
Rakyat China Boikot iPhone, Pendapatan Apple Anjlok 26%
Roy Franedya, CNBC Indonesia
29 May 2019 19:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Wacana boikot iPhone di China bila direalisasikan bisa membuat kinerja keuangan Apple Inc terdampak. Maklum, China jadi pasar terbesar ketiga penjualan iPhone. Menurut penelitian Cowen, penghasilan Apple bisa anjlok 26% di tahun fiskal 2020 bila aksi boikot terjadi.
Analis Cowen Krish Sankar menulis bahwa pemblokiran iPhone mewakili skenario "ekstrem" dari bagaimana perang dagang terjadi, kasus ini bisa memukul pendapatan perusahaan tetapi masih bisa dikelola.
"iPhone, iPad, dan Mac Apple berisiko mengalami penurunan permintaan karena dampak dari pemblokiran Huawei," tulis Sankar. Persepsi Huawei "dihukum secara tidak adil" dapat menyebabkan konsumen China "timbulnya sifat patriotisme guna mendukung merek domestik dan menghukum produk dan layanan dari perusahaan AS yang tidak disukai."
Dalam risetnya, Citi mengatakan aksi boikot Apple iPhone dengan mengalihkan pilihan ke produk Huawei akan membuat pangsa pasar iPhone anjlok. Saat ini Apple menguasai 12% pasar smartphone china.
Dalam kebijakan ini pangsa pasar Apple di China, "berkurang setengahnya," tulis Analis Citi Jim Suva, Bloomberg melaporkan dan dikutip The Star Online, Rabu (29/5/2019).
Selain Citi dan Cowen, Morgan Stanley juga memprediksi hal yang sama. Dalam laporannya Morgan Stanley menyatakan pendapatan perusahaan bisa anjlok 23% bila skenario terburuk terjadi. Adapun Goldman sach memperkirakan pendapatan Apple anjlok 29% bila pelarangan terjadi.
Tahun lalu China menyumbang 20% pendapatan Apple di 2018. iPhone memberikan kontribusi 60% dari pendapatan tersebut. Wacana pemboikotan iPhone mulai digaungkan pada media sosial Weibo sebagai respons terhadap perang dagang AS-China dan dimasukkannya Huawei ke daftar hitam (blacklist) AS.
Pendiri Huawei Ren Zhengfei sudah menyatakan penolakan wacana boikot iPhone. Ia akan menentang dan memprotes langkah pemboikotan terhadap perangkat Apple iPhone sebagai pembalasan atas kebijakan China yang membatasi perusahaan berbisnis dengan perusahaan AS.
Simak video tentang Apple korban perang dagang di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article 2021, Kinerja Apple Tumbuh Double Digit
Analis Cowen Krish Sankar menulis bahwa pemblokiran iPhone mewakili skenario "ekstrem" dari bagaimana perang dagang terjadi, kasus ini bisa memukul pendapatan perusahaan tetapi masih bisa dikelola.
"iPhone, iPad, dan Mac Apple berisiko mengalami penurunan permintaan karena dampak dari pemblokiran Huawei," tulis Sankar. Persepsi Huawei "dihukum secara tidak adil" dapat menyebabkan konsumen China "timbulnya sifat patriotisme guna mendukung merek domestik dan menghukum produk dan layanan dari perusahaan AS yang tidak disukai."
![]() |
Dalam kebijakan ini pangsa pasar Apple di China, "berkurang setengahnya," tulis Analis Citi Jim Suva, Bloomberg melaporkan dan dikutip The Star Online, Rabu (29/5/2019).
Selain Citi dan Cowen, Morgan Stanley juga memprediksi hal yang sama. Dalam laporannya Morgan Stanley menyatakan pendapatan perusahaan bisa anjlok 23% bila skenario terburuk terjadi. Adapun Goldman sach memperkirakan pendapatan Apple anjlok 29% bila pelarangan terjadi.
Tahun lalu China menyumbang 20% pendapatan Apple di 2018. iPhone memberikan kontribusi 60% dari pendapatan tersebut. Wacana pemboikotan iPhone mulai digaungkan pada media sosial Weibo sebagai respons terhadap perang dagang AS-China dan dimasukkannya Huawei ke daftar hitam (blacklist) AS.
Pendiri Huawei Ren Zhengfei sudah menyatakan penolakan wacana boikot iPhone. Ia akan menentang dan memprotes langkah pemboikotan terhadap perangkat Apple iPhone sebagai pembalasan atas kebijakan China yang membatasi perusahaan berbisnis dengan perusahaan AS.
Simak video tentang Apple korban perang dagang di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article 2021, Kinerja Apple Tumbuh Double Digit
Most Popular