Silakan Saja Dolar AS Bangkit, Pokoknya Rupiah Terbaik Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2019 12:48
Dolar AS Bangkit?
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Dado Ruvic)
Dolar AS memang masih melemah, tetapi berkebalikan dengan rupiah, pelemahannya semakin tipis. Pada pukul 12:27 WIB, koreksi Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) tinggal tersisa 0,06%. 

Wajar apabila dolar AS bisa rebound. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah amblas 1,02% dan selama sebulan ke belakang ambrol 1,5%. 

 

Dengan koreksi yang sudah dalam tersebut, wajar jika investor kembali melirik dolar AS. Kini dolar AS sudah relatif murah, siapa yang tidak tertarik? 

Ini membuat sebagian mata uang Asia mulai melemah. Rupiah memang belum sampai ke zona merah, tetapi apresiasinya tergerus. 

Salah satu faktor yang mampu membuat rupiah tetap menguat adalah derasnya arus modal di pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 211,63 miliar pada perdagangan Sesi I.  

Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 10,1 basis poin (bps). Penurunan yield menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 


Pasar keuangan Indonesia mendapat berkah dari tren penurunan suku bunga global. Sebut saja, apakah itu The Federal Reserves/The Fed, European Central Bank (ECB), Bank of Japan (BoJ), seluruhnya mengindikasikan arah kebijakan moneter longgar. 

Artinya likuiditas global akan melimpah, dan dana-dana ini butuh penampungan. Indonesia bisa menyediakan itu. 


Dari sisi keuntungan, berinvestasi di Indonesia berpotensi cuan. Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun saat ini berada di 7,337%. Meski turun terus dalam 10 hari terakhir, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan instrumen serupa di negara-negara tetangga seperti Malaysia (3,657%), Thailand (2,15%), Filipina (5,088%), sampai India (6,791%). 

Bahkan pasar saham Indonesia juga masih menjanjikan cuan. Saat ini valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diukur dengan Price to Earnings Ratio (P/E) ada di 16,48 kali. Masih lebih rendah dari KLCI Malaysia (18,31 kali), SET Thailand (17 kali), PSEI Filipina (19,38 kali), hingga Sensex India (24,29 kali). 

Sementara dari sisi keamanan, Indonesia baru saja menerima kenaikan rating dari Standard and Poors (S&P). Artinya risiko berinvestasi di Indonesia semakin rendah, Indonesia kian layak menjadi tempat menanamkan modal.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular