
Bos Big Fund Ini Yakin Yuan Bakal Saingi Dolar AS, Yakin nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Peran China bagi perekonomian dunia semakin terlihat. Setelah perekonomiannya bangkit dari keterpurukan pandemi saat yang lain masih terkontraksi, kini yuan, mata uangnya diramal bakal menggantikan posisi dolar AS.
Adalah bos besar pendiri perusahaan investasi Bridgewater Associates Ray Dalio yang mengatakan bahwa yuan bakal menjadi reserve currency dunia dalam waktu yang lebih dekat dari perkiraan banyak orang.
Dalio yang perusahaannya mengelola aset lebih dari US$ 100 miliar tersebut mengatakan bahwa peran yuan bakal semakin besar dalam lima tahun ke depan. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perdagangan internasional dan transaksi keuangan global bakal menggunakan yuan.
Di saat Covid-19 merebak, bank sentral Negeri Paman Sam The Federal Reserves (The Fed) langsung membabat habis suku bunga acuan dan mencetak uang lebih dari US$ 3 triliun dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan lewat quantitative easing (QE).
Alhasil dolar AS pun terpuruk. Depresiasi greenback terhadap mata uang lain membuat banyak investor melarikan uangnya dan membeli mata uang lain hingga aset keuangan seperti emas hingga cryptocurrency untuk melakukanhedging(lindung nilai) dari inflasi.
Kini likuiditas di AS yang berlimpah, vaksinasi yang agresif dan pembukaan ekonomi membuat konsumen mulai berbelanja dan korporasi berinvestasi. Harga komoditas utama yang banyak menjadi input aktivitas perekonomian mulai dari pangan, tambang dan energi mengalami kenaikan.
Pada April lalu, AS mencatatkan inflasi secara tahunan tertingginya dalam satu dekade terakhir. Tingkat konsumsi masyarakat AS atau yang lebih dikenal sebagaipersonal consumption expendituremelesat 4,2% (yoy).
Sebulan terakhir indeks dolar juga terus merosot. Saat inflasi naik tinggi sementara angka pengangguran belum kembali pulih ke level pra-pandemi (meskipun mengalami penurunan), banyak yang khawatir stagflasi akan terjadi seperti empat dekade silam.
Pamor dolar AS langsung merosot. China yang selama ini dituduh sebagai manipulator mata uang oleh eks Presiden AS Donald Trump justru menjadi sorotan. Secara transaksi memang yuan belum bisa menyalip dolar AS. Bahkan masih jauh.
Namun perekonomian China terus tumbuh dengan pesat. Di tahun 2000 ketika total output perekonomian China dengan harga konstan masih di angka US$ 2,23 triliun, produk domestik bruto (PDB) global berada di angka US$ 49,95 triliun. Artinya China menyumbang kurang dari 5% dari total output global.
Selama 20 tahun berselang perekonomian global meningkat 1,7x ekonomi China tumbuh hampir 5x. Hal ini membuat kontribusi perekonomian China mencapai 13,6%. Dengan pertumbuhan yang sepesat itu dan valuasi mata uangnya sekarang, banyak yang melihat yuan termasuk kemurahan (undervalued) relatif terhadap dolar AS.
Metode pengukuran big mac indexyang digunakan oleh majalah The Economist bahkan menunjukkan bahwa yuan sangatlah murah ketimbang dolar. Buktinya jika diukur menggunakan metode ini PDB China sebenarnya mencapai US$ 26 triliun mengungguli AS. Padahal harga big mac di China lebih murah.
Artinya purchasing power yuan jauh lebih besar dibanding dolar AS. Ini membuktikan bahwa mata uang China yang sangat murah relatif terhadap dolar AS. Perkataan Ray Dalio sebenarnya bukan tanpa alasan.
Meskipun pembayaran internasional dengan yuan masih di bawah 2% sementara dolar AS mencapai hampir 39% tetapi peran China dalam perdagangan internasional dan manufaktur dunia tak bisa diabaikan.
Apalagi China punya program jalur sutra (Belt & Road Initiatives/BRI) bukan tak mungkin penggunaan yuan di negara-negara yang mendapatkan inflow dari China menjadi langkah pelan tapi pasti untuk menggeser dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI-China Tinggalkan Dolar AS, Yuan Paling Diuntungkan?
