
The Fed & ECB Bawa Bursa Saham Asia ke Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 June 2019 17:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini, Selasa (18/6/), di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,09%, indeks Hang Seng melesat 1%, indeks Straits Times naik 0,96%, dan indeks Kospi juga naik 0,38%.
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari pertemuan The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang akan digelar pada Selasa (18/6/2019) dan Rabu (19/6/2019) waktu setempat.
Memang, The Fed diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 2,25%-2,5% pada pertemuan kali ini. Namun, diharapkan bahwa The Fed akan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengindikasikan pemangkasan tingkat suku bunga acuan selepas menggelar pertemuan selama dua hari tersebut.
Beberapa waktu yang lalu, Jerome Powell (Gubernur The Fed) telah secara gamblang memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan yakni dengan mengubah standar referensinya dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga menjadi bank sentral akan memperhatikan dampak perang dagang dan akan mengambil tindakan "yang sesuai".
"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," kata Powell, dilansir dari Reuters.
Tak hanya bank sentral AS, bank sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) ikut mengerek kinerja bursa saham regional. Berbicara dalam ECB Forum di Sintra, Portugal, Gubernur ECB Mario Draghi menegaskan bahwa pihaknya bisa memangkas tingkat suku bunga acuan atau memperbesar suntikan dana (quantitative easing) jika tingkat inflasi tak mencapai target.
"Jika krisis sudah memperlihatkan dampak, maka kami akan menggunakan segala fleksibilitas yang kami punya untuk memenuhi mandat kami - dan kami akan melakukannya lagi untuk menjawab segala tantangan terhadap kestabilan tingkat harga di masa depan," kata Draghi, dikutip dari CNBC International.
Pada awal bulan ini, sikap dovish (sabar) sudah ditunjukkan oleh ECB yakni dengan menunda normalisasi hingga setidaknya pertengahan tahun depan. Sebelumnya, ECB hanya memperkirakan kenaikan suku bunga acuan akan ditunda hingga akhir tahun.
Dengan adanya potensi bahwa stimulus moneter akan disuntikkan oleh bank sentral AS dan Eropa, ada harapan bahwa laju perekonomian dunia bisa dikerek naik ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari pertemuan The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang akan digelar pada Selasa (18/6/2019) dan Rabu (19/6/2019) waktu setempat.
Memang, The Fed diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 2,25%-2,5% pada pertemuan kali ini. Namun, diharapkan bahwa The Fed akan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengindikasikan pemangkasan tingkat suku bunga acuan selepas menggelar pertemuan selama dua hari tersebut.
Beberapa waktu yang lalu, Jerome Powell (Gubernur The Fed) telah secara gamblang memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan yakni dengan mengubah standar referensinya dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga menjadi bank sentral akan memperhatikan dampak perang dagang dan akan mengambil tindakan "yang sesuai".
"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," kata Powell, dilansir dari Reuters.
![]() |
Tak hanya bank sentral AS, bank sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) ikut mengerek kinerja bursa saham regional. Berbicara dalam ECB Forum di Sintra, Portugal, Gubernur ECB Mario Draghi menegaskan bahwa pihaknya bisa memangkas tingkat suku bunga acuan atau memperbesar suntikan dana (quantitative easing) jika tingkat inflasi tak mencapai target.
"Jika krisis sudah memperlihatkan dampak, maka kami akan menggunakan segala fleksibilitas yang kami punya untuk memenuhi mandat kami - dan kami akan melakukannya lagi untuk menjawab segala tantangan terhadap kestabilan tingkat harga di masa depan," kata Draghi, dikutip dari CNBC International.
Pada awal bulan ini, sikap dovish (sabar) sudah ditunjukkan oleh ECB yakni dengan menunda normalisasi hingga setidaknya pertengahan tahun depan. Sebelumnya, ECB hanya memperkirakan kenaikan suku bunga acuan akan ditunda hingga akhir tahun.
Dengan adanya potensi bahwa stimulus moneter akan disuntikkan oleh bank sentral AS dan Eropa, ada harapan bahwa laju perekonomian dunia bisa dikerek naik ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular