. Segmen ini bukan hanya berpotensi besar namun juga memiliki level margin yang gemuk dibandingkan segmen lainnya.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di Indonesia pada akhir 2017 menembus 62,92 juta. Bila dibagi lagi, segmen mikro mendominasi hingga hampir 99%.

Survey Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menyatakan sebanyak 60,14% dari UMKM di Indonesia mengalami masalah permodalan atau likuiditas.   Permasalahan modal ini lebih penting dibandingkan pemasaran (33%), bahan baku (14,36%) dan infrastruktur (7,79%).

Tidak heran bila banyak pihak menyebut bahwa potensi kredit UMKM di Indonesia yang belum digarap perbankan mencapai Rp 1.000 triliun.

Padahal hingga akhir Desember 2018, kredit untuk segmen UMKM yang disalurkan oleh industri perbankan Rp 1.086 triliun, dengan komposisi nilai terbesar di segmen menengah.

SegmenNilai (Rp Triliun)
Mikro276,3
Kecil326,38
Menengah483,39
Jumlah1.086
Sumber : OJK

Untuk segmen UMKM memang BBRI tak tergantikan sebagai rajanya. Bank yang sudah berusia 123 tahun ini memiliki pengalaman paling panjang dalam urusan UMKM dibandingkan ratusan bank lainnya.

Hingga kuartal I-2019, BBRI menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp657,99 triliun atau memiliki porsi 76,92% dibandingkan dengan seluruh kredit Rp 855,47 triliun.

Bila dibandingkan dengan seluruh kredit UMKM di industri perbankan, BBRI menguasai setidaknya 65%. Pangsa pasar BBRI di kredit UMKM diprediksi akan terus meningkat dalam 2 tahun ke depan.

Hal ini disebabkan karena BBRI telah menetapkan target bahwa 80% dari porsi kredit akan disalurkan ke UMKM pada 2020 mendatang.

Kredit UMKM merupakan pundi-pundi pendapatan terbesar bagi perbankan. Segmen ini memiliki margin terbesar dibandingkan segmen korporasi dan konsumsi.

Sebagai contoh, suku bunga dasar kredit (SBDK) di segmen mikro mencapai 17,5%. Namun itu baru SBDK, bukan bunga yang dikenakan ke konsumen. Profil risiko dari nasabah di segmen ini menjadi dasar lain dalam penetapan bunga.

Meski bermargin gemuk, namun tidak mudah bagi bank untuk masuk ke segmen ini. Ada faktor risiko, hingga investasi yang besar untuk bermain di segmen UMKM.

Bahkan hingga akhir 2018, masih ada bank yang belum memenuhi kewajiban penyaluran kredit UMKM minimal 20% sesuai aturan Bank Indonesia (BI).   Beberapa bank swasta yang pernah bermain di segmen UMKM, terutama mikro, harus merasakan pil pahit karena kredit bermasalah (non performing loan/NPL) melejit.

Berbeda dengan bank tersebut, BBRI berhasil menjaga NPL sebesar 2,41% pada akhir kuartal I-2019. Posisi NPL ini lebih rendah dibandingkan industri perbankan yang tercatat 2,5%.

Faktor lain yang berperan penting dalam segmen UMKM adalah jaringan cabang yang luas. Bukan hanya di jalan arteri, namun sampai ke tengah-tengah pasar. Hal ini tentunya membutuhkan investasi besar sehingga jarang bank yang bermain serius di segmen ini.

Namun, bagi BBRI hal tersebut bukanlah kendala. Dengan jaringan kantor 9.511 unit, mulai dari kantor pusat sampai Teras BRI, BBRI adalah bank dengan jaringan terbanyak.

Dengan jaringan tersebut, BBRI bisa menjangkau sejumlah daerah yang potensial dalam penyaluran kredit. Jaringan tersebut masih ditambah lebih dari 400.000 jaringan laku pandai bernama BRILink yang ke depan bisa diandalkan dalam pemasaran kredit UMKM.

NEXT

(dob/dob)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular