Ini Dia Gambaran 'Hantu' yang Buat Jokowi Kesal Minta Ampun!

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 May 2019 16:14
Ini Dia Gambaran 'Hantu' yang Buat Jokowi Kesal Minta Ampun!
Foto: Presiden Joko Widodo Tinjau Pasar Badung, Bali (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat sering mengungkapkan kekesalannya terhadap permasalahan penting Indonesia yang masih belum bisa diselesaikan, yaitu defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, dalam kurun waktu satu bulan terakhir, sudah tiga kali Jokowi menyoroti masalah CAD yang membuat ekonomi Indonesia cukup rentan.

Baca: Hattrick Kejengkelan Jokowi, Ada Apa Memang?

Tapi apa sih itu CAD? Kenapa 'makhluk' tersebut mampu membuat kepala negara sampai begitu kesal?

Perlu dipahami bahwa transaksi berjalan merupakan salah satu bagian dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

NPI sendiri merupakan catatan aliran devisa yang keluar masuk Indonesia dalam periode tertentu. Bank Indonesia (BI) selaku pemangku kebijakan moneter secara berkala melaporkan perkembangan NPI setiap 3 bulan sekali.

Bila NPI mengalami surplus, maka mencerminkan lebih banyak uang yang masuk ke dalam negeri ketimbang yang keluar. Ibarat dompet,, saat banyak yang masuk akan menjadi tebal. Namun berlaku juga sebaliknya.

Komponen pembentuk NPI secara umum terbagi menjadi dua, yaitu transaksi finansial dan transaksi berjalan. Inti dari keduanya sebenarnya sama, yaitu aliran devisa.

Transaksi finansial mencatat aliran devisa yang keluar/masuk melalui sektor keuangan dan investasi langsung. Namun sebagian besar transaksi di sini berasal dari portofolio (contoh: saham dan obligasi) alias hot money. Disebut hot money karena investor dapat dengan cepat menarik dana investasinya. Secepat itu pula uang bisa berhamburan ke luar negeri.

Nah, maka dari itu dalam NPI, transaksi berjalan boleh dibilang lebih penting dan lebih diperhatikan. Sebab transaksi berjalan menggambarkan aliran devisa dari sektor riil.

Kalau di sektor riil, devisa yang sudah masuk tidak bisa sekonyong-konyong keluar lagi. Seperti belanja di supermarket, barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.



Alhasil devisa yang sudah masuk dari transaksi berjalan akan cenderung bertahan lama. Dia akan mengendap, berputar, dan membuat aktivitas ekonomi di dalam negeri berkembang.

Maka dari itu, transaksi berjalan akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan di Indonesia.

Sayangnya, sudah sejak akhir tahun 2011 Indonesia selalu menikmati yang namanya defisit transaksi berjalan CAD. Artinya sudah tujuh tahun devisa Indonesia lebih banyak yang tersedot ke luar ketimbang yang masuk.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 >>

Sepanjang tahun 2018, Indonesia berhasil mencatat CAD sebesar US$ 31 miliar atau 2,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Itu juga merupakan yang paling dalam sejak tahun 2014.

Terbaru, pada kuartal I-2019 CAD tercatat sebesar US$ 6,9 miliar atau 2,6% PDB. Angka CAD tersebut lebih dalam ketimbang kuartal I-2018 yang sebesar US$ 5,1 miliar atau 2,01% PDB.

Bayangkan saja dompet kalau uangnya diambil terus. Lama-lama akan semakin tipis. Saat pasokan devisa di dalam negeri semakin tipis, maka stabilitas keuangan dalam negeri juga semakin rentan terhadap faktor-faktor eksternal.

Terbukti sejak saat itu pula (akhir 2018) mata uang kebanggaan Indonesia, rupiah cenderung melemah. Hingga saat ini.

Per 1 Desember 2011, kurs rupiah terhadap dolar masih sebesar Rp 8.990/USS. Sedangkan hari ini sudah berubah menjadi Rp 14.415/US$. Rupiah sudah melemah hingga 60% sepanjang periode tersebut.



Bahkan, Bank Indonesia (BI) yang sejatinya ada untuk mengatur kebijakan moneter, sampai harus turun tangan demi menjinakkan CAD. Padahal ya, CAD pada hakikatnya adalah fenomena sektor riil.

Cukup sering kalimat 'mengendalikan defisit transaksi berjalan' selalu terucap pasca BI melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menetapkan suku bunga acuan.

Pasalnya BI memiliki instrumen yang dapat menjadi senjata untuk memerangi CAD, yaitu suku bunga acuan. Dengan meningkatkan suku bunga acuan, fasilitas kredit akan semakin sulit. Harapannya, badan usaha akan menekan kegiatan impor yang bisa meredam CAD.

Tapi bukan tanpa efek samping. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang menjadi korbannya. Sebab, kala fasilitas kredit lebih sulit, kegiatan usaha juga lesu.

Sebenarnya ada obat lain untuk bisa meningkatkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

BERLANJUT KE HALAMAN 3 >>


Dengan menggenjot kegiatan industri, apalagi yang berorientasi ekspor, maka kinerja perdagangan barang bisa mendapat nilai tambah. Selain itu harga jual barang-barang hasil olahan lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas bahan baku.

Selain itu, dengan meningkatnya kemampuan industri dalam negeri, kebutuhan impor juga berpeluang untuk dikurangi. Akan ada lebih banyak produk yang tadinya hanya bisa didapat melalui impor, jadi dengan mudah dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

Namun sayangnya, pertumbuhan sektor industri Indonesia dalam empat tahun terakhir selalu lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Itu terlihat dari porsi industri manufaktur terhadap PDB yang mengalami penurunan.



Tahun 2010, sektor manufaktur menyumbang 22,04% atas PDB. Namun pada tahun 2018, makin menipis hingga tinggal 19,86% saja.

Jangan salah, bukan berarti sektor industri tak tumbuh. Hanya saja pertumbuhannya stagnan di kisaran 4% dalam empat tahun terakhir. Sementara pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5%.

Itu merupakan salah satu indikasi bahwa masyarakat, melalui badan usaha lebih tertarik untuk mengembangkan sektor lain yang tidak terkait industri pengolahan. Alhasil masih banyak produk ekspor Indonesia adalah barang mentah.

Selain itu, tanpa adanya produk-produk industri yang memadai, Indonesia akan semakin kebanjiran produk impor dari negara lain. Bisa-bisa revolusi industri 4.0 yang digadang-gadang menjadi motor pertumbuhan ekonomi ke depan hanya akan menjadi pintu masuk dan pendorong aliran barang impor.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular