
Trump Serang Proyek Rusia-Jerman, Euro Kian Melempem
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 June 2019 20:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro belum mampu bangkit di perdagangan Kamis (13/5/19) setelah melemah dan menjauhi level tertinggi 11 pekan Rabu kemarin.
Pada pukul 20:05 WIB euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1281 atau melemah 0,06% di pasar spot, mengutip data Refinitiv.
Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan memberikan sanksi pada proyek pipa gas Nord Stream 2 Rusia menjadi sentimen negatif bagi euro karena Jerman juga ikut terseret.
Nord Stream 2 merupakan jalur pipa gas dari Rusia ke Jerman, dan Trump juga memperingatkan Jerman agar tidak terlalu tergantung dengan gas alam Rusia.
Setelah muncul ancaman dan peringatan tersebut, euro yang sebelumnya bergerak di dekat level terkuat 11 pekan berbalik arah, dan menjauhi titik yang dicapai pada 7 Juni lalu.
Trump juga menyerang beberapa mata uang yang nilainya terus menurun, dan secara spesifik menyebut euro. Dalam cuitannya di Twitter Trump mengatakan "euro dan mata uang lainnya dilemahkan terhadap dolar, yang sangat merugikan bagi AS".
Dalam perdagangan internasional melemahnya kurs akan menguntungkan bagi negara tersebut, produk-produk yang dijual akan memiliki keunggulan kompetitif.
Presiden Trump yang mengobarkan perang dagang untuk menghasilkan surplus tentunya mendapat tantangan lain akibat pelemahan mata uang mitra dagang AS.
Selain China, Presiden AS ke-45 ini juga menargetkan Uni Eropa dan Jepang dalam pengenaan tarif impor khususnya sektor otomotif. Mata uang euro belakangan ini turun ke level terendah 2 tahun, tepatnya 23 Mei lalu.
Perang dagang menjadi sorotan semua pihak termasuk European Central Bank (ECB), sang Gubernur Mario Draghi mengatakan perdagangan internasional menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir akibat langkah pembatasan perdagangan melampaui langkah liberalisasi.
Meski belum terlibat langsung dalam perang dagang, namun efeknya sudah terasa ke Eropa. Pelambatan ekonomi sudah menghantui Benua Biru, bahkan ada ancaman resesi. Hal tersebut membuat ECB membatalkan niat untuk menaikkan suku bunga, bahkan ada kemungkinan akan ada gelontoran stimulus moneter.
Stimulus moneter memiliki efek yang sama dengan pemangkasan suku bunga, yakni melemahnya nilai tukar mata uang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Trading Cuan Rp 70 Juta, Euro Dulu Dibuang Kini Disayang!
Pada pukul 20:05 WIB euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1281 atau melemah 0,06% di pasar spot, mengutip data Refinitiv.
Nord Stream 2 merupakan jalur pipa gas dari Rusia ke Jerman, dan Trump juga memperingatkan Jerman agar tidak terlalu tergantung dengan gas alam Rusia.
Setelah muncul ancaman dan peringatan tersebut, euro yang sebelumnya bergerak di dekat level terkuat 11 pekan berbalik arah, dan menjauhi titik yang dicapai pada 7 Juni lalu.
Trump juga menyerang beberapa mata uang yang nilainya terus menurun, dan secara spesifik menyebut euro. Dalam cuitannya di Twitter Trump mengatakan "euro dan mata uang lainnya dilemahkan terhadap dolar, yang sangat merugikan bagi AS".
Dalam perdagangan internasional melemahnya kurs akan menguntungkan bagi negara tersebut, produk-produk yang dijual akan memiliki keunggulan kompetitif.
Presiden Trump yang mengobarkan perang dagang untuk menghasilkan surplus tentunya mendapat tantangan lain akibat pelemahan mata uang mitra dagang AS.
Selain China, Presiden AS ke-45 ini juga menargetkan Uni Eropa dan Jepang dalam pengenaan tarif impor khususnya sektor otomotif. Mata uang euro belakangan ini turun ke level terendah 2 tahun, tepatnya 23 Mei lalu.
Perang dagang menjadi sorotan semua pihak termasuk European Central Bank (ECB), sang Gubernur Mario Draghi mengatakan perdagangan internasional menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir akibat langkah pembatasan perdagangan melampaui langkah liberalisasi.
Meski belum terlibat langsung dalam perang dagang, namun efeknya sudah terasa ke Eropa. Pelambatan ekonomi sudah menghantui Benua Biru, bahkan ada ancaman resesi. Hal tersebut membuat ECB membatalkan niat untuk menaikkan suku bunga, bahkan ada kemungkinan akan ada gelontoran stimulus moneter.
Stimulus moneter memiliki efek yang sama dengan pemangkasan suku bunga, yakni melemahnya nilai tukar mata uang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Trading Cuan Rp 70 Juta, Euro Dulu Dibuang Kini Disayang!
Most Popular