
Wow! Investasi Ratusan Ribu di Saham Apple, Berbuah Rp 7 M
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
21 June 2019 17:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan teknologi yang didirikan oleh mendiang Steve Jobs, Apple Inc (AAPL) dikabarkan mempertimbangkan untuk memindahkan pabrik perakitan produk-produknya ke luar China sebagai langkah menghindari potensi beban tarif dari Amerika Serikat (AS).
Apple belum membuat keputusan terkait pemindahan produksi tersebut, tapi perusahaan telah meminta beberapa pemasok besarnya untuk melakukan studi kelayakan apabila pabrik perakitan di pindah ke negara lain seperti Asia Tenggara, melansir laporan The Wall Street Journal pada Kamis (20/6/2019) yang dikutip CNBC International.
Foxconn, yang merakit iPhones, iPads, dan Macs menyampaikan bahwa bulan ini mereka siap untuk mengalihkan produksi Apple dari China jika diperlukan, dilansir dari EFE.
Foxconn sebelumnya menyatakan telah menginvestasikan lebih dari US$ 213 juta pada anak perusahaan di India, dan sedang mempertimbangkan investasi di Vietnam.
Meskipun jika terealisasikan, akan membutuhkan waktu lama, tampaknya investor menghargai keputusan Apple tersebut. Pada perdagangan Kamis kemarin (20/6/2019), harga saham perusahaan yang berkode AAPL di Bursa Nasdaq naik 0,8% ke level US$ 199,46.
Kenaikan ini menjadi pertanda: berinvestasi pada perusahaan teknologi raksasa yang satu ini masih memiliki peluang. Melansir dari data Refinitiv, 23 dari 34 analis merekomendasikan 'buy' untuk saham Apple, dan 19 merekomendasikan 'hold' alias tahan (baik tahan untuk membeli maupun menjual).
Namun, jika pelaku pasar sudah berinvestasi di saham perusahaan sejak Apple melantai di Nasdaq, investor akan mengantongi imbal hasil yang besar, hmm...sangat besar.
Berdasarkan perhitungan TIM Riset CNBC Indonesia, jika mengucurkan dana sekitar US$ 1.000 pada saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Apple di tahun 1980, maka nilai investasi saat ini tumbuh lebih dari 5.000 kali lipat. Wow!
Apple pertama kali go public pada Desember 1980 dengan harga IPO US$ 22/saham. Ini berarti, investor mampu memiliki sekitar 45 unit saham Apple dengan besaran dana US$ 1.000. Selama kurang lebih 39 tahun, perusahaan beberapa kali melakukan aksi stock split alias pemecahan nilai nominal yang mengakibatkan jumlah saham investor berlipat ganda.
Dari perhitungan tabel di atas, total 45 unit saham yang dimiliki tahun 1980 yang dibeli dengan duit US$ 1.000, terjadi penambahan jumlah saham tersebut menjadi ribuan atau setara 2.520 unit saham mengingat dengan stock split, saham beredar Apple bertambah. Ini dengan asumsi, si pemilik tidak menambah saham.
Alhasil, dengan harga penutupan Kamis kemarin US$ 199,46/saham, nilai investasi selama 39 tahun menjadi US$ 502.639 dari investasi awal US$ 1.000.
Lalu bagaimana perhitungan investasi yang sama dalam mata uang rupiah?
Patut diingat, terdapat faktor risiko selisih nilai tukar ketika berinvestasi pada saham dengan denominasi selain rupiah, di mana selisih nilai tukar tersebut dapat mengikis atau mendongkrak imbal hasil yang diperoleh.
Pada saat IPO Apple, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ada di level Rp 626,99 (mengacu data FX.sauder.ubc.ca), maka investasi US$ 1.000 saat itu setara dengan Rp 626.999, atau nilainya tak sampai Rp 1 juta.
Seperti yang telah disebutkan di atas, 39 tahun kemudian nilai investasi naik menjadi US$ 502.639, di mana ini setara dengan Rp 7,14 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$). Investasi ratusan ribu berbuah menjadi miliaran dalam kurun waktu 4 dekade.
Prospek bisnis perusahaan ke depan juga diestimasi masih cukup cemerlang, terlebih lagi mengingat jumlah fans setia Apple yang tidak sedikit, kendati tantangan inovasi terus ada mengingat kompetitor Apple pun tak pernah berhenti berinovasi seperti Samsung, Xiaomi, hingga Huawei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Dahsyat! Warren Buffett Untung Rp 600 T dari Saham Apple
Apple belum membuat keputusan terkait pemindahan produksi tersebut, tapi perusahaan telah meminta beberapa pemasok besarnya untuk melakukan studi kelayakan apabila pabrik perakitan di pindah ke negara lain seperti Asia Tenggara, melansir laporan The Wall Street Journal pada Kamis (20/6/2019) yang dikutip CNBC International.
Foxconn, yang merakit iPhones, iPads, dan Macs menyampaikan bahwa bulan ini mereka siap untuk mengalihkan produksi Apple dari China jika diperlukan, dilansir dari EFE.
Meskipun jika terealisasikan, akan membutuhkan waktu lama, tampaknya investor menghargai keputusan Apple tersebut. Pada perdagangan Kamis kemarin (20/6/2019), harga saham perusahaan yang berkode AAPL di Bursa Nasdaq naik 0,8% ke level US$ 199,46.
Kenaikan ini menjadi pertanda: berinvestasi pada perusahaan teknologi raksasa yang satu ini masih memiliki peluang. Melansir dari data Refinitiv, 23 dari 34 analis merekomendasikan 'buy' untuk saham Apple, dan 19 merekomendasikan 'hold' alias tahan (baik tahan untuk membeli maupun menjual).
Namun, jika pelaku pasar sudah berinvestasi di saham perusahaan sejak Apple melantai di Nasdaq, investor akan mengantongi imbal hasil yang besar, hmm...sangat besar.
Berdasarkan perhitungan TIM Riset CNBC Indonesia, jika mengucurkan dana sekitar US$ 1.000 pada saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Apple di tahun 1980, maka nilai investasi saat ini tumbuh lebih dari 5.000 kali lipat. Wow!
Apple pertama kali go public pada Desember 1980 dengan harga IPO US$ 22/saham. Ini berarti, investor mampu memiliki sekitar 45 unit saham Apple dengan besaran dana US$ 1.000. Selama kurang lebih 39 tahun, perusahaan beberapa kali melakukan aksi stock split alias pemecahan nilai nominal yang mengakibatkan jumlah saham investor berlipat ganda.
Periode | Rasio Split | Jumlah Saham |
16 Juni 1987 | 2:1 | 90 |
21 Juni 2000 | 2:1 | 180 |
28 Februari 2005 | 2:1 | 360 |
9 Juni 2014 | 7:1 | 2520 |
Dari perhitungan tabel di atas, total 45 unit saham yang dimiliki tahun 1980 yang dibeli dengan duit US$ 1.000, terjadi penambahan jumlah saham tersebut menjadi ribuan atau setara 2.520 unit saham mengingat dengan stock split, saham beredar Apple bertambah. Ini dengan asumsi, si pemilik tidak menambah saham.
Alhasil, dengan harga penutupan Kamis kemarin US$ 199,46/saham, nilai investasi selama 39 tahun menjadi US$ 502.639 dari investasi awal US$ 1.000.
![]() |
Lalu bagaimana perhitungan investasi yang sama dalam mata uang rupiah?
Patut diingat, terdapat faktor risiko selisih nilai tukar ketika berinvestasi pada saham dengan denominasi selain rupiah, di mana selisih nilai tukar tersebut dapat mengikis atau mendongkrak imbal hasil yang diperoleh.
Pada saat IPO Apple, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ada di level Rp 626,99 (mengacu data FX.sauder.ubc.ca), maka investasi US$ 1.000 saat itu setara dengan Rp 626.999, atau nilainya tak sampai Rp 1 juta.
Seperti yang telah disebutkan di atas, 39 tahun kemudian nilai investasi naik menjadi US$ 502.639, di mana ini setara dengan Rp 7,14 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$). Investasi ratusan ribu berbuah menjadi miliaran dalam kurun waktu 4 dekade.
Prospek bisnis perusahaan ke depan juga diestimasi masih cukup cemerlang, terlebih lagi mengingat jumlah fans setia Apple yang tidak sedikit, kendati tantangan inovasi terus ada mengingat kompetitor Apple pun tak pernah berhenti berinovasi seperti Samsung, Xiaomi, hingga Huawei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Dahsyat! Warren Buffett Untung Rp 600 T dari Saham Apple
Most Popular