
Ini Dia Gambaran 'Hantu' yang Buat Jokowi Kesal Minta Ampun!
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 May 2019 16:14

Sepanjang tahun 2018, Indonesia berhasil mencatat CAD sebesar US$ 31 miliar atau 2,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Itu juga merupakan yang paling dalam sejak tahun 2014.
Terbaru, pada kuartal I-2019 CAD tercatat sebesar US$ 6,9 miliar atau 2,6% PDB. Angka CAD tersebut lebih dalam ketimbang kuartal I-2018 yang sebesar US$ 5,1 miliar atau 2,01% PDB.
Bayangkan saja dompet kalau uangnya diambil terus. Lama-lama akan semakin tipis. Saat pasokan devisa di dalam negeri semakin tipis, maka stabilitas keuangan dalam negeri juga semakin rentan terhadap faktor-faktor eksternal.
Terbukti sejak saat itu pula (akhir 2018) mata uang kebanggaan Indonesia, rupiah cenderung melemah. Hingga saat ini.
Per 1 Desember 2011, kurs rupiah terhadap dolar masih sebesar Rp 8.990/USS. Sedangkan hari ini sudah berubah menjadi Rp 14.415/US$. Rupiah sudah melemah hingga 60% sepanjang periode tersebut.
Bahkan, Bank Indonesia (BI) yang sejatinya ada untuk mengatur kebijakan moneter, sampai harus turun tangan demi menjinakkan CAD. Padahal ya, CAD pada hakikatnya adalah fenomena sektor riil.
Cukup sering kalimat 'mengendalikan defisit transaksi berjalan' selalu terucap pasca BI melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menetapkan suku bunga acuan.
Pasalnya BI memiliki instrumen yang dapat menjadi senjata untuk memerangi CAD, yaitu suku bunga acuan. Dengan meningkatkan suku bunga acuan, fasilitas kredit akan semakin sulit. Harapannya, badan usaha akan menekan kegiatan impor yang bisa meredam CAD.
Tapi bukan tanpa efek samping. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang menjadi korbannya. Sebab, kala fasilitas kredit lebih sulit, kegiatan usaha juga lesu.
Sebenarnya ada obat lain untuk bisa meningkatkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
BERLANJUT KE HALAMAN 3 >>
(taa/dru)
Terbaru, pada kuartal I-2019 CAD tercatat sebesar US$ 6,9 miliar atau 2,6% PDB. Angka CAD tersebut lebih dalam ketimbang kuartal I-2018 yang sebesar US$ 5,1 miliar atau 2,01% PDB.
Bayangkan saja dompet kalau uangnya diambil terus. Lama-lama akan semakin tipis. Saat pasokan devisa di dalam negeri semakin tipis, maka stabilitas keuangan dalam negeri juga semakin rentan terhadap faktor-faktor eksternal.
Per 1 Desember 2011, kurs rupiah terhadap dolar masih sebesar Rp 8.990/USS. Sedangkan hari ini sudah berubah menjadi Rp 14.415/US$. Rupiah sudah melemah hingga 60% sepanjang periode tersebut.
Bahkan, Bank Indonesia (BI) yang sejatinya ada untuk mengatur kebijakan moneter, sampai harus turun tangan demi menjinakkan CAD. Padahal ya, CAD pada hakikatnya adalah fenomena sektor riil.
Cukup sering kalimat 'mengendalikan defisit transaksi berjalan' selalu terucap pasca BI melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menetapkan suku bunga acuan.
Pasalnya BI memiliki instrumen yang dapat menjadi senjata untuk memerangi CAD, yaitu suku bunga acuan. Dengan meningkatkan suku bunga acuan, fasilitas kredit akan semakin sulit. Harapannya, badan usaha akan menekan kegiatan impor yang bisa meredam CAD.
Tapi bukan tanpa efek samping. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang menjadi korbannya. Sebab, kala fasilitas kredit lebih sulit, kegiatan usaha juga lesu.
Sebenarnya ada obat lain untuk bisa meningkatkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
BERLANJUT KE HALAMAN 3 >>
(taa/dru)
Next Page
Industri Adalah Kunci
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular