Theresa May Resign dari Posisi PM Inggris, Pound Turun Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 May 2019 20:22
Dalam konferensi pers Jumat (24/5/19) sore tadi, May mengumumkan akan meletakkan jabatannya pada 7 Juni mendatang.
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNBC Indonesia - Poundsterling akhirnya melemah walaupun masih tipis setelah Perdana Menteri Theresa May secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam konferensi pers Jumat (24/5/19) sore tadi, May mengumumkan akan meletakkan jabatannya pada 7 Juni mendatang.

Pada pukul 19:35 WIB pound diperdagangkan di kisaran US$ 1,2651, setelah sebelumnya sempat berada di level US$ 1,2717 mengutip data MetaTrader 5. Jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan Kamis (23/5/19) kemarin di US$ 1,2655, pelemahan pound masih sangat tipis.

Sementara itu dari sisi fundamental ekonomi, penjualan ritel Inggris di bulan April stagnan alias 0%, setelah di bulan sebelumnya naik 1,2%. Namun data ini masih lebih baik dari prediksi penurunan 0,4% di Forex Factory.



Poundsterling terlihat tanpa reaksi merespon data ini, yang mengindikasikan besarnya pengaruh dinamika politik di Inggris terhadap nilai tukarnya.

Spekulasi resign perdana menteri wanita Inggris kedua ini sudah kencang berembus di pekan ini. Desakan untuk mundur datang dari partainya sendiri Partai Konservatif yang menganggap May tidak mampu melaksanakan Brexit setelah tiga kali proposalnya kandas di parlemen.

May rencananya akan mengajukan kembali proposal di awal Juni, namun sepertinya juga akan kandas akibat mendapat banyak kritik dari anggota parlemen. May pun akhirnya memutuskan lengser.

Partai Konservatif kini sedang melakukan proses untuk menentukan pengganti Theresa May. Muncul nama Boris Johnson sebagai kandidat kuat suksesor May. Mantan menteri luar negeri Inggris ini merupakan tokoh pentolan Brexit yang anti Uni Eropa.

Nama Boris Johnson sudah menguat sejak pekan lalu, yang membuat pasar cemas karena sikapnya yang anti Uni Eropa kemungkinan akan membawa Inggris keluar tanpa kesepakatan alias no-deal atau Hard Brexit.

Poundsterling pun terus tertekan hingga menyentuh level terendah sejak 3 Januari Kamis kemarin. Setelah ada pengumuman resign resmi, reaksi pound tidak terlalu signifikan, kemungkinan karena sudah price in atau pasar sudah mengantisipasi dinamika politik di Negeri Ratu Elizabeth ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Pound Terus Menguat Saat Parlemen Inggris Reses

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular