
AS-China Makin Panas, Bursa Asia Kian Terjebak di Zona Merah
Dwi Ayuningtyas & tahir saleh, CNBC Indonesia
30 May 2019 10:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka variatif pada perdagangan Kamis ini (30/5/2019) di tengah tensi perang dagang AS-China yang masih tinggi.
Namun hingga perdagangan pukul 10.20 WIB, mayoritas bursa saham acuan Benua Kuning ini masuk di zona merah. Indeks Nikkei 225 di Jepang anjlok 0,85%, indeks Straits Times di Singapura turun 0,75%, indeks Shanghai di China turun 0,96%, indeks Hang Seng di Hong Kong terkoreksi 0,66%.
Adapun indeks Kospi di Korea Selatan menguat sendirian sebesar 0,21%. Penguatan terbatas Kospi ini karena rilis indeks kepercayaan bisnis Korea Selatan bulan Mei sedikit lebih tinggi ke level 76 poin dari bulan April yang sebesar 75 poin, dilansir Trading Economics.
Ketegangan perang dagang AS dan China yang terus meninggi masih memantik aksi jual di beberapa bursa saham acuan di Benua Kuning ini. Beijing tampaknya sudah menemukan strategi baru guna melawan Washington.
Seorang pejabat pemerintahan China memberikan pernyataan yang mengindikasikan bahwa China dapat menggunakan dominasinya atas kepemilikan logam tanah jarang (rare earth) sebagai senjata dalam melawan AS, dilansir CNBC International.
Sebagai informasi, tanah jarang merupakan komponen yang sangat penting dalam membuat berbagai macam produk, seperti baterai. Tanah jarang merupakan salah satu produk mineral impor China yang mendapat pengecualian bea masuk oleh AS, dimana pada tahun 2014-2017, Negeri Panda menyumbang 80% dari impor tanah jarang oleh AS, dilansir Reuters.
Belum lagi surat kabar terbesar Negeri Panda, People's Daily, secara terang-terangan memperingatkan Washington.
"Kami menyarankan kepada pihak AS untuk tidak meremehkan kemampuan China untuk melindungi hak pembangunan dan kepentingannya. Jangan bilang kami belum memperingatkan Anda!" tulis surat kabar People's Daily dalam sebuah opini berjudul "Amerika Serikat, jangan meremehkan kemampuan China menyerang balik" dilansir dari Reuters.
Belum lagi, Huawei juga dilaporkan telah mengambil langkah hukum dengan mengajukan "motion for summary judgement." Intinya, Huawei meminta kepada pengadilan untuk memenangkannya dalam gugatan yang sebelumnya mereka ajukan, atas dasar bahwa sengketa dengan AS menghadirkan kejanggalan terkait hukum dan tidak berlandaskan fakta, dilansir CNBC International.
Jika perang dagang justru menjadi semakin tereskalasi nantinya, tentu tekanan terhadap perekonomian kedua negara akan semakin besar. Mengingat posisi AS dan China sebagai dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tekanan terhadap perekonomian kedua negara tentu akan membawa dampak negatif bagi laju perekonomian negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa) Next Article Virus Corona Hantam Bursa China, Nyaris Turun 9%
Namun hingga perdagangan pukul 10.20 WIB, mayoritas bursa saham acuan Benua Kuning ini masuk di zona merah. Indeks Nikkei 225 di Jepang anjlok 0,85%, indeks Straits Times di Singapura turun 0,75%, indeks Shanghai di China turun 0,96%, indeks Hang Seng di Hong Kong terkoreksi 0,66%.
Adapun indeks Kospi di Korea Selatan menguat sendirian sebesar 0,21%. Penguatan terbatas Kospi ini karena rilis indeks kepercayaan bisnis Korea Selatan bulan Mei sedikit lebih tinggi ke level 76 poin dari bulan April yang sebesar 75 poin, dilansir Trading Economics.
Ketegangan perang dagang AS dan China yang terus meninggi masih memantik aksi jual di beberapa bursa saham acuan di Benua Kuning ini. Beijing tampaknya sudah menemukan strategi baru guna melawan Washington.
![]() |
Sebagai informasi, tanah jarang merupakan komponen yang sangat penting dalam membuat berbagai macam produk, seperti baterai. Tanah jarang merupakan salah satu produk mineral impor China yang mendapat pengecualian bea masuk oleh AS, dimana pada tahun 2014-2017, Negeri Panda menyumbang 80% dari impor tanah jarang oleh AS, dilansir Reuters.
Belum lagi surat kabar terbesar Negeri Panda, People's Daily, secara terang-terangan memperingatkan Washington.
"Kami menyarankan kepada pihak AS untuk tidak meremehkan kemampuan China untuk melindungi hak pembangunan dan kepentingannya. Jangan bilang kami belum memperingatkan Anda!" tulis surat kabar People's Daily dalam sebuah opini berjudul "Amerika Serikat, jangan meremehkan kemampuan China menyerang balik" dilansir dari Reuters.
Belum lagi, Huawei juga dilaporkan telah mengambil langkah hukum dengan mengajukan "motion for summary judgement." Intinya, Huawei meminta kepada pengadilan untuk memenangkannya dalam gugatan yang sebelumnya mereka ajukan, atas dasar bahwa sengketa dengan AS menghadirkan kejanggalan terkait hukum dan tidak berlandaskan fakta, dilansir CNBC International.
Jika perang dagang justru menjadi semakin tereskalasi nantinya, tentu tekanan terhadap perekonomian kedua negara akan semakin besar. Mengingat posisi AS dan China sebagai dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tekanan terhadap perekonomian kedua negara tentu akan membawa dampak negatif bagi laju perekonomian negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa) Next Article Virus Corona Hantam Bursa China, Nyaris Turun 9%
Most Popular