
Perang Dagang & Inflasi Bikin IHSG Kehabisan Tenaga
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 June 2019 09:41

Dari dalam negeri, rilis angka inflasi periode Mei 2019 terlihat mulai membebani langkah IHSG. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa terjadi inflasi sebesar 0,68% secara bulanan pada bulan Mei, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,32%. Capaian tersebut berada di atas konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang sebesar 0,53% secara bulanan.
Inflasi pada bulanan Ramadan tahun ini tak bisa dibilang rendah seperti yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Sebagai informasi, periode puasa pada tahun ini dimulai pada awal Mei, tepatnya pada tanggal 5.
Pada tahun 2018, inflasi Ramadan secara bulanan adalah sebesar 0,21% (Mei) dan 0,59% (Juni). Kemudian pada tahun 2017, inflasi Ramadan secara bulanan yang sebagian besar jatuh di bulan Juni adalah 0,69%.
Sebenarnya, tingginya inflasi bisa menjadi pertanda kuatnya konsumsi masyarakat. Namun, inflasi pada bulan lalu dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan. Sepanjang bulan lalu, harga bahan makanan melesat 2,02% secara bulanan dan menyumbang sebesar 63% dari inflasi bulanan periode Mei yang sebesar 0,68%.
Sementara itu, komponen lain yang lebih menunjukkan kuat-lemahnya konsumsi masyarakat justru hanya mencatatkan kenaikan harga yang tipis saja.
Bisa jadi, laju perekonomian kuartal-II 2019 tak akan memenuhi ekspektasi lantaran kenaikan harga bahan makanan yang begitu tinggi membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang lainnya.
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga memang memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Indonesia adalah sebesar 55,7%, menjadikannya pos dengan kontribusi terbesar.
Di posisi 2, ada investasi yang berkontribusi sebesar 32,3% dan di posisi 3 ada ekspor (barang dan jasa) yang berkontribusi sebesar 21%. Kala konsumsi masyarakat tertekan, tentu laju perekonomian ekonomi juga akan berada di level yang relatif rendah.
Akibatnya, saham-saham yang masuk ke dalam sektor barang konsumsi dilego investor, mendorong indeks sektoralnya jatuh sebesar 0,43%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Inflasi pada bulanan Ramadan tahun ini tak bisa dibilang rendah seperti yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Sebagai informasi, periode puasa pada tahun ini dimulai pada awal Mei, tepatnya pada tanggal 5.
Pada tahun 2018, inflasi Ramadan secara bulanan adalah sebesar 0,21% (Mei) dan 0,59% (Juni). Kemudian pada tahun 2017, inflasi Ramadan secara bulanan yang sebagian besar jatuh di bulan Juni adalah 0,69%.
Sementara itu, komponen lain yang lebih menunjukkan kuat-lemahnya konsumsi masyarakat justru hanya mencatatkan kenaikan harga yang tipis saja.
Bisa jadi, laju perekonomian kuartal-II 2019 tak akan memenuhi ekspektasi lantaran kenaikan harga bahan makanan yang begitu tinggi membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang lainnya.
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga memang memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Indonesia adalah sebesar 55,7%, menjadikannya pos dengan kontribusi terbesar.
Di posisi 2, ada investasi yang berkontribusi sebesar 32,3% dan di posisi 3 ada ekspor (barang dan jasa) yang berkontribusi sebesar 21%. Kala konsumsi masyarakat tertekan, tentu laju perekonomian ekonomi juga akan berada di level yang relatif rendah.
Akibatnya, saham-saham yang masuk ke dalam sektor barang konsumsi dilego investor, mendorong indeks sektoralnya jatuh sebesar 0,43%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular