
Dibantu Minyak Kedelai, Harga CPO Balik Menguat
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
31 May 2019 10:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah terkoreksi 1% pada perdagangan kemarin (30/5/2019), harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali menguat akibat diangkat oleh harga minyak kedelai.
Pada perdagangan hari Jumat (31/5/2019) pukul 10:00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange menguat 0,19% ke level MYR 2.088/ton.
Meski demikian, sejak awal tahuh 2019, harga CPO masih tercatat lebih rendah 1,56%.
Pada penutupan perdagangan Kamis (30/5/2019), harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade menguat 0,18%. Itu juga merupakan penguatan harga minyak kedelai hari keempat secara berturut-turut.
Pergerakan harga minyak kedelai memang biasanya akan beriringan dengan minyak sawit. Pasalnya, kedua produk tersebut merupakan substitusi yang saling bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Sementara itu, pelaku pasar juga masih optimis inventori minyak sawit bisa berkurang di bulan Mei.
Pasalnya berdasarkan pantauan tiga surveyor kargo (Intertek Testing Services, Societe Generale de Surveillance, dan Amspec Agri Malaysia), ekspor minyak sawit Negeri Jiran periode 1-25 Mei 2019 naik pada kisaran 8,3%-15,6% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Sementara di Indonesia, pemerintah menetapkan pajak ekspor produk sawit sebesar 0% alias gratis. Dengan begitu harapannya permintaan global bisa meningkat akibat harga yang kompetitif.
Bila ekspor bisa meningkat, maka inventori yang sudah menumpuk sejak tahun lalu bisa sedikit dikuras dan membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) lebih baik.
Inventori memang sudah lama menjadi musuh harga minyak sawit. Pada akhir tahun 2018, inventori minyak sawit di Malaysia melonjak hingga 3,21 juta ton atau merupakan yang tertinggi dalam 19 tahun terakhir.
Di bulan April 2019, inventori memang sudah berkurang menjadi 2,7 juta ton, namun masih tetap lebih tinggi 28% dibanding posisi bulan yang sama tahun sebelumnya.
Moment of truth-nya akan terjadi bulan depan, saat Malaysia Palm Oil Board (MPOB) mengumumkan data resmi ekspor, produksi, dan inventori akhir bulan Mei. Bila inventori benar bisa turun, maka harga CPO memiliki peluang untuk terus menanjak. Tapi apabila sebaliknya, siap-siap harga kembali mengarah ke bawah.
Namun pelaku pasar masih harus waspada karena hari pada posisi sekarang ini harga CPO tercatat menguat 3,73% dalam sepekan secara point-to-point.
Artinya investor memiliki ruang yang cukup untuk mengamankan keuntungan, mengingat faktor fundamental sebenarnya belum kuat-kuat amat. Hari ini juga merupakan perdagangan akhir pekan, godaan aksi ambil untung semakin membuncah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Top Banget! Harga CPO Melesat Dekati Rp 1,04 juta/ton
Pada perdagangan hari Jumat (31/5/2019) pukul 10:00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange menguat 0,19% ke level MYR 2.088/ton.
Meski demikian, sejak awal tahuh 2019, harga CPO masih tercatat lebih rendah 1,56%.
Pada penutupan perdagangan Kamis (30/5/2019), harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade menguat 0,18%. Itu juga merupakan penguatan harga minyak kedelai hari keempat secara berturut-turut.
Pergerakan harga minyak kedelai memang biasanya akan beriringan dengan minyak sawit. Pasalnya, kedua produk tersebut merupakan substitusi yang saling bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Sementara itu, pelaku pasar juga masih optimis inventori minyak sawit bisa berkurang di bulan Mei.
Pasalnya berdasarkan pantauan tiga surveyor kargo (Intertek Testing Services, Societe Generale de Surveillance, dan Amspec Agri Malaysia), ekspor minyak sawit Negeri Jiran periode 1-25 Mei 2019 naik pada kisaran 8,3%-15,6% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Sementara di Indonesia, pemerintah menetapkan pajak ekspor produk sawit sebesar 0% alias gratis. Dengan begitu harapannya permintaan global bisa meningkat akibat harga yang kompetitif.
Bila ekspor bisa meningkat, maka inventori yang sudah menumpuk sejak tahun lalu bisa sedikit dikuras dan membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) lebih baik.
Inventori memang sudah lama menjadi musuh harga minyak sawit. Pada akhir tahun 2018, inventori minyak sawit di Malaysia melonjak hingga 3,21 juta ton atau merupakan yang tertinggi dalam 19 tahun terakhir.
Di bulan April 2019, inventori memang sudah berkurang menjadi 2,7 juta ton, namun masih tetap lebih tinggi 28% dibanding posisi bulan yang sama tahun sebelumnya.
Moment of truth-nya akan terjadi bulan depan, saat Malaysia Palm Oil Board (MPOB) mengumumkan data resmi ekspor, produksi, dan inventori akhir bulan Mei. Bila inventori benar bisa turun, maka harga CPO memiliki peluang untuk terus menanjak. Tapi apabila sebaliknya, siap-siap harga kembali mengarah ke bawah.
Namun pelaku pasar masih harus waspada karena hari pada posisi sekarang ini harga CPO tercatat menguat 3,73% dalam sepekan secara point-to-point.
Artinya investor memiliki ruang yang cukup untuk mengamankan keuntungan, mengingat faktor fundamental sebenarnya belum kuat-kuat amat. Hari ini juga merupakan perdagangan akhir pekan, godaan aksi ambil untung semakin membuncah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Top Banget! Harga CPO Melesat Dekati Rp 1,04 juta/ton
Most Popular