
Analisis Teknikal
Dekat Level Terendah 5 Bulan, Poundsterling Bisa Turun Dalam
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2019 14:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah turun 0,67% di perdagangan Jumat (14/6/19), poundsterling kembali melemah lawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (17/6/19). Mata uang Inggris ini bergerak mendekati level terendah lima bulan yang disentuh 31 Januari lalu, yakni US$ 1,2558.
Nama Boris Johnson yang muncul menjadi kandidat kuat perdana menteri baru Inggris memberikan tekanan bagi pound.
Dalam voting tahap pertama di lingkup Partai Konservatif, Boris Johnson menjadi pengumpul suara terbanyak. Johnson memperoleh 114 suara, unggul jauh dari pesaing terdekatnya Jeremy Hunt (43 suara). Posisi ketiga ditempat Michael Gove (37 suara).
Total ada tujuh kandidat yang bakal ikut serta dalam voting tahap II yang akan 18 Juni, dan berlanjut pada 19 dan 20 Juni hingga menyisakan 2 kandidat. Pada 22 Juni akan dilakukan pemungutan suara antara dua kandidat terakhir, pemenangnya akan menduduki kursi tertinggi Partai Konservatif yang otomatis menjadi Perdana Menteri Inggris.
Johnson adalah figur kontroversial dan seorang euroskeptik. Oleh karena itu, ada sedikit kekhawatiran bahwa Johnson akan membuat Inggris keluar dari Uni Eropa dengan cara apa pun, termasuk No Deal Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi).
Di sisi lain, dolar AS sedang mendapat momentum penguatan setelah rilis data penjualan ritel. Pada bulan Mei penjualan ritel AS tumbuh 0,5% dari bulan sebelumnya, begitu juga penjualan ritel inti (yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) tumbuh 0,5%.
Kenaikan tersebut memberikan gambaran konsumsi warga AS masih cukup kuat di kuartal-II tahun ini, yang sedikit meredakan kecemasan pelambatan ekonomi.
Dua background di atas membuat poundsterling terus tertekan melawan dolar, pada pukul 14:17 WIB diperdagangkan di kisaran UA$ 1,2576, mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Analisis Teknikal
Pada grafik harian, poundsterling yang disimbolkan GBP/USD kini berada di dekat level terendah lima bulan US$ 1,2558. Pound bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis biru), MA 21 hari (garis hijau), serta MA 8 hari (garis merah).
Sementara indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) masih berada di zona negatif, yang memberikan gambaran sentimen bearish investor terhadap pound.
Pada time frame 30 menit, GBP/USD bergerak di bawah MA 8 dan 21, dan 125, dengan MACD berada di wilayah negatif memberikan gambaran tekanan turun yang cukup kuat.
Sementara indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold), yang bisa memberikan peluang technical rebound. Level terendah lima bulan US$ 1,2558 menjadi target penurunan pound pada hari ini. Jika mampu melewati area tersebut poundsterling berpotensi turun ke US$ 1,2525.
Sebaliknya jika gagal menembus atau selama bertahan di atas US$ 1,2558, GBP/USD berpeluang mengalami technical rebound ke area US$ 1,2600, atau lebih tinggi lagi ke US$ 1,2630.
TIM RISET CNBC INDOENSIA
(pap/pap) Next Article Inggris Cerai dari Uni Eropa Pekan Depan, Pasar Sudah Siap?
Nama Boris Johnson yang muncul menjadi kandidat kuat perdana menteri baru Inggris memberikan tekanan bagi pound.
Dalam voting tahap pertama di lingkup Partai Konservatif, Boris Johnson menjadi pengumpul suara terbanyak. Johnson memperoleh 114 suara, unggul jauh dari pesaing terdekatnya Jeremy Hunt (43 suara). Posisi ketiga ditempat Michael Gove (37 suara).
Johnson adalah figur kontroversial dan seorang euroskeptik. Oleh karena itu, ada sedikit kekhawatiran bahwa Johnson akan membuat Inggris keluar dari Uni Eropa dengan cara apa pun, termasuk No Deal Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi).
Di sisi lain, dolar AS sedang mendapat momentum penguatan setelah rilis data penjualan ritel. Pada bulan Mei penjualan ritel AS tumbuh 0,5% dari bulan sebelumnya, begitu juga penjualan ritel inti (yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) tumbuh 0,5%.
Kenaikan tersebut memberikan gambaran konsumsi warga AS masih cukup kuat di kuartal-II tahun ini, yang sedikit meredakan kecemasan pelambatan ekonomi.
Dua background di atas membuat poundsterling terus tertekan melawan dolar, pada pukul 14:17 WIB diperdagangkan di kisaran UA$ 1,2576, mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Pada grafik harian, poundsterling yang disimbolkan GBP/USD kini berada di dekat level terendah lima bulan US$ 1,2558. Pound bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis biru), MA 21 hari (garis hijau), serta MA 8 hari (garis merah).
Sementara indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) masih berada di zona negatif, yang memberikan gambaran sentimen bearish investor terhadap pound.
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Sementara indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold), yang bisa memberikan peluang technical rebound. Level terendah lima bulan US$ 1,2558 menjadi target penurunan pound pada hari ini. Jika mampu melewati area tersebut poundsterling berpotensi turun ke US$ 1,2525.
Sebaliknya jika gagal menembus atau selama bertahan di atas US$ 1,2558, GBP/USD berpeluang mengalami technical rebound ke area US$ 1,2600, atau lebih tinggi lagi ke US$ 1,2630.
TIM RISET CNBC INDOENSIA
(pap/pap) Next Article Inggris Cerai dari Uni Eropa Pekan Depan, Pasar Sudah Siap?
Most Popular