
Terima Kasih S&P! RI Gaet Yield Murah di Global Bond Rp 22 T
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 June 2019 19:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan obligasi global denominasi euro-dolar AS dengan nilai setara Rp 22,76 triliun ketika iklim surat utang negara (SUN) masih kondusif. Imbal hasilnya (yield) terhitung lebih murah dari target indikatif.
Dalam pengumumannya hari ini (12/6/19), Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan penerbitan dilakukan dalam dua denominasi yaitu senilai 750 juta euro (saat ini setara Rp 12,08 triliun, Rp 16.115 per euro) dan US$ 750 juta (setara Rp 10,67 triliun, Rp 14.239 per dolar AS).
Obligasi global euro berseri RIEUR-0926 diterbitkan bertenor 7 tahun, dengan kupon 1,45% dan yield 1,487% karena diterbitkan pada harga diskon yaitu 99,74%. Yield obligasi tersebut memiliki selisih (spread) dengan yield midswaps 145 basis poin (bps), lebih rendah daripada target awal 175 bps.
Normalnya, jika obligasi diterbitkan pada harga penuh atau harga par yaitu pada 100%, maka yield obligasi akan sama dengan kupon ketika terbit.
Seri lain yaitu RI-0929 yang berdenominasi dolar bertenor 10 tahun dengan kupon 3,4% dan yield 3,45% serta dengan harga diskon yaitu pada 99,56%. Yield obligasi dolar AS tersebut lebih rendah daripada target pemerintah ketika penawaran yaitu 3,75%.
Lebih rendahnya yield pada saat penawaran membuat pemerintah lebih diuntungkan karena tidak perlu membayar kupon yang lebih mahal kepada calon investor.
Penerbitan kali ini juga dinyatakan DJPPR sebagai penerbitan keenam pemerintah untuk SUN valuta asing dalam denominasi euro dan menjadi penerbitan kedua denominasi euro dalam format SEC-Registered.
Kedua seri obligasi yang baru terbit itu akan dicatatkan di Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.
Kordinator utama penerbitan (joint bookrunners) dalam transaksi tersebut adalah Citigroup, Credit Agricole CIB, Deutsche Bank, HSBC, Mandiri Securities, dan Standard Chartered Bank. PT Bahana Sekuritas and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) turut bertindak sebagai penerbit tambahan (co-managers) dalam penawaran surat utang pemerintah tersebut.
Penerbitan tersebut dilakukan pemerintah ketika pasar surat utang pemerintah domestik masih diuntungkan dari sentimen positif sejak pekan lalu, di mana faktor global yaitu potensi penurunan suku bunga global turut ditambah dari faktor domestik yaitu penaikan peringkat Indonesia.
Peringkat Indonesia dinaikkan lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) yang menaikkannya menjadi BBB dari sebelumnya BBB- pada 31 Mei, sebelum libur Lebaran sepanjang pekan lalu.
Sentimen positif itu masih terefleksi di pasar yaitu dengan penguatan harga, meskipun sudah mereda dibandingkan dengan penguatan sejak awal pekan ini. Naiknya harga SUN itu seiring apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 1,7 basis poin (bps) menjadi 7,7%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Sumber: IBPA
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,23 poin (0,1%) menjadi 249,19 dari posisi kemarin 248,95.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 558 bps, melebar dari posisi kemarin 554 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,11% dari posisi kemarin 2,19%.
Inversi Masih Terjadi di Obligasi AS
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang masih terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Februari.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 949,56 triliun SBN, atau 37,98% dari total beredar Rp 2.500 triliun berdasarkan data per 10 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 56,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Meski demikian, sepanjang Mei, pasar obligasi negara masih mengalami arus asing keluar (foreign outflow) Rp 13,01 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang justru terkoreksi yaitu turun 0,47%, sedangkan rupiah di pasar valas menguat 0,04%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi lebih banyak yaitu di Brasil, India, Singapura, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, gilt Inggris, OAT Perancis, dan US Treasury AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Dalam pengumumannya hari ini (12/6/19), Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan penerbitan dilakukan dalam dua denominasi yaitu senilai 750 juta euro (saat ini setara Rp 12,08 triliun, Rp 16.115 per euro) dan US$ 750 juta (setara Rp 10,67 triliun, Rp 14.239 per dolar AS).
Obligasi global euro berseri RIEUR-0926 diterbitkan bertenor 7 tahun, dengan kupon 1,45% dan yield 1,487% karena diterbitkan pada harga diskon yaitu 99,74%. Yield obligasi tersebut memiliki selisih (spread) dengan yield midswaps 145 basis poin (bps), lebih rendah daripada target awal 175 bps.
Seri lain yaitu RI-0929 yang berdenominasi dolar bertenor 10 tahun dengan kupon 3,4% dan yield 3,45% serta dengan harga diskon yaitu pada 99,56%. Yield obligasi dolar AS tersebut lebih rendah daripada target pemerintah ketika penawaran yaitu 3,75%.
Lebih rendahnya yield pada saat penawaran membuat pemerintah lebih diuntungkan karena tidak perlu membayar kupon yang lebih mahal kepada calon investor.
Penerbitan kali ini juga dinyatakan DJPPR sebagai penerbitan keenam pemerintah untuk SUN valuta asing dalam denominasi euro dan menjadi penerbitan kedua denominasi euro dalam format SEC-Registered.
Kedua seri obligasi yang baru terbit itu akan dicatatkan di Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.
Kordinator utama penerbitan (joint bookrunners) dalam transaksi tersebut adalah Citigroup, Credit Agricole CIB, Deutsche Bank, HSBC, Mandiri Securities, dan Standard Chartered Bank. PT Bahana Sekuritas and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) turut bertindak sebagai penerbit tambahan (co-managers) dalam penawaran surat utang pemerintah tersebut.
Penerbitan tersebut dilakukan pemerintah ketika pasar surat utang pemerintah domestik masih diuntungkan dari sentimen positif sejak pekan lalu, di mana faktor global yaitu potensi penurunan suku bunga global turut ditambah dari faktor domestik yaitu penaikan peringkat Indonesia.
Peringkat Indonesia dinaikkan lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) yang menaikkannya menjadi BBB dari sebelumnya BBB- pada 31 Mei, sebelum libur Lebaran sepanjang pekan lalu.
Sentimen positif itu masih terefleksi di pasar yaitu dengan penguatan harga, meskipun sudah mereda dibandingkan dengan penguatan sejak awal pekan ini. Naiknya harga SUN itu seiring apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 1,7 basis poin (bps) menjadi 7,7%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 12 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 11 Jun'19 (%) | Yield 12 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 12 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.308 | 7.296 | -1.20 | 7.253 |
FR0078 | 10 tahun | 7.718 | 7.701 | -1.70 | 7.6818 |
FR0068 | 15 tahun | 8.073 | 8.07 | -0.30 | 8.0505 |
FR0079 | 20 tahun | 8.212 | 8.202 | -1.00 | 8.1759 |
Avg movement | -1.05 |
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 12 Jun'19 | ||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 11 Jun'19 (%) | Yield 12 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 7.253 | 7.2728 | 1.98 |
FR0078 | 10 tahun | 7.6818 | 7.7083 | 2.65 |
FR0068 | 15 tahun | 8.0505 | 8.0496 | -0.09 |
FR0079 | 20 tahun | 8.1759 | 8.1932 | 1.73 |
Avg movement | 1.57 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,23 poin (0,1%) menjadi 249,19 dari posisi kemarin 248,95.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 558 bps, melebar dari posisi kemarin 554 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,11% dari posisi kemarin 2,19%.
Inversi Masih Terjadi di Obligasi AS
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang masih terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Februari.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 12 Jun'2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 11 Jun'19 (%) | Yield 12 Jun'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.272 | 2.284 | 3 bulan-5 tahun | 40.5 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.92 | 1.885 | 2 tahun-5 tahun | 0.6 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.857 | 1.823 | 3 tahun-5 tahun | -5.6 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.907 | 1.879 | 3 bulan-10 tahun | 16.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.14 | 2.119 | 2 tahun-10 tahun | -23.4 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 949,56 triliun SBN, atau 37,98% dari total beredar Rp 2.500 triliun berdasarkan data per 10 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 56,31 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Meski demikian, sepanjang Mei, pasar obligasi negara masih mengalami arus asing keluar (foreign outflow) Rp 13,01 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang justru terkoreksi yaitu turun 0,47%, sedangkan rupiah di pasar valas menguat 0,04%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi lebih banyak yaitu di Brasil, India, Singapura, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, gilt Inggris, OAT Perancis, dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 11 Jun'19 (%) | Yield 12 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.18 | 8 | -18.00 |
China | 3.286 | 3.302 | 1.60 |
Jerman | -0.231 | -0.236 | -0.50 |
Perancis | 0.113 | 0.111 | -0.20 |
Inggris | 0.858 | 0.848 | -1.00 |
India | 7.077 | 7.009 | -6.80 |
Jepang | -0.112 | -0.108 | 0.40 |
Malaysia | 3.724 | 3.731 | 0.70 |
Filipina | 5.189 | 5.189 | 0.00 |
Rusia | 7.66 | 7.69 | 3.00 |
Singapura | 2.056 | 2.009 | -4.70 |
Thailand | 2.26 | 2.205 | -5.50 |
Amerika Serikat | 2.14 | 2.119 | -2.10 |
Afrika Selatan | 8.415 | 8.31 | -10.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular