
Tak Ada Pesaing, Rupiah Menguat Sendirian di Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 June 2019 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di perdagangan pasar spot sampai tengah hari ini. Namun rilis data inflasi membuat rupiah agak limbung.
Pada Senin (10/6/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.240. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur panjang Idul Fitri.
Kala pembukaan pasar, penguatan rupiah masih 0,49%. Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah terus berkurang meski tidak sampai jatuh ke zona merah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini:
Gerak rupiah terhambat karena rilis data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Mei sebesar 0,68% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) ada di 3,32% dan inflasi inti YoY adalah 3,12%.
Data ini di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan berada di 0,53%. Sementara inflasi YoY diramal 3,165% dan inflasi inti YoY sebesar 3,08%.
Sedangkan konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,54%. Kemudian inflasi tahunan ada di 3,17% dan inflasi inti YoY adalah 3,07%.
Dengan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan artinya nilai tukar mata uang berpotensi tergerus inflasi. Berinvestasi di rupiah menjadi kurang menarik sehingga ada terjadi sedikit tekanan jual.
Akan tetapi, rupiah masih sangat beruntung karena mata uang Asia lainnya melemah di hadapan dolar AS. Ya, rupiah menjadi satu-satunya mata uang yang menguat sehingga otomatis menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:09 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya sentimen domestik mendominasi keperkasaan rupiah hari ini. Sebelum libur Idul Fitri, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Ini menjadi kali pertama S&P memberi rating BBB kepada Indonesia sejak 1995.
Kenaikan rating semakin mempertebal kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia, khususnya obligasi pemerintah. Arus modal begitu deras masuk ke pasar surat utang pemerintah, sehingga imbal hasil (yield) menurun drastis.
Pada pukul 12:10 WIB, yield obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 23,1 basis poin (bps) ke 7,792%, terendah sejak 30 April. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Tidak cuma di pasar obligasi, kenaikan rating juga berimbas positif kepada pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Sesi I dengan penguatan mencapai melesat 1,36%. Investor asing membukukan beli bersih Rp 551,31 miliar.
Arus modal di pasar obligasi dan saham berhasil menjadi modal bagi rupiah untuk menguat. Tidak sekadar menguat, tetapi juga menjadi yang terkuat di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Senin (10/6/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.240. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur panjang Idul Fitri.
Kala pembukaan pasar, penguatan rupiah masih 0,49%. Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah terus berkurang meski tidak sampai jatuh ke zona merah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini:
Gerak rupiah terhambat karena rilis data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Mei sebesar 0,68% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) ada di 3,32% dan inflasi inti YoY adalah 3,12%.
Data ini di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan berada di 0,53%. Sementara inflasi YoY diramal 3,165% dan inflasi inti YoY sebesar 3,08%.
Sedangkan konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,54%. Kemudian inflasi tahunan ada di 3,17% dan inflasi inti YoY adalah 3,07%.
Dengan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan artinya nilai tukar mata uang berpotensi tergerus inflasi. Berinvestasi di rupiah menjadi kurang menarik sehingga ada terjadi sedikit tekanan jual.
Akan tetapi, rupiah masih sangat beruntung karena mata uang Asia lainnya melemah di hadapan dolar AS. Ya, rupiah menjadi satu-satunya mata uang yang menguat sehingga otomatis menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:09 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya sentimen domestik mendominasi keperkasaan rupiah hari ini. Sebelum libur Idul Fitri, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Ini menjadi kali pertama S&P memberi rating BBB kepada Indonesia sejak 1995.
Kenaikan rating semakin mempertebal kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia, khususnya obligasi pemerintah. Arus modal begitu deras masuk ke pasar surat utang pemerintah, sehingga imbal hasil (yield) menurun drastis.
Pada pukul 12:10 WIB, yield obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 23,1 basis poin (bps) ke 7,792%, terendah sejak 30 April. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Tidak cuma di pasar obligasi, kenaikan rating juga berimbas positif kepada pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Sesi I dengan penguatan mencapai melesat 1,36%. Investor asing membukukan beli bersih Rp 551,31 miliar.
Arus modal di pasar obligasi dan saham berhasil menjadi modal bagi rupiah untuk menguat. Tidak sekadar menguat, tetapi juga menjadi yang terkuat di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular