
Hikmah Tiket Pesawat Mahal: Konsumsi Bisa Naik, Kok Bisa?
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
05 June 2019 15:25

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2019 akan terjaga di level 5,2%. Salah satu faktornya adalah konsumsi rumah tangga yang masih kuat selama Lebaran.
Ia menjelaskan selama Lebaran ini banyak masyarakat yang memilih mudik lewat jalur darat dan tidak terjadi kemacetan sehingga masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk melakukan konsumsi dan bersilaturahmi.
"Saya pikir sesudah hari ini mereka sudah punya banyak waktu untuk ketemu dengan teman, handai taulan, dan keluarga. Mereka pasti akan mencari berbagai aktivitas dan acara yang bisa menyebabkan dampak denyut ekonomi diharapkan mulai terjadi sampai seminggu ke depan," ujar Sri Mulyani dalam acara Open House, di Jakarta, Rabu (5/6/2019).
"Kita tentu berharap ini tidak hanya terjadi di Jawa karena memang banyak yang melakukan perjalanan mudik di Jawa tapi saya juga melihat bahwa spillover sudah sampai ke daerah lain. Jadi, dampaknya positif ke semua pelosok Indonesia," tambahnya.
Data Kementerian Perhubungan menunjukkan dari 36 bandara yang dipantau dari H-7 hingga H-2 Lebaran 2019 terjadi penurunan jumlah penerbangan 30,08% dibanding jumlah penerbangan tahun sebelumnya.
Penurunan serupa juga terjadi pada jumlah penumpang. Di tahun 2018, jumlah penumpang terangkut pada H-7 sampai H-2 Lebaran sebanyak 1.732.023. Di tahun ini, jumlah penumpang terangkut sebanyak 1.200.180 atau turun 30,71%.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada Selasa mengatakan anjloknya jumlah penumpang pesawat karena harga tiket yang mahal sebagai bentuk keseimbangan permintaan dan penawaran yang baru.
Sementara itu, Sri Mulyani mengungkapkan harapannya agar suasana Lebaran 2019 akan menimbulkan momentum kepercayaan (confidence) dan pertumbuhan ekonomi seperti kuartal I-2019 di mana konsumsi mencapai di atas 5%.
"Kita berharap ini akan tetap bertahan karena kemarin harga-harga stabil," jelas Sri Mulyani.
Namun, ia juga menyoroti dari sisi korporasi yang mendapat tekanan yang cukup banyak dari luar negeri walaupun reputasi Indonesia meningkat sebagaimana ditunjukkan dari kenaikan rating utang luar negeri ke BBB oleh lembaga pemeringkat S&P, kenaikan indeks persaingan, dan peringkat EODB yang membaik.
"Tapi kita berkompetisi dengan suasana ketidakpastian global bukan dengan negara lain. Ini menimbulkan suasana holding back (menahan diri) dari investor," ungkap Sri Mulyani.
(roy/prm) Next Article Dibayangi Sentimen Likuiditas, Saham Perbankan Ditinggal
Ia menjelaskan selama Lebaran ini banyak masyarakat yang memilih mudik lewat jalur darat dan tidak terjadi kemacetan sehingga masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk melakukan konsumsi dan bersilaturahmi.
"Saya pikir sesudah hari ini mereka sudah punya banyak waktu untuk ketemu dengan teman, handai taulan, dan keluarga. Mereka pasti akan mencari berbagai aktivitas dan acara yang bisa menyebabkan dampak denyut ekonomi diharapkan mulai terjadi sampai seminggu ke depan," ujar Sri Mulyani dalam acara Open House, di Jakarta, Rabu (5/6/2019).
Data Kementerian Perhubungan menunjukkan dari 36 bandara yang dipantau dari H-7 hingga H-2 Lebaran 2019 terjadi penurunan jumlah penerbangan 30,08% dibanding jumlah penerbangan tahun sebelumnya.
Penurunan serupa juga terjadi pada jumlah penumpang. Di tahun 2018, jumlah penumpang terangkut pada H-7 sampai H-2 Lebaran sebanyak 1.732.023. Di tahun ini, jumlah penumpang terangkut sebanyak 1.200.180 atau turun 30,71%.
![]() |
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada Selasa mengatakan anjloknya jumlah penumpang pesawat karena harga tiket yang mahal sebagai bentuk keseimbangan permintaan dan penawaran yang baru.
Sementara itu, Sri Mulyani mengungkapkan harapannya agar suasana Lebaran 2019 akan menimbulkan momentum kepercayaan (confidence) dan pertumbuhan ekonomi seperti kuartal I-2019 di mana konsumsi mencapai di atas 5%.
"Kita berharap ini akan tetap bertahan karena kemarin harga-harga stabil," jelas Sri Mulyani.
Namun, ia juga menyoroti dari sisi korporasi yang mendapat tekanan yang cukup banyak dari luar negeri walaupun reputasi Indonesia meningkat sebagaimana ditunjukkan dari kenaikan rating utang luar negeri ke BBB oleh lembaga pemeringkat S&P, kenaikan indeks persaingan, dan peringkat EODB yang membaik.
"Tapi kita berkompetisi dengan suasana ketidakpastian global bukan dengan negara lain. Ini menimbulkan suasana holding back (menahan diri) dari investor," ungkap Sri Mulyani.
(roy/prm) Next Article Dibayangi Sentimen Likuiditas, Saham Perbankan Ditinggal
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular