
Kebijakan Suku Bunga Masih Hati-hati, BI Punya Jurus Lain
Lidya Julita, CNBC Indonesia
20 June 2019 14:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun BI tetap memberi pelonggaran meski bukan lewat kebijakan suku bunga.
Pada Kamis (20/6/2019), Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 6%. Ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.
"Dengan mempertimbangkan assesment dan pertimbangan ekonomi global dan domestik, RDG memutuskan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 6%," kata Perry Warijyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG di kantor BI, Jakarta.
Meski kebijakan suku bunga masih difokuskan untuk menjaga stabilitas, bukannya BI abai untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Untuk tahun ini, BI memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh di titik tengah kisaran 5-5,4%.
Caranya adalah dengan melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 basis poin (bps). Artinya GWM bank umum turun menjadi 6% dan bank syariah berkurang ke 4,5%. Penurunan GWM ini, menurut Perry, berpotensi menyuntikkan Rp 25 triliun likuiditas ke perekonomian.
"Dengan melihat pantauan sebulan ini, salah satu kebijakan akomodatif kita realisasikan sekarang yang dapat berupa tambahan likuiditas dengan menurunkan GWM 50 bps. Sementara kebijakan suku bunga, kami mencermati kondisi pasar global dan NPI (Neraca Pembayaran Indonesia)," kata Perry.
(aji/aji) Next Article Bunga Acuan BI Ditahan Hari Ini, Nanti Bisa Turun Nggak?
Pada Kamis (20/6/2019), Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 6%. Ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.
"Dengan mempertimbangkan assesment dan pertimbangan ekonomi global dan domestik, RDG memutuskan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 6%," kata Perry Warijyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG di kantor BI, Jakarta.
Caranya adalah dengan melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 basis poin (bps). Artinya GWM bank umum turun menjadi 6% dan bank syariah berkurang ke 4,5%. Penurunan GWM ini, menurut Perry, berpotensi menyuntikkan Rp 25 triliun likuiditas ke perekonomian.
"Dengan melihat pantauan sebulan ini, salah satu kebijakan akomodatif kita realisasikan sekarang yang dapat berupa tambahan likuiditas dengan menurunkan GWM 50 bps. Sementara kebijakan suku bunga, kami mencermati kondisi pasar global dan NPI (Neraca Pembayaran Indonesia)," kata Perry.
(aji/aji) Next Article Bunga Acuan BI Ditahan Hari Ini, Nanti Bisa Turun Nggak?
Most Popular