Dugaan Monopoli Raksasa Teknologi Guncang Wall Street

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
04 June 2019 06:56
Saham induk Google, Alphabet, Amazon, Facebook, dan Apple menjadi pemberat bursa saham di sesi perdagangan tersebut.
Foto: Wall Street/Brendan McDermid | Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham teknologi di Wall Street berguguran, Senin (3/6/2019), di tengah kabar bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana menyasar beberapa perusahaan besar di industri teknologi dengan penyelidikan antimonopoli dan kegiatan bisnis.

Saham induk Google, Alphabet, Amazon, Facebook, dan Apple menjadi pemberat bursa saham di sesi perdagangan tersebut.

Nasdaq Composite yang sarat saham-saham perusahaan teknologi anjlok 1,61%, S&P 500 terkoreksi 0,28%, sementara Dow Jones Industrial Average masih mampu naik tipis 0,02% di akhir perdagangan.

Saham Alphabet rontok 6,1% setelah beredar laporan bahwa Departemen Kehakiman AS tengah bersiap meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap Google, dilansir dari CNBC International.


Saham Facebook juga terjun bebas 7,5% setelah The Wall Street Journal melaporkan bahwa Komisi Perdagangan Federal (FTC) akan dapat memeriksa praktik bisnis Facebook dan bagaimana perusahaan memengaruhi persaingan digital.

Saham Amazon jatuh 4,6% setelah The Washington Post melaporkan bahwa perusahaan tengah diselidiki oleh FTC. Apple juga terperosok 1% setelah Reuters mengabarkan bahwa Departemen Kehakiman menerima yurisdiksi untuk melakukan investigasi terhadap praktik bisnis perusahaan.

Selain itu, perang dagang antara AS dan China juga masih menjadi sentimen negatif bagi pasar.

Dugaan Monopoli Raksasa Teknologi Guncang Wall StreetFoto: Bursa New York (AP Photo/Richard Drew))

Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen mengatakan pada Minggu kemarin bahwa Washington tidak dapat menggunakan tekanan untuk memaksa tercapainya kesepakatan dagang dengan Beijing. Ia juga menolak mengatakan apakah pemimpin kedua negara akan bertemu di pertemuan G20 di Jepang akhir bulan ini.

Ia juga mengatakan pihak AS-lah yang mundur dari perjanjian dan selalu menginginkan yang lebih banyak ketika China sudah memberikan apa yang mereka minta.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular