
Tak Puas Hanya Sepekan, Obligasi Rupiah Lanjutkan Penguatan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
17 June 2019 19:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Melanjutkan reli yang dimulai sejak awal pekan lalu, harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada perdagangan hari Senin (17/6/2019).
Kenaikan harga Surat Utang Negara (SUN) hari ini bertolak belakang dengan pergerakan harga di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,96% ke level 6.190,53.
Penguatan di pasar obligasi dapat terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) SUN empat seri acuan (benchmark), yaitu FR0077 (tenor 5 tahun), FR0078 (tenor 10 tahun), FR0068 (tenor 15 tahun), dan FR0079 (tenor 20 tahun).
SUN acuan yang mengalami penguatan paling tinggi adalah FR0077, dimana yield-nya turun hingga 5,2 basis poin menjadi 7,17%. Sementara yield SUN FR0078 yang sering dijadikan acuan di berbagai negara turun 3 basis poin menjadi 7,66%.
Sumber: Refinitiv
Tampaknya optimisme penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed memberikan sentimen yang cukup untuk mengangkat derajat pasar obligasi Indonesia.
Pada hari Kamis (20/6/2019) dini hari waktu Indonesia, The Fed dijadwalkan untuk mengumumkan hasil rapat bulanan edisi Juni yang salah satu isinya adalah keputusan terkait tingkat suku bunga acuan.
Sebenarnya pelaku pasar masih yakin suku bunga tidak akan berubah pada Juli. Terbukti dari data FedWatch CME per 17 Juni 2019, dimana probabilitas The Fed menahan suku bunga pada Juni mencapai 80,8% atau naik dari posisi akhir pekan lalu (14/6/2019) yang hanya 76,7%.
Namun, pelaku pasar optimistis bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas dalam pertemuan-pertemuan berikutnya.
Masih dari FedWatch CME, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pengumuman rapat edisi Juli mencapai 68,9%, naik dari posisi akhir pekan lalu yang sebesar 66,3%.
Sebelumnya, Powell memang telah memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan yakni dengan mengubah standar referensinya dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga menjadi bank sentral akan memperhatikan dampak perang dagang dan akan mengambil tindakan "yang sesuai".
Bila benar suku bunga acuan The Fed turun, maka berinvestasi pada aset-aset yang berbasis dolar menjadi kurang menarik. Bahkan risiko koreksi nilai aset meningkat.
Investor pun gencar masuk ke pasar keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Seiring dengan kenaikan harga obligasi rupiah pemerintah hari ini, indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat sebesar 0,33 poin atau 0,13% menjadi 250,66.
Sebagai informasi, pergerakan harga dan imbal hasil akan saling bertolak belakang di pasar obligasi. Kala imbal hasil turun, artinya harga sedang naik. Berlaku pula sebaliknya.
Imbal hasil juga lebih sering digunakan oleh trader dalam menilai suatu instrumen surat utang karena dapat mencerminkan harga, kupon, dan risiko dalam satu nilai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Kenaikan harga Surat Utang Negara (SUN) hari ini bertolak belakang dengan pergerakan harga di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,96% ke level 6.190,53.
Penguatan di pasar obligasi dapat terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) SUN empat seri acuan (benchmark), yaitu FR0077 (tenor 5 tahun), FR0078 (tenor 10 tahun), FR0068 (tenor 15 tahun), dan FR0079 (tenor 20 tahun).
Yield Obligasi Negara Acuan 14 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 14 Jun'19 (%) | Yield 17 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 17 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.226 | 7.174 | -5.2 | 7.1515 |
FR0078 | 10 tahun | 7.695 | 7.665 | -3 | 7.6679 |
FR0068 | 15 tahun | 8.036 | 8 | -3.6 | 7.9803 |
FR0079 | 20 tahun | 8.159 | 8.142 | -1.7 | 8.1299 |
Avg movement | -3.375 |
Tampaknya optimisme penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed memberikan sentimen yang cukup untuk mengangkat derajat pasar obligasi Indonesia.
Pada hari Kamis (20/6/2019) dini hari waktu Indonesia, The Fed dijadwalkan untuk mengumumkan hasil rapat bulanan edisi Juni yang salah satu isinya adalah keputusan terkait tingkat suku bunga acuan.
Sebenarnya pelaku pasar masih yakin suku bunga tidak akan berubah pada Juli. Terbukti dari data FedWatch CME per 17 Juni 2019, dimana probabilitas The Fed menahan suku bunga pada Juni mencapai 80,8% atau naik dari posisi akhir pekan lalu (14/6/2019) yang hanya 76,7%.
Namun, pelaku pasar optimistis bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas dalam pertemuan-pertemuan berikutnya.
Masih dari FedWatch CME, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pengumuman rapat edisi Juli mencapai 68,9%, naik dari posisi akhir pekan lalu yang sebesar 66,3%.
Sebelumnya, Powell memang telah memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan yakni dengan mengubah standar referensinya dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga menjadi bank sentral akan memperhatikan dampak perang dagang dan akan mengambil tindakan "yang sesuai".
Bila benar suku bunga acuan The Fed turun, maka berinvestasi pada aset-aset yang berbasis dolar menjadi kurang menarik. Bahkan risiko koreksi nilai aset meningkat.
Investor pun gencar masuk ke pasar keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Seiring dengan kenaikan harga obligasi rupiah pemerintah hari ini, indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat sebesar 0,33 poin atau 0,13% menjadi 250,66.
Sebagai informasi, pergerakan harga dan imbal hasil akan saling bertolak belakang di pasar obligasi. Kala imbal hasil turun, artinya harga sedang naik. Berlaku pula sebaliknya.
Imbal hasil juga lebih sering digunakan oleh trader dalam menilai suatu instrumen surat utang karena dapat mencerminkan harga, kupon, dan risiko dalam satu nilai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular