PM Inggris akan Umumkan Resign, Bagaimana Nasib Pound?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 May 2019 15:41
Poundsterling untuk sementara terlihat bereaksi menguat, namun sepertinya hal tersebut akibat technical rebound setelah Kamis kemarin mencapai level terendah
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, dilaporkan akan mengumumkan pengunduran dirinya pada hari ini Jumat (24/5/19) waktu setempat. Poundsterling untuk sementara terlihat bereaksi menguat, namun sepertinya hal tersebut akibat technical rebound setelah Kamis kemarin mencapai level terendah sejak 3 Januari 2019.

Pada pukul 15:10 WIB, pound berada di kisaran US$ 1,2674 atau menguat 0,16% mengutip data dari Refinitiv

Beberapa media di Inggris melaporkan May akan mengumumkan tanggal ia akan turun dari jabatannya sebagai perdana menteri, mengutip CNBC International. 10 Juni diprediksi menjadi tanggal May akan resign, namun hal tersebut masih belum bisa dikonfirmasi CNBC International, hanya berdasarkan berita yang beredar dari kalangan media lokal.

PM May sebelumnya berjanji akan mengundurkan diri jika proposal Brexit-nya atau "Withdrawal Agreement Bill" disetujui Parlemen Inggris. Proposal tersebut akan diajukan di awal Juni.

Namun isi proposal tersebut yang nyaris tidak ada perubahan dari sebelumnya, hanya ada tambahan referendum kedua dikabarkan membuat geram para elit Partai Konservatif, dan menekannya untuk mengundurkan diri.

Jika kabar pengunduran diri hari ini benar, maka akan ada kontestasi di Partai Konservatif untuk menentukan suksesor Theresa May. Arah poundsterling kemungkinan akan ditentukan siapa kandidat kuat perdana menteri yang baru.

Salah satu kandidat kuat yang akan menggantikan May adalah Boris Johnson, mantan menteri luar negeri Inggris yang anti Uni Eropa. Tokoh yang satu ini juga membuat pasar cemas, karena sikapnya yang anti Uni Eropa kemungkinan akan membawa Inggris keluar tanpa kesepakatan alias no-deal atau Hard Brexit.

Kurs poundsterling diprediksi akan terus tertekan terhadap dolar AS, melihat kemungkinan terjadinya Hard Brexit. Beberapa analis bahkan memprediksi mata uang Inggris ini masih akan jeblok lagi.

"Saat deadline Brexit semakin dekat, kami pikir para investor akan menambah posisi short (jual) sterling, dan akan menambah tekanan turun baru bagi mata uang Inggris" kata Jonas Goldtermann, analis dari Capital Economics, mengutip poundsterlinglive.com.

Senada dengan analis tersebut, Lee Hardman dari Bank MUFG di London juga melihat masih ada ruang poundsterling melemah di musim panas (Juni - Agustus).

Goltermann memprediksi seandainya terjadi no-deal Brexit, poundsterling akan jeblok ke level US$ 1,15 di akhir tahun ini. Namun sebaliknya jika Brexit akhirnya berjalan mulus di akhir Oktober, pound diprediksi berada di kisaran US$ 1,25 di akhir 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/hps) Next Article Support Kuat Jebol, Pound Berpeluang Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular