Pelemahan Harga Kedelai Ikut Tekan Harga CPO Hari Ini

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 June 2019 11:08
Pada perdagangan hari Senin (10/6/2019) pukul 10:00 WIB, harga CPO acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) melemah 0,69% ke posisi MYR 2.014/ton.
Foto: Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali terkoreksi akibat pelemahan harga rivalnya, minyak kedelai. Selain itu nilai tukar ringgit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat membuat investor agak menahan pembelian kontrak CPO.

Pada perdagangan hari Senin (10/6/2019) pukul 10:00 WIB, harga CPO acuan kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) melemah 0,69% ke posisi MYR 2.014/ton.

Sepekan kemarin, harga CPO juga tercatat melemah 1,98%. Adapun sejak awal tahun koreksi harganya telah mencapai 5,04%.



Hari ini, harga CPO kembali terseret minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) yang anjlok hingga 1,37% pada akhir pekan lalu.

Salah satu penyebabnya adalah pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank/WB).

Pekan lalu, WB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 menjadi tinggal 2,6%. Padahal pada bulan Januari 2019 silam, WB masih optimis pertumbuhan ekonomi global bisa mencapai 2,9% tahun ini. Kala pertumbuhan ekonomi global semakin melambat, maka permintaan komoditas juga terancam.

Senada, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2019 menjadi 6,2% dari yang semula 6,3% pada hari Rabu (5/6/2019).

Apalagi saat ini Amerika Serikat (AS) masih terlibat perang dagang dengan China yang membuat hubungan perdagangan keduanya terhambat. Mengutip Reuters, Menteri Keuangan AS mengatakan bahwa pihaknya akan sangat senang untuk memberikan bea impor baru terhadap produk China apabila pertemuan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping tidak berlangsung lancar.

Sebagai informasi, AS dikabarkan tengah mengkaji dampak dari implementasi tarif 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya bukan merupakan objek perang dagang.

Alhasil persediaan kedelai di AS diramal akan makin menumpuk tahun ini, mengingat China merupakan konsumen utamanya.

Pun pada hari ini, harga kedelai CBOT masih terus terkoreksi 0,22% dan menyeret harga CPO ke bawah.

Sebagai informasi, pergerakan harga CPO dan harga minyak kedelai seringkali searah karena keduanya merupakan produk substitusi yang saling bersaing di pasar minyak nabati global.

Sementara itu, nilai tukar ringgit yang sudah menguat hingga 0,76% pada pekan lalu masih menjadi pemberat pada pergerakan harg CPO.

Karena ditransaksikan dalam ringgit, harga kontrak CPO akan menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain saat ringgit menguat.

Itulah yang membuat pelaku pasar agak menahan keputusan pembelian kontrak. Ada pula godan untuk mengambil keuntungan dari selisih kurs dengan melakukan aksi jual.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Top Banget! Harga CPO Melesat Dekati Rp 1,04 juta/ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular