
Kenaikan Rating dari S&P Masih Laku, Harga Surat Utang Naik
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 June 2019 11:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah dibuka menguat hari ini di tengah sentimen positif dari kenaikan peringkat utang Indonesia dan suksesnya penerbitan Surat Utang Negara (SUN) global bernilai setara Rp 22 triliun kemarin. Penguatan masih terjadi meskipun sudah dibayangi memanasnya kondisi Hong Kong-China, AS-China, dan AS-Jerman sejak kemarin.
Naiknya harga SUN terjadi empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 3 basis poin (bps) menjadi 7,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Ketika sentimen positif penaikan peringkat pada akhir Mei masih hangat, pemerintah memanfaatkan momentum dengan menawarkan obligasi global denominasi dolar AS dan euro dan berhasil menerbitkan kedua seri dengan nilai setara Rp 22 triliun.
Sentimen negatif justru datang dari pasar global karena kondisi pasar diwarnai beberapa kondisi yang mengkhawatirkan sejak kemarin.
Sejak kemarin, tensi Hong Kong-China memanas setelah demonstrasi besar dilakukan di jalan utama pulau kota tersebut, China masih baku ancam dengan AS yang diwarnai berita Huawei yang menggunakan sistem operasi (OS) HongMeng, serta ancaman AS terhadap Jerman yang membantu jalur pipa gas Rusia.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SUN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 559 bps, melebar dari posisi kemarin 558 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,1% dari posisi kemarin 2,11%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi pasangan tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi di Brasil, Malaysia, Filipina, Rusia, dan Afrika Selatan. Di negara maju, seluruh negara ekonomi utama dunia masih menguat.
Hal tersebut mencerminkan minat investor asing masih masuk ke dalam pasar obligasi negara maju yang sering dianggap sebagai aset lebih aman dibanding pasar saham (safe haven instrument).
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naiknya harga SUN terjadi empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Ketika sentimen positif penaikan peringkat pada akhir Mei masih hangat, pemerintah memanfaatkan momentum dengan menawarkan obligasi global denominasi dolar AS dan euro dan berhasil menerbitkan kedua seri dengan nilai setara Rp 22 triliun.
Sentimen negatif justru datang dari pasar global karena kondisi pasar diwarnai beberapa kondisi yang mengkhawatirkan sejak kemarin.
Sejak kemarin, tensi Hong Kong-China memanas setelah demonstrasi besar dilakukan di jalan utama pulau kota tersebut, China masih baku ancam dengan AS yang diwarnai berita Huawei yang menggunakan sistem operasi (OS) HongMeng, serta ancaman AS terhadap Jerman yang membantu jalur pipa gas Rusia.
Yield Obligasi Negara Acuan 13 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 12 Jun'19 (%) | Yield 13 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 12 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.296 | 7.266 | -3.00 | 7.253 |
FR0078 | 10 tahun | 7.701 | 7.698 | -0.30 | 7.6818 |
FR0068 | 15 tahun | 8.07 | 8.054 | -1.60 | 8.0505 |
FR0079 | 20 tahun | 8.202 | 8.197 | -0.50 | 8.1759 |
Avg movement | -1.35 |
Apresiasi SUN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 559 bps, melebar dari posisi kemarin 558 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,1% dari posisi kemarin 2,11%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi pasangan tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 13 Jun'2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 12 Jun'19 (%) | Yield 13 Jun'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.221 | 2.22 | 3 bulan-5 tahun | 36.7 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.889 | 1.86 | 2 tahun-5 tahun | 0.7 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.828 | 1.801 | 3 tahun-5 tahun | -5.2 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.881 | 1.853 | 3 bulan-10 tahun | 11.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.127 | 2.105 | 2 tahun-10 tahun | -24.5 |
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi di Brasil, Malaysia, Filipina, Rusia, dan Afrika Selatan. Di negara maju, seluruh negara ekonomi utama dunia masih menguat.
Hal tersebut mencerminkan minat investor asing masih masuk ke dalam pasar obligasi negara maju yang sering dianggap sebagai aset lebih aman dibanding pasar saham (safe haven instrument).
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 12 Jun'19 (%) | Yield 13 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8 | 8.03 | 3.00 |
China | 3.302 | 3.295 | -0.70 |
Jerman | -0.235 | -0.239 | -0.40 |
Perancis | 0.118 | 0.115 | -0.30 |
Inggris | 0.869 | 0.868 | -0.10 |
India | 7.036 | 7.012 | -2.40 |
Jepang | -0.113 | -0.129 | -1.60 |
Malaysia | 3.731 | 3.737 | 0.60 |
Filipina | 5.177 | 5.189 | 1.20 |
Rusia | 7.66 | 7.69 | 3.00 |
Singapura | 2.008 | 1.964 | -4.40 |
Thailand | 2.205 | 2.16 | -4.50 |
Amerika Serikat | 2.127 | 2.105 | -2.20 |
Afrika Selatan | 8.33 | 8.365 | 3.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular