Awas, AS Akan Serang Negara yang Sengaja Lemahkan Mata Uang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 May 2019 15:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS), Kamis (24/5/2019), mengatakan pihaknya mengusulkan aturan baru untuk menjatuhkan bea antisubsidi pada produk-produk dari berbagai negara yang melemahkan mata uangnya terhadap dolar. Ini adalah langkah terbaru yang dapat membuat China dikenai bea impor lebih tinggi.
Aturan baru ini juga dapat membuat barang dari negara lain dikenakan bea masuk yang lebih tinggi. Beberapa negara yang terancam termasuk Jepang, Korea Selatan, India, Jerman, dan Swiss.
Negara-negara tersebut, bersama dengan China, semuanya terdaftar di "daftar pemantauan laporan mata uang semi-tahunan Departemen Keuangan," yang mencatat intervensi pasar mata uang, surplus neraca transaksi berjalan global yang tinggi, dan surplus perdagangan bilateral yang tinggi.
Departemen itu mengatakan aturan yang diusulkan akan mengubah proses countervailing duty normal untuk memasukkan kriteria baru bagi pelemahan mata uang. Pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump telah lama memandang yuan China sengaja dilemahkan nilainya terhadap dolar, meskipun ada perang dagang AS-China, yang menurut para pakar mata uang asing telah menghancurkan nilai yuan.
"Perubahan ini memberitahu eksportir asing bahwa Departemen Perdagangan dapat membalas subsidi mata uang yang merugikan industri AS," kata Menteri Perdagangan Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan, mengutip CNBC International.
"Negara-negara asing tidak akan lagi dapat menggunakan kebijakan mata uang untuk merugikan pekerja dan bisnis Amerika," katanya.
Itu adalah langkah untuk mewujudkan janji kampanye Trump untuk mengatasi praktik mata uang yang tidak adil, kata Ross.
Departemen itu tidak mengidentifikasi kriteria khusus yang akan digunakan untuk mengevaluasi apakah langkah penghitungan harga AS terhadap suatu produk rendah karena pelemahan mata uang yang disengaja.
(prm) Next Article Yuan Menguat, Apakah Currency War Sudah Berakhir?
Aturan baru ini juga dapat membuat barang dari negara lain dikenakan bea masuk yang lebih tinggi. Beberapa negara yang terancam termasuk Jepang, Korea Selatan, India, Jerman, dan Swiss.
Negara-negara tersebut, bersama dengan China, semuanya terdaftar di "daftar pemantauan laporan mata uang semi-tahunan Departemen Keuangan," yang mencatat intervensi pasar mata uang, surplus neraca transaksi berjalan global yang tinggi, dan surplus perdagangan bilateral yang tinggi.
![]() |
"Perubahan ini memberitahu eksportir asing bahwa Departemen Perdagangan dapat membalas subsidi mata uang yang merugikan industri AS," kata Menteri Perdagangan Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan, mengutip CNBC International.
"Negara-negara asing tidak akan lagi dapat menggunakan kebijakan mata uang untuk merugikan pekerja dan bisnis Amerika," katanya.
Itu adalah langkah untuk mewujudkan janji kampanye Trump untuk mengatasi praktik mata uang yang tidak adil, kata Ross.
Departemen itu tidak mengidentifikasi kriteria khusus yang akan digunakan untuk mengevaluasi apakah langkah penghitungan harga AS terhadap suatu produk rendah karena pelemahan mata uang yang disengaja.
(prm) Next Article Yuan Menguat, Apakah Currency War Sudah Berakhir?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular