
Rupiah Perkasa Lagi di Kurs Tengah BI, Tapi Melambat di Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 June 2019 10:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Dengan demikian, rupiah telah menguat selama tiga hari beruntun.
Pada Kamis (20/6/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.236. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya dan menyentuh posisi terkuat sejak 12 Juni.
Apresiasi hari ini membuat rupiah perkasa di kurs tengah BI selama tiga hari berturut-turut. Selama periode ini, penguatan rupiah mencapai 0,77%.
Sementara di pasar spot, rupiah juga mampu menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.250. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah sudah menguat sejak pembukaan pasar, tetapi seiring perjalanan apresiasi mata uang Tanah Air menipis. Setidaknya belum melemah lah...
Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Hanya rupee India dan peso Filipina yang masih terjebak di zona merah.
Berikut perkembangan dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:17 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Meski rupiah masih menguat, tetapi apresiasinya menipis. Mungkin investor harap-harap cemas menunggu pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) siang nanti.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%. Namun suara-suara yang memperkirakan penurunan 25 bps ke 5,75% sudah bermunculan dan tidak bisa dikesampingkan.
Dalam rapat di DPR, Gubernur Perry Warijyo menyatakan ada ruang penurunan suku bunga acuan. Namun BI tetap mempertimbangkan faktor lain yaitu stabilitas eksternal yang tercermin dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Oleh karena itu, pelaku pasar akan mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter BI ke depan. Apakah kegalauan BI masih ada? Apakah BI masih mengambil posisi stabilitas di atas pertumbuhan?
Atau apakah BI sudah memutuskan untuk menjadi salah satu agen pendorong pertumbuhan ekonomi dengan bersikap dovish? Jika BI 7 Day Reverse Repo Rate masih dipertahankan 6% hari ini, apakah akan ada petunjuk menuju penurunan pada bulan-bulan ke depan? Apakah BI akan bergabung di satu gerbong dengan The Federal Reserves/The Fed dkk yang bakal menurunkan suku bunga acuan?
Keputusan BI akan sangat menentukan gerak pasar. Tidak hanya angka suku bunga, tetapi 'suasana kebatinan' di MH Thamrin pun akan menjadi perhatian investor. Sebuah beban yang tidak ringan bagi Gubernur Perry dan sejawat, karena apa pun keputusannya bakal mempengaruhi pasar keuangan Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (20/6/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.236. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya dan menyentuh posisi terkuat sejak 12 Juni.
Apresiasi hari ini membuat rupiah perkasa di kurs tengah BI selama tiga hari berturut-turut. Selama periode ini, penguatan rupiah mencapai 0,77%.
Sementara di pasar spot, rupiah juga mampu menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.250. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah sudah menguat sejak pembukaan pasar, tetapi seiring perjalanan apresiasi mata uang Tanah Air menipis. Setidaknya belum melemah lah...
Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Hanya rupee India dan peso Filipina yang masih terjebak di zona merah.
Berikut perkembangan dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:17 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Meski rupiah masih menguat, tetapi apresiasinya menipis. Mungkin investor harap-harap cemas menunggu pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) siang nanti.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%. Namun suara-suara yang memperkirakan penurunan 25 bps ke 5,75% sudah bermunculan dan tidak bisa dikesampingkan.
Dalam rapat di DPR, Gubernur Perry Warijyo menyatakan ada ruang penurunan suku bunga acuan. Namun BI tetap mempertimbangkan faktor lain yaitu stabilitas eksternal yang tercermin dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Oleh karena itu, pelaku pasar akan mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter BI ke depan. Apakah kegalauan BI masih ada? Apakah BI masih mengambil posisi stabilitas di atas pertumbuhan?
Atau apakah BI sudah memutuskan untuk menjadi salah satu agen pendorong pertumbuhan ekonomi dengan bersikap dovish? Jika BI 7 Day Reverse Repo Rate masih dipertahankan 6% hari ini, apakah akan ada petunjuk menuju penurunan pada bulan-bulan ke depan? Apakah BI akan bergabung di satu gerbong dengan The Federal Reserves/The Fed dkk yang bakal menurunkan suku bunga acuan?
Keputusan BI akan sangat menentukan gerak pasar. Tidak hanya angka suku bunga, tetapi 'suasana kebatinan' di MH Thamrin pun akan menjadi perhatian investor. Sebuah beban yang tidak ringan bagi Gubernur Perry dan sejawat, karena apa pun keputusannya bakal mempengaruhi pasar keuangan Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular