
Perang Dagang & Inflasi Bikin IHSG Kehabisan Tenaga
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 June 2019 09:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah tipis 0,04% pada perdagangan hari ini ke level 6.286,8. Pada pukul 09:30 WIB, pelemahan IHSG sudah bertambah dalam menjadi 0,31% ke level 6.270,34. IHSG harus merasakan pahitnya zona merah pasca kemarin (10/6/2019) melejit hingga 1,3%.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,22%, indeks Shanghai naik 0,89%, indeks Hang Seng naik 0,55%, indeks Straits Times naik 0,52%, dan indeks Kospi naik 0,18%.
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis data ekonomi yang menggembirakan. Kemarin, ekspor China periode Mei 2019 diumumkan tumbuh sebesar 1,1% secara tahunan.
Walaupun tipis saja, capaian pada periode Mei jauh lebih baik ketimbang April kala ekspor jatuh sebesar 2,7% secara tahunan, serta lebih baik dari konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 3,8%, dilansir dari Trading Economics.
Terlepas dari perang dagang yang terus memanas dengan AS, ternyata ekspor China masih bisa dipacu untuk membukukan pertumbuhan.
Sisi negatifnya, perang dagang AS-China sangat mungkin tereskalasi kedepannya. Belakangan ini, kabar yang beredar menunjukkan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini di Jepang.
Namun ternyata, pertemuan itu belum pasti. Berbicara dalam wawancara dengan CNBC International kemarin (10/6/2019), Trump tak berani mengonfirmasi pertemuannya dengan Xi. Trump hanya menyebut bahwa dirinya berpikir akan ada pertemuan dengan Xi.
"Saya pikir dia akan datang (ke KTT G-20), dan saya pikir kami dijadwalkan untuk menggelar sebuah pertemuan," kata Trump, dilansir dari CNBC International.
Lebih lanjut, Trump juga mengancam bahwa dirinya akan akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Sementara itu, pihak China juga tak bisa mengonfirmasi terkait apakah Trump dan Xi akan bertemu untuk mencoba menyelesaikan perang dagang yang sudah berlarut-larut tersebut.
"Jika ada berita yang lebih konkret soal ini, maka China akan segera menerbitkan pemberitahuan," ujar Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengutip Reuters.
Beijing kemudian menegaskan bahwa China tidak ingin ada perang dagang, tetapi tidak takut untuk melakukannya kalau terpaksa. Namun, pintu dialog dengan Washington masih terbuka, sepanjang dilakukan dengan prinsip saling menghormati.
"China tidak ingin ada perang dagang, tetapi tidak takut menghadapinya. Jika AS bersedia melakukan dialog dengan prinsip kesetaraan, maka pintu kami selalu terbuka. Namun jika AS bersikukuh ingin menaikkan eskalasi friksi dagang, maka kami akan merespons dengan tegas dan melawan sampai akhir," tegas Geng. Dari dalam negeri, rilis angka inflasi periode Mei 2019 terlihat mulai membebani langkah IHSG. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa terjadi inflasi sebesar 0,68% secara bulanan pada bulan Mei, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,32%. Capaian tersebut berada di atas konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang sebesar 0,53% secara bulanan.
Inflasi pada bulanan Ramadan tahun ini tak bisa dibilang rendah seperti yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Sebagai informasi, periode puasa pada tahun ini dimulai pada awal Mei, tepatnya pada tanggal 5.
Pada tahun 2018, inflasi Ramadan secara bulanan adalah sebesar 0,21% (Mei) dan 0,59% (Juni). Kemudian pada tahun 2017, inflasi Ramadan secara bulanan yang sebagian besar jatuh di bulan Juni adalah 0,69%.
Sebenarnya, tingginya inflasi bisa menjadi pertanda kuatnya konsumsi masyarakat. Namun, inflasi pada bulan lalu dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan. Sepanjang bulan lalu, harga bahan makanan melesat 2,02% secara bulanan dan menyumbang sebesar 63% dari inflasi bulanan periode Mei yang sebesar 0,68%.
Sementara itu, komponen lain yang lebih menunjukkan kuat-lemahnya konsumsi masyarakat justru hanya mencatatkan kenaikan harga yang tipis saja.
Bisa jadi, laju perekonomian kuartal-II 2019 tak akan memenuhi ekspektasi lantaran kenaikan harga bahan makanan yang begitu tinggi membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang lainnya.
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga memang memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Indonesia adalah sebesar 55,7%, menjadikannya pos dengan kontribusi terbesar.
Di posisi 2, ada investasi yang berkontribusi sebesar 32,3% dan di posisi 3 ada ekspor (barang dan jasa) yang berkontribusi sebesar 21%. Kala konsumsi masyarakat tertekan, tentu laju perekonomian ekonomi juga akan berada di level yang relatif rendah.
Akibatnya, saham-saham yang masuk ke dalam sektor barang konsumsi dilego investor, mendorong indeks sektoralnya jatuh sebesar 0,43%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,22%, indeks Shanghai naik 0,89%, indeks Hang Seng naik 0,55%, indeks Straits Times naik 0,52%, dan indeks Kospi naik 0,18%.
Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis data ekonomi yang menggembirakan. Kemarin, ekspor China periode Mei 2019 diumumkan tumbuh sebesar 1,1% secara tahunan.
Terlepas dari perang dagang yang terus memanas dengan AS, ternyata ekspor China masih bisa dipacu untuk membukukan pertumbuhan.
Sisi negatifnya, perang dagang AS-China sangat mungkin tereskalasi kedepannya. Belakangan ini, kabar yang beredar menunjukkan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini di Jepang.
Namun ternyata, pertemuan itu belum pasti. Berbicara dalam wawancara dengan CNBC International kemarin (10/6/2019), Trump tak berani mengonfirmasi pertemuannya dengan Xi. Trump hanya menyebut bahwa dirinya berpikir akan ada pertemuan dengan Xi.
"Saya pikir dia akan datang (ke KTT G-20), dan saya pikir kami dijadwalkan untuk menggelar sebuah pertemuan," kata Trump, dilansir dari CNBC International.
Lebih lanjut, Trump juga mengancam bahwa dirinya akan akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Sementara itu, pihak China juga tak bisa mengonfirmasi terkait apakah Trump dan Xi akan bertemu untuk mencoba menyelesaikan perang dagang yang sudah berlarut-larut tersebut.
"Jika ada berita yang lebih konkret soal ini, maka China akan segera menerbitkan pemberitahuan," ujar Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengutip Reuters.
Beijing kemudian menegaskan bahwa China tidak ingin ada perang dagang, tetapi tidak takut untuk melakukannya kalau terpaksa. Namun, pintu dialog dengan Washington masih terbuka, sepanjang dilakukan dengan prinsip saling menghormati.
"China tidak ingin ada perang dagang, tetapi tidak takut menghadapinya. Jika AS bersedia melakukan dialog dengan prinsip kesetaraan, maka pintu kami selalu terbuka. Namun jika AS bersikukuh ingin menaikkan eskalasi friksi dagang, maka kami akan merespons dengan tegas dan melawan sampai akhir," tegas Geng. Dari dalam negeri, rilis angka inflasi periode Mei 2019 terlihat mulai membebani langkah IHSG. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa terjadi inflasi sebesar 0,68% secara bulanan pada bulan Mei, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,32%. Capaian tersebut berada di atas konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang sebesar 0,53% secara bulanan.
Inflasi pada bulanan Ramadan tahun ini tak bisa dibilang rendah seperti yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Sebagai informasi, periode puasa pada tahun ini dimulai pada awal Mei, tepatnya pada tanggal 5.
Pada tahun 2018, inflasi Ramadan secara bulanan adalah sebesar 0,21% (Mei) dan 0,59% (Juni). Kemudian pada tahun 2017, inflasi Ramadan secara bulanan yang sebagian besar jatuh di bulan Juni adalah 0,69%.
Sebenarnya, tingginya inflasi bisa menjadi pertanda kuatnya konsumsi masyarakat. Namun, inflasi pada bulan lalu dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan. Sepanjang bulan lalu, harga bahan makanan melesat 2,02% secara bulanan dan menyumbang sebesar 63% dari inflasi bulanan periode Mei yang sebesar 0,68%.
Sementara itu, komponen lain yang lebih menunjukkan kuat-lemahnya konsumsi masyarakat justru hanya mencatatkan kenaikan harga yang tipis saja.
Bisa jadi, laju perekonomian kuartal-II 2019 tak akan memenuhi ekspektasi lantaran kenaikan harga bahan makanan yang begitu tinggi membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang lainnya.
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga memang memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Indonesia adalah sebesar 55,7%, menjadikannya pos dengan kontribusi terbesar.
Di posisi 2, ada investasi yang berkontribusi sebesar 32,3% dan di posisi 3 ada ekspor (barang dan jasa) yang berkontribusi sebesar 21%. Kala konsumsi masyarakat tertekan, tentu laju perekonomian ekonomi juga akan berada di level yang relatif rendah.
Akibatnya, saham-saham yang masuk ke dalam sektor barang konsumsi dilego investor, mendorong indeks sektoralnya jatuh sebesar 0,43%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular